Chapter 16

10.8K 671 21
                                    

Hari ini adalah hari Kamis. Rhea berangkat ke kantor seperti biasanya. Dua hari yang lalu ada berita heboh mengabarkan bahwa wakil CEO mereka mengalami kecelakaan. Hampir semua karyawan di kantornya bersimpati dan prihatin pada keadaan atasannya itu.

Mereka berbondong-bondong ingin mengunjungi sang atasan tetapi selalu ditolak mentah-mentah oleh Roby, sang asisten. Meskipun begitu, setiap hari ada saja yang mengirimi makanan dan buah-buahan.

Ketika mendengar bahwa Alexandre, wakil CEO tersebut mengalami kecelakaan, Rhea bersikap biasa saja. Palingan juga cuma tergores sedikit, pikirnya. Ia tahu bahwa kabar wakil CEO itu juga mengalami hilang ingatan juga sangat melebih-lebihkan.

Pasti itu kerjaan Roby, batinnya saat itu. Tetapi hari ini, mengapa perasaannya tidak enak. Seperti ada yang mengganjal. Selama dua hari ia tidak bertemu dengannya. Selama itu pula ia tidak mendengar suaranya. Jiwanya seperti ada yang kosong. Ada sesuatu yang hilang.

Rhea mampir ke kafe di lantai dasar untuk membeli kopi. Lalu ia naik ke lantai 3 menuju ruangannya. Setelah menyapa teman-temannya, ia duduk dan menyalakan komputer.

Hari ini Rhea tidak fokus bekerja. Ia banyak melamun. Banyak sekali kesalahan yang ia lakukan. Contohnya; ia salah memfoto kopi file dan menumpahkan kopi keberkas yang ada diatas mejanya.

Ahh,, sepertinya aku harus istirahat sebentar, ucapnya dalam hati. Lalu ia melihat jam diponselnya. Pukul 11:45. Lima belas menit lagi jam istirahat. Ia ijin keluar sebentar ke toilet.

Karena waktu istirahat makan siang juga sudah mepet, setelah keluar dari toilet, Rhea pun keluar gedung untuk mencari udara segar. Ia ingin berjalan-jalan sebentar untuk melepaskan penat.

Ia sengaja berjalan melewati ruko-ruko sembari mencari makanan untuk makan siangnya. Sesaat matanya melihat toko roti yang baru dibuka minggu lalu. Tanpa sadar kakinya telah melangkah menuju toko roti itu. Rhea membuka pintu kemudian masuk. Bau harum adonan roti yang sedang dipanggang sungguh menggugah selera.

Ia ingat wangi ini. Croffle!
Ingatannya kembali ke beberapa tahun yang lalu ketika ia membawakan croffle ke sekolah untuk kekasihnya yang sedang latihan basket. Ia sangat suka croffle buatan Rhea dan segera menghabiskannya.

"Mau roti apa kak?"
Rhea terkejut, lalu tersenyum pada pelayan itu. Lamunannya seketika buyar.

"Croffle 10 buah ya." pintanya.

"Baik." kata pelayan toko sambil mengambilkan pesanannya.

"Semua seratus tujuh puluh ribu kak."

Rhea segera memberikan uang dan pergi dari toko itu. Tak lupa ia berterima kasih pada pelayan tersebut. Awalnya ia akan membagikan croffle tersebut kepada Tim Huru Hara tetapi ketika sampai di kantor, kakinya malah mengarah ke basement menuju lift yang berada diujung kemudian memencet tombol angka 5.

Kini Rhea berada didepan rumah atasannya. Tangannya berkeringat. Ia gugup. Oke, aku hanya akan memberi croffle ini lalu kembali kerja, batinnya.

Ting Tong!
Rhea memencet bel.

Tak berapa lama kemudian pintu dibuka oleh seseorang.

"Ya? Siapa ya?"

"Eh- Se--selamat siang bu." ucapnya gugup.

"Siapa, Mit?" Rhea langsung menoleh kesumber suara yang sangat dikenalnya. Alexandre tertegun melihat perempuan yang sudah sangat ia rindukan dan nantikan kedatangannya itu.

Mereka saling tatap sebelum akhirnya Mita memecah keheningan.
"Bukannya kamu anak magang divisi iklan?"

"Be--benar bu."

Mantan Sang CEO (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang