Happy Reading!
🐦🐦🐦
Hari ini adalah hari weekend, tetapi Cia yang sudah lama terbangun memutuskan untuk berlari pagi bersama Bima dan Farel di sekitar kompleks rumah mereka." Kak! Istirahat dulu ya—Cia capek! Hosh—! " Ujar Cia dengan nafas yang terengah-engah sambil terduduk di tengah jalan. Untung ga ada mobil.
Mereka sudah berlari selama 20 menit,
" Cia lemah! Kak Bima nih—masih kuat! " Ujar Bima mengejek Cia padahal nafas Bima juga sudah terengah-engah sedangkan Farel hanya memandang mereka berdua dengan raut datarnya.
" Bim—beli minum " Ucap Farel tenang.
Ya, jika orang lihat mungkin yang terlihat paling kakak adalah Farel, karena sikap nya yang dewasa.
" Lah! Kok gue? Harus nya—gue yang nyuruh lo buat beli minum, kan lo adek gue! " Sungut Bima tak terima, sambil mendudukkan bokongnya di samping Cia.
" Gue bilang beli minum sana! " Tegas Farel tak mau dibantah.
" Ogah! Gue juga capek! Ya kan Cia? " Ujar Bima diakhiri meminta dukungan dari Cia.
" Tadi kan kata kak Bima, masih kuat—kok malah bilang capek? " Ucap Cia dengan sorot polosnya.
Mendengar itu Bima lantas memutar bola matanya malas,
'Yee! Si Curut—pake ngomong jujur lagi! 'Batin Bima gemas.
" Bim! " Mendengar itu Bima segera berdiri dari duduknya dengan bibir yang tak henti menggerutu.
" Duit! Gue ga ada duit! " Bima menyodorkan tangannya pada Farel.
Farel mengeluarkan selembar uang berwarna biru pada Bima.
" Kurang ini Rel—tambah lagi deh 20 ribu " Ujar Bima sambil cengengesan.
Farel menatap datar kakaknya, " Lo mau beli minum, bukan sembako "
" Aelah pelit lo Rel kereta! " Setelah mengatakan itu Bima langsung berlari ke warung yang tak jauh dari mereka.
" Em—kak, Kita duduk di sana yok! " Ajak Cia yang sedari tadi hanya diam memperhatikan percakapan antara kedua kakaknya.
" Hm "
Mereka berdua berjalan ke arah bangku taman kompleks.
Beberapa saat keadaan di antara mereka hening sampai Cia memutuskan mengakhiri keheningan itu.
" Kak Farel, kenapa kak Farel jarang senyum? " Cia menatap wajah kakaknya yang diam dengan raut datar nya.
" Males "
" Kok males senyum? Padahal senyum kan ibadah " Ujar Cia sambil terus memperhatikan wajah kakak tampannya.
" Hm "
" Ish! Kak Farel mah gitu! " Cia memalingkan wajah nya merajuk.
Melihat itu Farel hanya menatap Cia dengan raut tenangnya lalu mengangkat tangannya untuk mengelus kepala Cia pelan tanpa berkata.
Cia yang mendapatkan perlakuan itu tanpa sadar menyunggingkan senyum manisnya tetapi berusaha untuk terlihat tenang.
Tak lama Bima pun datang dengan membawa satu buah plastik yang berisi tiga botol minuman.
" Silahkan Yang Mulia Raja-—" Ujar Bima bermaksud menyindir Farel yang memerintah nya bak anak buah.
Sedangkan Cia yang melihat itu terkekeh kecil, merasa lucu dan kasihan pada Bima.