"Sayang kita jadi nikah kan?" ucap Amelia seraya mengelus perutnya yang telah membuncit.
Virgo menghentikan gerakannya yang sedang melepaskan kancing seragamnya, cowok itu memang kembali sekolah, tetapi bukan di sekolahnya dulu. Ia memutuskan untuk menjauh dari gadis yang membuat dirinya jatuh cinta. Setidaknya dia merasa sudah membalas budi pada kakaknya walaupun hubungan mereka sebenarnya cukup buruk.
Kedua maniknya melirik Amelia yang memasang senyum riang.
"Hm."
Amelia semakin melebarkan senyumannya. Lalu kemudian memajukan tubuhnya, memeluk tubuh tinggi Virgo yang hanya diam tidak membalas.
Virgo hanya diam tak bergeming, dia pikir wanita yang ada di pelukannya mempunyai wajah yang cukup tebal. Pertemuan mereka satu tahun lalu membuat dirinya terpesona dengan aura positif yang ada di sekitar wanita itu. Tapi nyatanya, itu hanyalah topeng, gadis lugu mana yang menusuk seekor kucing dengan pisau seraya tersenyum manis?
Virgo sudah tidak mempunyai tujuan apapun lagi, jadi biarkan saja semuanya berjalan semestinya.
Dia sudah lelah.
|•|•|•|
"Cia keadaan lo kenapa makin buruk kayak gini? Lo beneran gak punya penyakit apapun?" Selvia menatap sosok gadis dengan wajah pucat yang duduk menghadap jendela.
Cia hanya diam, kemudian menggeleng. "Aku nggak apa-apa, Via." Tuturnya memasang senyum tipis.
Selvia tidak kuat, ada apa dengan sahabatnya? Dokter mengatakan dia tidak mempunyai penyakit apapun. Tetapi mengapa makin hari, tubuh gadis itu makin kurus seolah tidak di beri makan berhari-hari.
Cia melirik Selvia yang diam tertunduk. "Gue sayang kalian." Ucapnya tanpa suara.
Gadis itu kemudian mengangkat tangannya, melihat seksama jari-jarinya yang kurus. Kulitnya bertambah pucat, hingga seperti mayat hidup.
Semua orang khawatir pada keadaannya. Tetapi dia tahu, waktunya akan tiba. Dia tidak rela meninggalkan semua orang yang telah melekat di hatinya, kedua orang tuanya, kedua kakaknya, dan sahabatnya.
Dia tidak rela, apa suatu saat nanti dia akan melupakan mereka semua?
|•|•|•|
"Aku nggak perlu buat bunuh dia ternyata." Amelia mengelus boneka penuh jahitan yang berada dalam pelukannya.
"Virgo udah ngelepasin dia dengan sukarela. Aku jadi ngga perlu buat ngotorin tangan aku. Kamu setuju kan sayang?" Ucapnya sambil mengelus perut buncitnya.
"Aku cinta sama Virgo." Bibir pink nya tersenyum manis.
Tetapi kemudian raut wajahnya berubah dalam sekejab, tiba-tiba dia memasang raut licik.
"Aldebaran, dia udah berani nyentuh aku! Dia harus mati. Tubuh aku cuma punya Virgo!" Desis wanita itu tersenyum dingin.
Berselang satu detik kemudian, dia menghamburkan barang-barang yang ada di meja rias nya.
"Aku cuma punya Virgo!"
|•|•|•|
Satu minggu berlalu.