Di dalam sebuah ruang rawat pasien, terlihat seorang pria yang sedang memegang sebuah buku dengan sampul berwarna putih elegan.
Mata tajam pria itu meneliti setiap kalimat yang di bacanya, dahi pria itu berkerut saat melihat setiap kalimat dalam buku yang terlihat berbeda dari terakhir yang dia baca yaitu seminggu lalu.
Buku yang di pegang pria itu adalah sebuah buku diary milik wanitanya yang kini sedang tertidur di atas ranjang pasien.
Buku diary itu memang selalu berisi kan cerita hasil imajinasi wanita itu, dan terakhir sebelum wanita itu kecelakaan, cerita yang kini pria itu baca adalah cerita terakhir yang wanita itu buat.
Cerita imajinasi yang bertemakan transmigrasi jiwa, dengan dua pemeran wanita di dalamnya bernama Ardheana Milky dan Grechia Armadani Putri.
Awalnya tidak ada yang aneh dengan cerita itu saat pria itu membacanya seminggu lalu, tetapi saat pria itu kembali membaca cerita itu untuk yang kedua kalinya, alur dalam cerita itu berubah. Dengan akhir cerita yang menunjukkan pemeran utama wanita mati, hal itu membuat pria itu bingung.
Pria itu lalu menutup buku diary itu dan menaruh buku itu di atas meja. Pria itu kemudian kembali duduk dengan tenang tanpa ekspresi dengan manik tajamnya yang menyorot wajah wanitanya dengan tajam namun sendu. Kedua tangan kekarnya pun terulur untuk memegang tangan mungil pucat milik wanita yang sedang tertidur di atas ranjang pasien.
Semuanya berjalan normal, tetapi tidak lama setelahnya jari-jari wanita itu mulai bergerak sedikit.
Pria itu belum menyadari hal itu, dan hanya diam seraya mencium punggung tangan wanita itu.
"Ini sudah setahun sayang. Kamu benar-benar mau ninggalin aku? Kamu tega, hm? Anak kita gimana kalau tahu bundanya ninggalin mereka? Aku mohon bangun sayang..." Ucap pria itu lirih diiringi senyum sendu yang menghiasi wajah tampannya.
"Kamu tahu, Vierra udah bisa bilang bunda. Kamu nggak mau dengar? Orion juga udah bisa ngomong huruf 'R' sayang. Kamu masih nggak mau bangun?" Pria itu menundukkan kepalanya dengan setetes liquid bening jatuh dari matanya.
"Kamu mimpi apa? Sampai lama banget bangunnya." Pria itu mengelus tangan mungil yang terasa pas ditangan besarnya dengan lembut.
"Kamu nggak kangen aku, hm?" Pria itu tidak lelah berbicara walaupun dia tahu tidak akan ada balasan.
Kemudian keheningan kembali melanda ruangan itu. Pria itu kembali menunduk dengan tangan besarnya menggenggam tangan dingin wanita yang sedang terbaring di atas ranjang.
Pria itu nyaris tertidur saat merasakan elusan lembut di kepalanya diikuti suara yang telah dia rindukan setahun ini.
"Aku kangen kok." Suara itu terdengar serak dan lirih.
Pria itu mengangkat kepalanya, kedua manik tajamnya tiba-tiba saja membulat. Saat melihat kedua manik hazel yang tengah menatap dirinya sendu.
"S–sayang..." ucap pria itu terbata saat melihat sepasang mata hazel yang dia rindukan itu terbuka.
Dengan tangan gemetar pria itu mencium punggung tangan wanita itu, kemudian menekan tombol dalam ruangan itu.
Tak lama dokter pun datang, lalu meminta pria itu untuk keluar, memberi ruang untuk memeriksa wanita itu.
Pria itu pun keluar dari ruang rawat, dan mendudukkan dirinya di kursi tunggu.
Selang beberapa lama kemudian, dokter itu pun keluar dari ruangan membuat pria itu dengan cepat bangkit dari duduknya.
"Bagaimana dengan istri saya dok?" tanya pria itu cepat.
"Tuan, saya ada kabar baik untuk anda, istri anda telah melewati masa komanya dan dapat di pindahkan ke ruang inap jika istri anda kembali menunjukkan perkembangan yang signifikan." jelas dokter itu.