Warning🔥⚠
______________________________
"Nona, anda bisa ikut dengan saya. Disini berbahaya, saya takut nona terluka."
Cia mengangkat kepalanya, menatap seorang cowok dengan kulit hitam dengan jaket hitam berlambang pedang mengulurkan tangan padanya. "Virgo nanti gimana? Cia nggak mau ninggalin Virgo!" Cia menatap cowok itu dengan kesal.
Cowok itu menghela nafasnya, kemudian tersenyum. "Tuan Virgo nanti saya dan teman saya yang akan membawanya." Jelas cowok itu dengan ramah.
"Mana teman kamu? Cepat bawa Virgo! Cia nggak mau Virgo kenapa-kenapa." Cowok itu hampir saja melunturkan senyumnya saat melihat bagaimana keras kepalanya Cia.
"Nona, saya mohon turuti saja. Saya tidak akan berbuat jahat jika itu yang nona pikirkan tentang saya. Saya mohon nona, saya takut di hukum." Mata Cia membulat saat melihat cowok itu bersujud di hadapannya.
"Eh! Kamu ngapain kayak gitu?! Bangun-bangun! Oke Cia ikutin permintaan kamu." Cowok itu menyunggingkan senyum manis.
"Tapi kamu bawa dulu teman kamu, Cia nggak mau Virgo kenapa-kenapa." Senyum cowok itu luntur, wajah cowok itu terlihat tertekan.
Cowok bernama Eros itu mengira bahwa istri bosnya sangat mudah untuk di tangani, tapi nyatanya dia bahkan sampai sakit kepala.
"Baik! Saya akan memanggil teman saya." Ujar Eros dengan senyum yang dipaksakan.
Nona-nya tidak tahu saja jika suaminya itu pura-pura pingsan, itu semua di karenakan Virgo tidak ingin Cia melihat darah terlalu banyak, dia khawatir gadis itu menjadi takut padanya dan menjauh. Oh Virgo tidak bisa membiarkan itu terjadi.
Cia menyunggingkan senyum manis, lalu kemudian berdiri menunggu, tetapi tidak lama gadis itu memegang perutnya dengan raut menahan sakit.
"Cia datang bulan ya? Kok perut Cia sakit? Eh, kamu, Cia ke toilet dulu ya. Jagain Virgo! Kalau nggak, kamu--aku pukul!" Cia menatap Eros dengan tatapan tajam, Eros mengangguk cepat.
Setelah Cia menghilang, masuk kedalam villa. Virgo langsung bangun dari pingsan pura-pura nya. Virgo kemudian menepuk kepala Eros.
"Jagain istri gue! Kalo dia kenapa-kenapa, lo yang gue cari! Sana cepat!" Eros mengelus dadanya sabar, tidak istri, tidak suami. Dua-duanya terus membuat kepalanya pusing.
"Bos, tapi itu badan lo penuh darah gitu, nggak mau diobatin? Gue takut lo mati, ntar gak jadi nananinu lagi, kan sayang bos--pengantin baru." Virgo mendelik, cowok ini kenapa cerewet sekali.
"Lo do'ain gue mati?" Eros menggelengkan kepalanya cepat, "Nggak! Mana ada!"
"Yaudah sana pergi cepetan! Istri gue kenapa-kenapa, gue patahin leher lo!" Eros meneguk ludahnya susah, saat aura di sekitar Virgo menjadi tak bersahabat.
"Siap Bos!" Eros pun segera melaksanakan perintah Virgo.
Setelah Eros pergi, Virgo menatap ke depan. Memperhatikan keenam cowok yang sedang bertarung melawan lima cowok berjaket.
Virgo dapat melihat dua diantara enam cowok itu terkapar lemah di tanah, Farel dan Theo. Dua cowok yang sudah dia hajar habis-habisan. Virgo tersenyum sinis, dia sungguh tidak menyukai enam cowok itu yang berusaha mengambil istrinya.
Virgo meringis pelan saat merasakan sakit di pinggangnya. Sialan! Luka yang lama saja belum sembuh, dan kini kembali terbuka. Percayalah, Virgo bukan anak baik, dia jauh dari kata itu. Tubuh cowok itu, terdapat banyak bekas luka, bagi Virgo itu bukan masalah. Dia bahkan menganggap bekas luka itu sebagai kenangan.