Happy reading!
Well, di part ini kalian akan tahu seperti apa sifat asli para pemeran tokoh utama laki-laki.
Author kasih tau ya, di cerita ini masih banyak misteri. Jadi jangan heran kalau kalian di buat pusing sama ceritanya.
o0o
" Sudah kubilang untuk yang ke berapa kalinya, jika kita kemari karena tugas dari ayah!! Kenapa kalian tidak mengerti juga!? Bersandiwara lah sampai tugas kita selesai! Jika tidak ingin dipancung oleh ayah!! " Bentak Damian pada ketiga pria yang sedang duduk di hadapannya.
Samuel tersenyum sinis, lalu kemudian menyugar rambutnya yang tebal dengan aura yang menindas.
" Kau tahu Damian? Aku sama sekali tidak peduli dengan tugas bodoh itu! Aku menginginkan gadisku! Menurutku kau terlalu bodoh! Karena mau saja menjadi kacung pria tua itu! " Ujar Samuel tajam seraya melayangkan tatapan tajam pada Damian.
Damian mengeraskan rahangnya, " Pria tua yang kau bilang itu adalah ayah kita Samuel!!" Bentak Damian tidak terima.
Samuel terkekeh geli, lalu kemudian menggelengkan kepalanya seraya menatap Damian prihatin.
" Aku tahu kau menyayangi pria tua itu karena dia pernah menolong mu saat kau hampir mati di terkam hewan buas, bukan? " Samuel tersenyum mencemooh, lalu kemudian menepuk bahu Aldo yang ada disampingnya.
" Aldo, aku heran. Kenapa kita mempunyai saudara sebodoh dirinya?" Ujar Samuel tersenyum mengejek.
Aldo pun tertawa pelan, lalu kemudian memasang wajah serius.
" Damian, sebagai kakak ke-empat---aku benar-benar prihatin dengan kapasitas otakmu. Kau mungkin belum tahu rahasia kakek tua itu, tapi satu hal yang harus kau tahu, kakek tua itu tak sebaik yang kau pikirkan. " Ujar Aldo panjang lebar, lalu kemudian menyunggingkan senyum tulusnya.
" Aku sangat menyayangi saudara ku, tidak mungkin aku menutup mata jika mereka tersesat bukan?" Lanjut Aldo.
Damian terdiam sesaat, sebelum kemudian berdiri dari duduknya seraya menatap tajam pada ketiga saudaranya itu.
" Aku sangat membenci kalian!! Aku tak menyangka jika kalian sejahat itu pada ayah! Aku tak peduli apa yang kalian katakan! Satu hal yang harus kalian ingat! Aku tak akan menyesal!!" Setelah mengatakan hal itu, Damian pun segera keluar dari ruangan bernuansa maskulin itu.
Samuel terkekeh sarkastik, lalu menggelengkan kepalanya pelan.
" Tidak menyesal? Kenapa aku tidak yakin, ya? Dasar Damian bodoh!" Desis Samuel geram dengan kebodohan Damian yang sayangnya merupakan kakaknya itu.
Alex yang sedari tadi bermain game itu tidak perduli dengan percakapan kakak-kakaknya itu.
" Samuel, kau yakin sudah membunuh wanita itu?" Aldo menatap Samuel yang kini sedang merokok itu.
" Hm? Wanita yang mana? Dalam seminggu aku sudah membunuh 25 orang. Jadi, wanita mana yang kau maksud? " Samuel mengepul kan asap rokoknya dengan santai.
Aldo tiba-tiba saja merasakan pusing saat mendengar ucapan Samuel.
" Allena, aku bertanya tentang Allena!" Desis Aldo geram.
Samuel membulatkan bibirnya, lalu kemudian kembali menyesap rokoknya.
" Sudahku berikan pada Hermes, kenapa? Mau melihat tengkoraknya? Aku tidak tahu, itu masih ada atau tidak"
Aldo terkejut sesaat, lalu kembali menetralkan raut wajahnya.
" Samuel, apakah kau menyisakan lengannya, atau kakinya? Aku ingin mengoleksi nya. " Ujar Alex yang sedari tadi sibuk dengan gamenya.