T H I R T Y | O N E

30.7K 3.8K 1.4K
                                    

"Apa kabar adik?"

Virgo mengepalkan tangannya kuat, mendengar suara maskulin yang memasuki pendengarannya. "Gue. Bukan. Adik. Lo!" Tekan Virgo dengan rahang tegasnya yang mengeras.

Manik tajam Virgo menatap cowok dengan iris biru tua yang sedang duduk di kursi kebesarannya hanya diam tak memberikan respon seraya memainkan rubik di tangannya.

Dalam beberapa waktu suasana hening, dan dalam waktu 5 menit cowok dengan iris biru tua itu sudah menyelesaikan susunan rubik nya.

"Lo adik gue Virgo. Jangan jadi kurang ajar sama gue." Iris biru tuanya menyorot tenang tetapi juga bagai bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Virgo menggertak 'kan giginya kuat, "Lo bukan kakak gue sialan!" Virgo menggeram marah.

"Gue udah menghidupi lo Virgo dengan jerih payah gue, lo harusnya tahu bagaimana harus bersikap sama gue."

Virgo sangat marah, karena dia tidak bisa mengelak fakta yang dikeluarkan dari cowok bermanik biru dihadapan nya. Dia sungguh membenci orang di hadapannya.

"Lebih baik lo keluar dari rumah gue, Altair!" Virgo menekankan setiap kata yang keluar dari bibirnya.

Altair mengangkat alis tebalnya, terkekeh. "Lo punya apa?"

"Lo nggak punya apa-apa adik, jangan terlalu belagu. Lo terlalu egois dan serakah adik." Altair menekankan dua katanya dengan nada yang tetap tenang tetapi itu sepertinya tetap membawa dampak besar bagi Virgo.

Buktinya, cowok tinggi itu langsung berdiri dari duduknya dengan gerakan yang cukup kasar.

"Lo nggak usah sok tahu!!! Lo itu cuma orang luar!!" Teriak Virgo di ruangan kedap suara itu.

Altair menggelengkan kepalanya dengan senyum miris di wajahnya, seolah mengejek Virgo.

"Virgo, Virgo. Lo benar-benar egois dan serakah. Pilih tinggalin istri lo atau Amelia si cewek sakit jiwa itu?"

Deg!

"Kalo lo milih meninggalkan Amelia, gue bakal dukung dan kalo lo milih ninggalin istri lo, gue bakal rebut istri lo, buat gue." Mata Virgo memerah menahan emosi, dia tahu---tidak ada gunanya menyembunyikan suatu hal dari kakaknya ini.

"Jangan ikut campur lo, Altair!! Lo itu cuma orang asing yang udah bunuh orang tua gue!!"

Bibir tipis Altair membentuk senyum sinis, "Mereka nggak cocok jadi orang tua kita Virgo, lo nggak tahu apapun. Jadi jaga omongan lo." Alis Altair menukik tajam dengan iris indahnya yang menatap Virgo dengan tatapan rendah.

"KELUAR LO ALTAIR!!! KAKAK SIALAN!!" Mata Virgo memerah dengan urat-urat lehernya yang terlihat, membuktikan seberapa murkanya cowok itu.

"Gue akan keluar, kecuali kalau lo sudah jawab pertanyaan yang gue kasih. Itu pertanyaan mudah."

Nafas Virgo terdengar memburu, dia tidak bisa menjawab. Dia menginginkan keduanya. Ya, Altair benar, Cia memang cinta pertamanya tetapi dia juga punya Amelia sebagai cinta keduanya. Tapi dia membantah tentang Altair yang mengatakan dirinya serakah, dia tidak serakah. Dia hanya ingin mengambil apa yang memang seharusnya jadi miliknya. Dia mencintai kedua gadis itu, dua gadis yang harus menjadi pasangannya dan tak akan pernah dia lepaskan.

"Nggak bisa jawab? Baik, gue hitung sampai tiga Virgo." Altair menyeringai melihat kebimbangan adiknya.

"Satu,"

Pikiran Virgo kacau balau, dia tidak bisa melepaskan keduanya. Grechia, gadis cantik yang dia sukai sejak gadis itu pertama kali menginjakkan kakinya di AIHS, dia tidak bisa melepaskan gadis itu, dia mencintainya lalu---Amelia, gadis yang selalu menghibur dirinya dan menenangkan hatinya dikala dia terpuruk atau bahkan sedang dalam mood buruk. Membuat rasa nyaman di hatinya, kenyamanan kedua yang dia dapatkan setelah dia mendapatkan rasa itu pertama kali pada Grechia. Gadis yang membuatnya jatuh hati tanpa alasan apapun.

"Dua."

Tapi, Amelia juga sama berharga baginya, gadis itu seperti obat luka, yang selalu mengobati hatinya dikala perasaannya pada Grechia tidak terbalas. Menyaksikan bagaimana cinta pertamanya dijadikan sebuah pertaruhan dan disakiti tanpa bisa dia cegah.

"Tiga."

Kepala Virgo menggeleng kuat, bersamaan dengan pintu ruang kerja yang terbuka.

Mata Virgo membulat melihat sosok anggun yang berdiri di depan pintu dengan tatapan polos yang diarahkan padanya.

"Amelia?"

Altair menjetikkan jarinya dengan seringai tampannya, walaupun dia tahu itu bukan lah jawaban atas pertanyaannya, tapi dia tidak perduli. Virgo sudah menyebut salah satu nama dari kedua gadis yang dia ajukan tadi.

"Pilihan yang bagus, karena gue nggak usah susah-susah buat nyingkirin lo dari Grechia, Virgo. Sekarang gue minta lo buat nikahin Amelia, gue tahu dia ngandung anak lo dan lo harus cepat pisah sama Grechia. Lo terlalu serakah, karena itu biar nggak ada yang sakit hati. Gue perintahin lo buat pisah dari Grechia, bukan permintaan. Lo harus menerima kenyataan kalau lo udah jadi seorang ayah untuk anak yang di kandung Amelia. Tenggat waktu esok hari, telat? Gue bakal ambil kembali Savero. Lo nggak lupakan, kalau ketua asli Savero itu gue, jadi gue berharap lo nurut, atau lo bakal nyesal." Altair bangkit dari duduknya berniat untuk mengunjungi gadis imut yang pernah dia datangi tengah malam itu.

Virgo menggertak 'kan giginya kuat, dia tahu jika Altair itu adalah seseorang yang manipulatif dan licik, tapi dia tidak menyangka jika cowok itu selicik ini hingga menjebak dirinya seperti ini. Dia baru sadar jika sebenarnya kejadian ini sudah di rencanakan oleh Altair dengan cara bekerja sama dengan Amelia. Buktinya, bagaimana bisa Amelia tahu villa terpencilnya ini jika bukan dari Altair. Benar-benar rencana yang halus dan mulus, hingga membuat dirinya tidak menyadari rencana itu.

Virgo terkekeh hambar, senyuman pahit perlahan terbit di bibirnya. Dia baru saja berbahagia karena sudah menjadikan Grechia miliknya. Tetapi dia tidak menyangka jika kejadian tak terduga ini akan terjadi. Virgo tak bisa melawan. Ya dia sebenarnya selemah itu, dia menyayangi anaknya yang ada didalam perut Amelia, dia tidak mungkin membiarkan Altair menembak mati Amelia karena dia tidak menjalankan perintahnya. Dia memang terlihat mengerikan, tetapi Altair lebih mengerikan, aura di sekitar cowok ber-iris biru tua itu sangatlah suram dan gelap. Jadi Virgo hanya bisa diam tak berdaya, semua keberanian yang dia simpan untuk menghadapi Altair, runtuh dalam seketika saat melihat iris biru tua milik kakaknya itu. Iris yang begitu indah namun juga mengerikan disaat yang bersamaan.

"Igo, kamu kenapa dua minggu ini nggak ke rumah aku? Aku rindu banget sama kamu Igo." Rengekan lembut seorang gadis ah wanita membuatnya sadar dari lamuna panjangnya, iris biru lautnya terarah pada sosok wanita dengan dress berwarna pink pastel yang terlihat serasi dengan tubuh ramping wanita itu yang terlihat agak berisi.

"Maaf, aku sibuk kemarin. Maafin aku." Virgo menarik tubuh mungil itu dalam pelukannya dan mengusap punggung wanita itu lembut.

Lalu Virgo pun berlutut, menghadap perut wanita itu yang terlihat sedikit buncit itu.

"Gimana kabar anak papa, hem?" Virgo tertawa gemas saat wanita di hadapannya membalas pertanyaannya dengan nada lucu. Virgo juga mencium perut wanita cantik itu gemas dan penuh kasih sayang.

Setelahnya Virgo kembali bangkit, menatap lembut wanita yang berstatus sebagai kekasihnya. Ya, kekasih---Altair memang mengatakan hal yang benar dan fakta, dia punya Grechia sebagai istri dan dia juga punya Amelia sebagai kekasihnya, yang kini sedang mengandung darah dagingnya. Brengsek? Dia sudah bilang, dia tidak sebaik itu. Altair benar, dia memang serakah. Dia mencintai dua wanita di saat yang bersamaan.

Dia sebenarnya sangat marah dengan keputusan Altair yang semena-mena tapi dia hanya bisa memendamnya. Selama ini dia selalu bergantung pada Altair yang berstatus sebagai kakaknya meskipun dia membenci cowok itu sangat! Dia tidaklah sesempurna itu, jadi Virgo hanya bisa pasrah dengan keputusan Altair. Biarlah dia terlihat seperti cowok yang sangat brengsek, karena itu memang benar adanya.

Maaf Cia..

____________________________________

See you..

Rabu, 13 Oktober

Transmigrasi Gadis Polos (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang