Kalian dapat cerita ini dari mana?
Jujur, author kepo :v
Baik, di chapter ini, kalian akan mendapatkan jawaban tentang siapa kakak pertama dan kedua.
Btw, lumayan banyak loh readers yang bener tebakannya🤪
Readers author emang pinter-pinter😙
Oh iya, cowok mata biru itu bukan Virgo ya..
Jan keliru, Virgo selalu bareng Alex dan selalu masuk sekolah. Beda dengan cowok mata biru. Masih inget kan kata Selvia? Masih inget lah ya.Jadi, cowok mata biru itu, masih misterius😌☺
Dan juga, mata biru bukan cuman Virgo doang ye..🤪😙Untuk Samuel yang bunuh Allena, itu memang terlihat kejam karena bunuh saudaranya sendiri. Tetapi ingat! Samuel bukan pemilik asli tubuh itu ya. Jadi jan heran Samuel gak punya belas kasih sama Allena.
Maaf banget ya, author jarang balas komen kalian. Jujur author ini orangnya introvert 😭
Jadi bingung mau ngebales komen kalian gimana😭🥺Itupun kadang kalau ngebales komen kalian kalimatnya kaku banget, jadi maaf ya..
Author sebenernya cuman mau terbuka aja sama kalian🥺🐣
Oke segitu aja dulu udah kebanyakan soalnya..... 👁👄👁
H A P P Y R E A D I N G !!
______
"Kalian belum menemukan Cia?!! Kalian bodoh atau bagaimana?!!" Teriakan Randi terdengar menggelegar dipenjuru ruang kerja kedap suara itu."Papa tidak mau tahu! Kalian harus mencari Cia sampai dapat!!" Lanjut Randi sebelum keluar dari ruang kerja miliknya, meninggal kedua anak lelakinya yang terdiam membisu.
"Rel, lo bener gak tau Cia dimana?" Bima menatap Farel yang hanya diam membisu.
"Rel."
"Gue nany-"
"Bacot!!" Setelah mengatakan hal itu Farel segera keluar dari ruang kerja Randi.
Bima menghela nafasnya lelah. Sudah dari tiga hari yang lalu ia dan Farel mencari Cia tetapi belum menemukan titik terang. Randi juga sudah mengerahkan bodyguard-nya dan menyewa detektif terkenal untuk mencari anak bungsunya tetapi belum membuahkan hasil.
Bima tersenyum kecut, "Lo baik-baik aja kan dek?" Monolog Bima lirih.
***
"Kak Virgo, Cia mau makan melon boleh?" Cia mengerjap-kan matanya lucu. Mencoba membujuk Virgo yang menatapnya dengan sorot geli.
Virgo mengulum senyum melihat tingkah gadis mungil di depannya. "Boleh, tunggu bentar." Virgo terlihat mengotak-atik ponselnya kemudian kembali menaruhnya.
Cia memainkan kedua telunjuknya di atas paha dengan perasaan yang masih agak canggung. Mencoba menghindar dari tatapan Virgo yang menyorotnya intens.