T H I R T Y | S E V E N

26.2K 2.8K 193
                                    

"Tuan Muda saya ingin menyampaikan informasi yang saya dapat atas perintah anda." Pria berpakaian formal, menunduk patuh pada tuannya yang sedang duduk dibalik meja kerjanya.

"Jadi hal apa yang kamu temukan Almer?" Virgo menatap ponselnya dengan tatapan fokus tapi pendengarannya fokus pada perkataan Almer, bawahannya.

Almer terlihat ragu sesaat, tetapi kemudian berkata pada akhirnya.

"Saya sudah mencari informasi yang anda inginkan, dan saya mendapatkan satu kesimpulan tuan. Bahwa anak yang dikandung nona Amelia bukanlah anak anda, dari rekaman cctv yang saya dapatkan bahwa nona Amelia telah lebih dulu berhubungan dengan pria lain selain anda, menurut tanggal cctv sekitar empat bulan yang lalu nona Amelia terlihat memesan satu kamar hotel di jalan X kota X bersama seorang pria seumuran dengan anda." Almer menarik nafasnya panjang lalu kembali melanjutkan.

"Dari informasi yang telah saya dapatkan, pria muda yang bersama nona Amelia adalah Aldebaran Pratama berasal dari keluarga kaya raya dan merupakan anak tunggal dari pasangan Redo Pratama dan Abisha Celine Pratama. Juga merupakan ketua osis di Alasky International High School."

"Kesimpulan itu saya dapatkan, karena saat itu nona Amelia dan pria itu terlihat seperti sedang dalam pengaruh alkohol dan dari cctv hotel nona Amelia dan pria itu tidak terlihat keluar kamar sekalipun hingga pagi." Almer menundukkan kepalanya.

Virgo hanya mengangguk, "Oh."

Almer tertegun saat melihat respon tuannya yang tidak sesuai ekspetasinya. Padahal dia sudah menjelaskan informasi yang dia dapat dengan nada menggebu-gebu terkesan memanasi. Bagaimanapun Almer tidak terima tuannya mempunyai wanita seperti nona Amelia. Itu tidak menguntungkan tuannya.

"Tuan..., tidak marah?" Almer berujar hati-hati.

"Aku sudah menduga hal itu. Aku saja belum pernah menyentuh wanita itu. Jadi dari mana asalnya dia bisa hamil kalau bukan dari pria lain. " Virgo mendengkus pelan.

Almer menatap tuannya dengan sangat heran.

"Kalau tuan sudah menduga hal itu, lalu mengapa tuan malah menceraikan istri tuan saat tuan baru saja menikah?" Almer bertanya penasaran.

Virgo menaikkan tatapannya dari ponsel, ke arah Almer, melirik bawahannya malas. "Apa itu urusanmu?" kata pria itu menusuk.

Almer tersedak, lalu dengan cepat menunduk dengan canggung.

"Saya minta maaf tuan." ujar Almer sungguh-sungguh.

Kemudian Almer pun keluar dari ruangan Virgo setelah mendapat izin.

Kini tersisa Virgo seorang diri, sadari tadi tatapannya terus fokus pada ponsel.

"Hm, gue harus ngalah cantik. Gue udah bilang kalau gue emang pengecut, maaf sayang." Virgo menatap sendu layar ponsel yang menampilkan wajah seorang gadis.

|•|•|•|

Di sebuah ruangan bernuansa putih polos tanpa ujung terlihat seorang gadis sedang berjalan mengitari ruangan yang sepertinya tidak memiliki ujung itu.

Yang pergi akan kembali..

Gadis itu menoleh kearah sekitarnya, mencoba mencari asal suara itu.

Cerita akan berakhir...

Suara itu terdengar samar-samar hingga gadis itu harus menajamkan indera pendengarannya.

Jati dirimu akan bangkit....

Bersiaplah...

"Hah! Itu mimpi apaan? Kembali? Berakhir? Dan bangkit? Apa maksudnya?" Cia memijat kepalanya pening dengan mimpi yang baru saja dia alami.

|•|•|•|

Di sebuah kamar rumah sakit, sesosok tubuh terlihat berbaring dengan tenang. Berbagai alat penumpu hidup terlihat disekitar gadis berwajah Asia itu.

Tubuh gadis itu terlihat begitu kurus dan ringkih, membuat penampilan gadis itu semakin menyedihkan seolah vitalitas hidup telah hilang dalam diri gadis itu.

Tetapi walau begitu, detak jantung gadis itu nyatanya masih berdetak walaupun sangat pelan nyaris tidak bergerak jika tidak diperhatikan secara sesama.

Di samping gadis itu tepatnya di meja, terlihat sebuah buku berwarna putih elegan seperti buku diary yang kini terbuka menampilkan lembaran-lembaran kertas berisi tulisan yang setiap kalimat dalam lembaran buku itu terlihat berubah dengan cepat.

Hingga mencapai lembaran buku yang terakhir, lembaran-lembaran buku itu berhenti bergerak.

Buku berwarna putih itu sepertinya belum di tulis hingga akhir cerita. Lembaran buku terakhir terlihat sebuah kalimat.

"Hm, gue harus ngalah cantik. Gue udah bilang kalau gue emang pengecut, maaf sayang." Virgo menatap sendu layar ponsel yang menampilkan wajah seorang gadis.

Lalu buku diary itu kembali tertutup seperti tidak ada yang terjadi, di ranjang pasien itu tertera nama pasien.

Minty Vermalen.

|•|•|•|

Satu bulan berlalu...

Di dalam kamar, terlihat Cia yang sedang berdiri menatapi pemandangan jendela yang menampilkan langit malam.

"Jadi semua ini cuma cerita? Apa gue juga termasuk salah satu karakternya?" Gadis berwajah baby face itu terlihat memandang bulan yang kini terlihat palsu di matanya.

Semuanya tidak nyata.

Selama satu bulan ini entah bagaimana kondisi tubuhnya memburuk, dimulai dari sakit demam hingga akhirnya kadang-kadang dia memuntahkan darah atau bahkan tak sadarkan diri hingga beberapa hari membuat keluarganya cemas.

Tetapi saat diperiksa ke rumah sakit, dokter mengatakan bahwa tidak ada yang terjadi pada tubuhnya. Semuanya baik-baik saja.

Kini untuk berlari pun Cia sudah tidak sekuat itu, jadi dia memutuskan untuk tidak ke sekolah setelah tubuhnya makin memburuk saja.

"Gue selalu merasa kalau nggak lama lagi gue akan kembali. Entah itu ke pangkuan Tuhan atau ke tempat lain? Gue nggak tahu. Raga gue aja makin hari udah kayak orang mau mati." Cia tertawa miris.

Dia mengalami mimpi itu sebulan yang lalu sampai sekarang pun dia masih memimpikan hal yang sama.

Yang membuat dirinya paham, jikalau semua yang ada di sekitarnya maupun dirinya hanyalah kepalsuan semata.

Hanya menunggu waktu untuk dirinya kembali, entah kembali kemana.

"Atau ternyata gue memang bukan dari dunia ini?"


|•|•|•|

Selamat berpikir keras:)

Teori apa yang kalian pikirkan ? Kali aja bener.

Sorry kalau pendek.

See u...💜

Minggu, 19 Desember

Transmigrasi Gadis Polos (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang