•••
Ini hari minggu dan sekolah sedang libur, Gulf mengayuh sepedanya kencang menuruni jalan terjal sembari bersorak gembira.
Di setang kanan sepedanya ada paperbag cokelat, pesanan bunda.
Waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi tetapi di komplek perumahan ini sudah terlihat banyak orang melakukan rutinitas harian.
Olahraga.
Sepedanya ia parkirkan di pekarangan sebuah rumah mewah, tangannya dengan cepat memencet bel.
"Mama!"
"Mama menantu datang!"
Iya benar, ini rumah Mew.
Pintu dibuka dari dalam, ada Mew yang baru saja selesai mandi karena surai pria itu masih meneteskan air.
"Mama tidak ada."
Gulf mengerut, "Aku cari kamu juga."
"Aku sedang tidak ingin di ganggu, kamu pulang saja." Mew bersiap menutup pintu sebelum debaman keras menghantam pintu rumahnya.
Mew tertawa.
Gulf merajuk.
"Kenapa kamu mudah sekali merajuk?"
"Memangnya ada aturan tidak boleh merajuk?"
Mew hanya bisa tersenyum gemas.
"Mau coba kue buatan mama tidak?"
.
.
.Dan disinilah Gulf berada, sofa ruang tengah bersama setoples kue kering dengan cokelat melapisinya.
"Sudah, kamu bisa sakit gigi." Ujar Mew seraya membersihkan remahan-remahan cokelat di pinggiran bibir Gulf.
"Habis ini gosok gigi," matanya tidak lepas memandang layar televisi dan membiarkan Mew merapikan kekacauan yang telah ia buat.
Sampah makanan.
Botol minuman.
Juga sisa buah strawberry yang hanya menyisakan daun.
"Mama akan marah jika melihat rumahnya berantakan."
"Mama sayang padaku."
"Tidak, mama hanya kasihan."
"Papa sayang," belanya kembali.
Mew terkekeh, "Papa juga kasihan."
Gulf kesal, berdebat dengan pacarnya memang selalu membuat emosinya terpancing. Bibir bawahnya melengkung kebawah.
"Mama sama papa kasihan, tapi aku sayang."
Mew mengambil toples kue dipelukan Gulf sebelum anak itu mengamuk.