Flashback.
•••
Setelah pertemuan di malam Arisan, Mew memutuskan untuk mendekati Gulf yang saat itu ternyata juga memiliki ketertarikan terhadapnya.
Meskipun anak itu membutuhkan waktu sedikit lama untuk menyadarinya.
Dan sekarang hubungan mereka telah berjalan hampir setahun lamanya, tidak terasa Gulf akan memulai harinya sebagai siswa dari sekolah Menengah Atas Hefard.
Dimana Mew telah lebih dahulu menimba ilmu disana.
Gulf menelungkupkan tubuhnya diatas tempat tidur tepat disamping Ayahnya yang sedang mengerjakan sesuatu bersama laptopnya.
Bunda dan kak Bow tengah mengunjungi nenek, maka dari itu si anak kucing sangat kesepian sekarang.
"Ayah, Gulf lapar."
"Kamu tadi baru makan, kalau masih lapar Ayah menyimpan Cheesecake di dalam kulkas."
Bibirnya mengerucut, "Ayah ini tidak mengerti ya?"
Ayah David terkekeh, tangannya mengusap tummy Gulf gemas. Putra kecilnya membutuhkan perhatian.
"Kenapa tidak ajak Mew ke rumah?"
"Memangnya boleh?"
"Kenapa tidak? Ayah tahu kok kalau kalian ini pacaran."
Gulf tersedak kencang, apakah itu berarti semua anggotanya keluarganya juga mengetahui? Astaga.. ia malu.
Matanya menyipit menatap langsung ke mata pria dewasa di hadapannya, "Ayah.. jangan bilang Bunda oke?"
"Tergantung."
Untuk pertama kalinya, Gulf kesal berada dalam satu ruangan bersama Ayahnya.
.
.
."Baju sekolahnya sudah di siapkan?"
"Heemmm."
"Jangan nakal besok ya, aku tidak mau pacarku di hukum."
Gulf menaruh tasnya di sisi bawah tempat tidur, Mew sejak tadi telah mengecek ulang seluruh persiapan sekolahnya besok pagi disertai dengan banyak pertanyaan tentunya.
"Mew Mew."
"Kamu butuh sesuatu?" Mew langsung menghampiri anak kucingnya yang hanya membaringkan tubuh seraya mengehela nafas.
"Besok kita pura-pura tidak saling kenal ya?"
"Kenapa?"
"Tidak ada alasan, hanya ingin."
Yang lebih tua hanya diam, banyak pikiran berkonotasi negatif dalam kepalanya namun ketika melihat Gulf ia kembali mencoba menetralkan prasangka.
Mungkin Gulf hanya tidak ingin menjadi pusat perhatian.