•••
Gulf itu sangat sering bertanya tentang hal yang tidak penting, maksudnya anak itu sudah memiliki jawaban tetapi ia lebih memilih bertanya kembali entah untuk apa.
Dan pertanyaan yang paling sering di ajukan kepada Mew adalah :
"Kamu sayang aku tidak?"
"Sudah tahu jawabannya kan?"
"Tahu!"
"Terus kenapa tanya?"
"Siapa tahu jawaban kamu berubah, aku kan hanya mencoba memastikan."
Mew mencubit gemas pipi gembil pacarnya, dari waktu ke waktu ia tidak hentinya memuja Gulf dalam hati. Terkait rasa yang malah semakin bertambah, untuknya si permata cantik yang kini telah berada dalam pelukan.
"Masih sama, aku masih sayang kamu."
"Mew, kita ini masih muda. Nanti di masa depan mungkin akan lebih banyak orang yang kita kenal, kamu masih yakin?"
Mew sangat tahu, Gulf ini sebenarnya tipe pemikir berat bahkan untuk hal-hal kecil.. hanya saja semua itu di tutupinya melalui sifat tengil juga pembangkang di sekolah.
Secara keseluruhan, Gulf adalah anak yang manis.
Kursi belajar Gulf ia tarik dan wajahnya sedikit menunduk, mereka bertatapan lama.
"Gulf, jangan minta apapun dariku untuk di janjikan. Karena tanpa kamu minta aku pasti akan berusaha, apapun itu."
Hubungan mereka sangat sederhana dan terlampau mulus untuk dua anak remaja yang tengah di mabuk asmara.
.
.
.
Hari ini Mew dan Gulf akan menampilkan panggung musik demi melengkapi kekurangan dari rangkaian acara yang telah di tetapkan.
Meskipun berawal dari sedikit kesalahan, mereka tetap akan berbangga diri karena telah berusaha menunjukkan yang terbaik.
"Sini," jemarinya memberi gesture agar Gulf segera menghampiri.
Mew perlu memberikan dukungannya sebelum mereka dipanggil.
"Minum tadi udah?"
"Udaah."
"Pacarku pasti gugup," ledek Mew berusaha mencairkan suasana.
"Siapa bilang? Aku berani kok!"
Onyx hitamnya bertemu pandang dengan telaga cokelat Gulf, ini adalah moment yang paling disukai.
Ketika lisan tidak perlu menyampaikan untaian kata berlebih, karena mata telah menjawab semuanya.
"Siniin tangannya."