•••
Barangkali ada harga yang harus dibayar untuk dua tahun ditinggal tanpa suara, Gulf mengingat pertemuan pertama mereka yang berawal dari kemarahan demi dua kue lalu berakhir menjadi cinta.
Sederhana.
"Gulf, kamu kenal Johnny Seo?"
"Orang korea-Chicago itu?"
Mix mengangguk semangat lalu menyodorkan ponselnya— foto seorang pria tinggi.
"Ini orangnya, minggu lalu pas kamu ambil latihan piano di ruang musik dia liatin loh.."
"Bukannya dia teman Lucas?"
"Kamu kenal Lucas?!"
Gulf mengangguk seraya meneguk milkshake strawberry-nya, "Kami dulu satu sekolah."
Cuaca siang ini tidak begitu panas karena tadi hujan baru saja turun, keduanya memutuskan untuk rehat sejenak sembari menikmati sesuatu yang manis.
Mix bilang pacarnya tidak menjemput karena masih memiliki jadwal lain, dan otomatis sebagai teman yang baik Gulf akan mengajaknya pulang bersama.
"Kamu bilang Johnny liatin aku?"
"Iya, lama soalnya aku kan duduk di bangku sebelah pintu."
Gulf menggendikkan bahu acuh, mungkin pria itu hanya sekedar lewat dan mendengar permainan jarinya.
Di sisi lain empat orang yang duduk dalam satu meja melihat ke arah dua sekawan itu dengan tatapan berbeda, salah satunya tersenyum simpul.
"Manis kan?"
"He's so cute, Gulf right?" ujar salah seorang lagi diantaranya.
"Zayn, stop it."
Dibalas gelak tawa oleh yang lainnya, Johnny menatap tajam Zayn yang tampak menaruh perhatian lebih kepada pria manis incarannya.
"Aku tidak pernah suka pada seorang lelaki sebelumnya, tapi anak itu.. benar-benar membuatku hilang akal." Gumam Johnny kembali.
Ia benar-benar telah jatuh cinta.
.
.
.
Gulf mengeratkan syal dilehernya saat udara dingin terasa berhembus lebih kencang, akhir Oktober tentu saja musim telah berganti.Hidungnya telah memerah efek cuaca, sejak tadi bus yang sedang ditunggunya tidak datang juga.. jika ia berdiri lebih lama dari ini maka bisa di pastikan tubuhnya akan melemah.