•••
Mew berjalan menuju kelas pacar manisnya untuk makan siang bersama sekaligus meminta maaf karena tidak bisa menjemputnya tadi pagi.
Jemarinya melepas tanda OSIS di lengan kanannya, karena Gulf tidak menyukainya.
Tapi.. sejak tadi anak kucingnya tidak kelihatan, kemana dia?
"Gulf tidak masuk hari ini karena sakit Kak," ujar seorang teman Gulf bernama Max setelah Mew bertanya.
"Baiklah, terima kasih Max."
Alisnya bertaut sempurna bingung mengapa pacarnya bisa sakit secara tiba-tiba padahal kemarin ia tidak memberikan makanan aneh-aneh.
Selera makannya menghilang digantikan oleh ke-khawatiran tiada henti mengenai kondisi terkini dari seorang Gulf Kanawut.
Haruskah ia bolos?
Tidak.
Mew menggeleng kencang kala pikiran aneh mulai bermunculan demi memenuhi rasa penasaran juga khawatirnya untuk Gulf.
.
.
."Bun, Ayah mana?"
"Ayah masih di Rumah Sakit, ayo sini makan dulu buburnya."
Gulf menggeleng pelan, bibirnya di tutup rapat menggunakan tangan kanan sedangkan tangan yang lainnya sibuk memeluk erat leher boneka besarnya.
"Sayang," Keluh Bunda Jihan sembari menatap putranya sedih. Gulf sejak kemarin belum makan apa-apa selain buah karena anak itu akan selalu memuntahkan isi perutnya setelah menerima satu suapan nasi hangat bahkan bubur sekalipun.
"Bunda.. mau Ayah.." matanya berkaca-kaca.
Wanita cantik itu mendekat ke arah anaknya setelah meletakkan satu mangkuk bubur, tangannya meraih tubuh hangat itu untuk ia rengkuh sayang.
"Sebentar lagi ya? Bunda sedih lihat kamu sakit gini, makan ya?"
"Hiks.. mual"
Gulf mulai menangis akibat rasa sakit di tubuh juga perasaan aneh yang membuatnya sangat sedih, pelipisnya telah berkeringat sejak tadi tetapi dingin lebih mendominasi.
Ia bingung, bingung mengapa tubuhnya bisa terasa sangat menyakitkan seperti ini.
Mew benar.. sakit itu tidak enak.
Karena kelelahan menangis juga faktor tidak makan seharian akhirnya Gulf tertidur, Bunda Jihan tidak berani membawa anaknya ke Rumah Sakit karena Gulf sangat trauma.
Maka dari itu Ayahnya adalah orang pertama yang akan ia cari ketika merasa tubuhnya mulai tidak nyaman.
"Cepat sembuh anak Bunda," bisiknya seraya mengecup sayang kening Gulf.
.
.
."Mew, ada apa dengan wajahmu?" Tawan menepuk pelan pundak temannya.
Sejak tadi Mew hanya membolak-balik bukunya tanpa minat, ini dimulai saat bel istirahat pertama.