Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Karena Mew terlalu pintar dan Gulf menjadikannya alasan untuk tidak belajar dengan giat, lalu ketika ditanya maka anak itu akan menjawab :
"Pacarku sudah pintar, dan aku tidak perlu menjadi seperti dirinya karena Mew Mew akan merasa tersaingi nantinya. Yakan?"
Bow hampir saja menelan adiknya, jika tidak ingat disini ada mama dan juga papanya Mew.
"Mana bisa begitu, pendidikan itu kan nilainya individu bukan perkelompok. Kamu kalau mau ngasi alasan jangan yang kayak gitu, kakak malu." Alisnya bertaut sempurna, pasangan kakak beradik itu memang selalu terlibat perdebatan konyol hingga akhirnya Gulf akan menyerah dengan alasan, dia ini laki-laki.
Ayah David menatap anak-anaknya sembari terkekeh pelan, hiburannya disaat lelah dengan pekerjaan.
Hari ini dua keluarga mereka sedang melakukan makan malam di salah satu restoran, alasannya simple.
Mama Gauri dan Bunda Jihan saling merindukan.
Tetapi pada akhirnya Papa Harry dan Ayah David mengajukan diri untuk ikut, bosan di rumah.
Gulf beringsut menatap Mew yang hanya menikmati cheesecakenya, tidak memperdulikan kesengsaraannya akibat kalah berdebat dengan sang kakak.
Ya begitu.
"Mew Mew, aku mau."
Mew mengambilkan satu potong besar dengan buah strawberry utuh diatasnya, kesukaan Gulf.
"Kamu kalau sibuk sendiri nanti aku pulang loh."
Ternyata dia protes karena tidak di perhatikan oleh Mew.
Bunda dan Mama sudah tertawa gemas, sedangkan Ayah dan Papa sibuk membicarakan sesuatu.
"Mew, Gulf itu menyebalkan. Kenapa kamu bisa tahan?"
"Karena dia Gulf."
Pfft.
Bow mengusap canggung lehernya karena jawaban singkat dari calon adik iparnya, benar-benar diluar ekspetasi.
Tetapi seharusnya ia sudah terbiasa bukan? Mereka sudah dua tahun bersama.
"Mew, kamu jangan lihat kak Bow nanti ketularan anehnya dia."
"Yang aneh kan kamu!" Bow tidak terima.
. . .
"Bunda, dasi aku dimana?"
"Di gantung dalam lemari kecil."
"Bun, kaos kakinya tidak kelihatan."
"Ada di lemari itu juga, lihat baik-baik."
"Bun—"
"Gulf, kalau nanya lagi nanti bukan ikannya yang bunda goreng tapi kamu. Mau?" Bunda menatap anaknya yang hanya tertawa jahil.