Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Hujannya sudah reda tapi dingin dan diamnya suasana mengubah segalanya, Mew membuka pintu ruangan di dominasi warna putih tersebut. Nafasnya tertahan sesak hingga rasanya menangispun percuma.
Gulf, malaikat cantiknya tertidur dengan alat penopang kehidupan yang sudah di lepas.
Hanya ada satu helai kain putih menutupi leher hingga ujung kaki, Mew jelas mengerti apa yang sedang terjadi.
Bahkan jejak darah di kakinya masih ada.
Kenapa berakhir seperti ini?
"Sayang.. cantiknya Mew Mew, kenapa diam aja? Anak kita tadi nangisnya keras banget. Kamu nggak mau liat? Cantik loh.."
Dingin, jemari istrinya terlalu dingin untuk di genggam namun Mew tidak ingin melepaskan.
Kepalanya tertunduk dalam, kakinya menekuk luruh jatuh ke lantai.. Mew sampai pada ujung duka bersama derai air mata.
"G— Gulf tolong bangun.. jangan gini, bangun ya? kamu kan takut di rumah sakit. Aku bantu duduk ya? Aku bantu tapi kamu harus buka mata dulu.." Mew menarik perlahan tubuh pucat Gulf.
Kain itu jatuh separuh hingga menampakkan bekas jahitan yang masih basah, anaknya baru saja di lahirkan.
Mew terdiam ketika kepala Gulf menumpu total di bahu tegapnya.
Gulf-nya telah pergi.
Wajahnya basah, Mew menangis dalam diam sembari memeluk erat Gulf yang sudah tiada.
Istrinya.. pergi.
***
"Mew!" Keenan menampar-nampar wajah panik sepupunya yang masih belum terjaga dari alam bawah sadar.
"Astaga Mew!!" Mama Gauri menarik kuat telinga putranya paksa.
Jelas saja karena anaknya itu menangis dalam tidur bahkan mengigau dengan suara keras hingga membuat cucunya menangis.
Mew membuka matanya cepat menatap linglung sekelilingnya, ia kini di kelilingi oleh Mama Papa juga Bunda dan Ayah.
Ah.. jangan lupakan Keenan, Karina dan Bow.
"Ma.. Gulf udah di makamkan?" Tanya Mew pelan.
Bow menaikkan alisnya bingung, "Kamu nyumpahin adik aku meninggal?"
Lebih dari itu semua, di sela-sela kerumunan keluarganya Mew dapat melihat seseorang tertidur diatas ranjang besar khusus rumah sakit bersama satu box bayi di sebelahnya.
"Itu Gulf?"
Merasa amarahnya terpancing, Bow memukul kuat punggung iparnya gemas.
"Kamu itu aneh sekali, tadi pas Gulf masuk ruang operasi kamu-nya malah pingsan. Terus pas bangun ngiranya Gulf udah meninggal, Ayah tolong ini menantunya di suntik mati aja."