22. Sholat Dhuha

12 1 0
                                    

Yang wajib harus lebih diutamakan. Tetapi, banyak sunah-sunah yang seharusnya kita jalankan. Agar ibadah menjadi lebih terasa nikmat. Melaksanakan sholat karena Allah SWT. meski diri belum sepenuhnya baik.
.
.
.

Brugh!

"Maaf, gue nggak–"

"Syawal?"

"Agi?" ucap keduanya bersamaan.

"Kamu kenapa lari-lari?" tanya Syawal, ikut panik saat melihat raut wajah Agi yang terlihat panik.

"Gue habis ketemu hantu, Wal. Penampilannya seram banget." jawab Agi bergidik.

Bukannya menjawab, Syawal justru menempelkan telapak tangannya di dahi Agi. "Normal."

Agi menepis tangan Syawal dengan kasar. "Gue nggak sakit. Di sungai tadi gue ketemu sama cewek penampilannya... Astaghfirullah, benar-benar hancur."

Yang Agi lihat, cewek itu memakai celana sobek-sobek dan baju kumuh. Terlihat menyeramkan bagi pandangan Agi. Wajahnya pun penuh bercak-bercak lumpur.

"Sholat dhuha, yuk?" Syawal malah mengajak Agi untuk melaksanakan sholat sunah dhuha. Minimal dilakukan dua rakaat.

Tanpa ragu, Agi mengiyakan ajakan Syawal dengan semangat. "Ayo!" bukannya bergegas, Syawal terdiam kaku. Benarkah ini Agi? Lalu senyum mengembang seiring berjalannya.

Agi mulai ada perubahan. Biasanya cowok itu sangat sulit diajak sholat. Dan selalu saja ada alasan untuk mengelak. Hati Syawal langsung merasa bahagia.

Begitu terasa sejuk saat melangkah ke dalamnya. Tertata rapi dan bersih. Sudah berapa lama dirinya tidak masuk ke tempat ini? Sungguh berdosa.

Hati menjadi tenang. Raga terasa lemah. Beban seketika terangkat. Keheningan yang mampu menenangkan hati dan pikiran.

"Kenapa?" tanya Syawal. Seketika heran melihat Agi hanya diam di tempat.

"Gue berdosa banget, Wal. Udah lama gue nggak masuk Mushola. Apa Allah akan memaafkan hamba yang penuh dosa ini?" Agi menatap Syawal penuh sorot penyesalan.

Syawal tersenyum haru. "Allah maha pemaaf. Sebanyak apapun dosa yang kita perbuat akan diampuni jika kita benar-benar bertaubat. Nikmat Allah itu luas, Gi. Allah maha baik. Seburuk apapun kita, Allah masih memberikan kita nikmat yang banyak."

Agi menunduk. "Sikap gue buruk banget, banyak dosa, dan gue juga udah lama ninggalin sholat."

"Sekarang kamu bisa memperbaikinya sedikit demi sedikit. Perlahan pasti ada perubahan. Nyatanya manusia nggak pernah luput dari yang namanya dosa. Tapi, mau seburuk apapun diri kita, jangan pernah tinggalkan sholat." tutur Syawal.

"Bantu gue, Wal. Ingatkan, kalau gue berada dalam jalan yang salah." mohon Agi.

"Saya pasti membantu selagi saya bisa. Kita saling mengingatkan. Saya juga pasti bisa aja melakukan salah. Saya nggak sempurna seperti pandangan orang lain pada saya, Gi." jawab Syawal.

Lega ketika Syawal menjelaskannya. Kini Agi tidak lagi ragu untuk memperbaiki dirinya dengan perlahan. Hanya satu, fokus untuk benar-benar berubah.

Agi dan Syawal.

Dua orang berbeda karakter. Namun, sekarang fokus untuk melangkah di jalan yang sama. Yaitu, menapaki jalan kebaikan untuk menggapai surga-Nya.

Beruntung kalian yang memiliki teman sholeh dan sholehah. Mengingatkan kita pada kebaikan. Yang marah saat kita melakukan kesalahan. Dan menegur untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Setelah melaksanakan sholat dhuha, Agi dan Syawal kembali masuk kelas. Dan ternyata kelas tidak ada guru pengajar.

"Wal, apa kita nggak ada niatan untuk ke rumah Sahi?" Firza bertanya saat Syawal memasuki kelas.

Rindu yang Tak Berujung (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang