29. Persiapan Acara Sekolah

8 2 0
                                    

Seharusnya perkataan itu terdengar biasa saja. Namun, kenapa sangat menyakitkan ketika dia seolah tidak menginginkan kehadiran ini?

Wahyu Al Fauzan.
.
.
.

Panggung megah tertata di lapangan yang luas. Segala properti telah menambah keindahannya saat dipandang. Para murid bergerak ke sana kemari begitu sibuk bekerja sama. Ada yang membawa karangan bunga, membawa kayu, dan masih banyak lagi kegiatan yang mereka lakukan.

Acara yang diadakan setahun sekali. Menjalin hubungan baik antara murid dan guru agar semakin dekat dan kompak.

Dilaksanakan pada hari minggu. Seluruh murid dianjurkan untuk menampilkan setiap ekstrakurikuler yang mereka geluti. Yang memiliki bakat bernyanyi, menari, bersholawat, dan lainnya pun diikutsertakan.

Keadaan semakin ramai. Suara teriakan menggema di lapangan. Anggota osis sibuk mengatur setiap ujung tempat yang tengah dibenahi oleh murid lainnya. Guru pun ikut andil ke lapangan untuk melihat berapa persen panggung yang sudah tertata.

"Kalau bisa bunganya di samping panggung aja. Nanti balonnya di atas." instruksi kepala sekolah, tangannya bergerak memberi arahan. Mengatur letak bunga dan balon untuk hiasan panggungnya.

"Baik, Pak!" dengan cekatan murid itu menempatkan balon dan bunganya sesuai instruksi kepala sekolah.

"Ayo, semuanya semangat, semangat, semangat!" teriak kepala sekolah. Memberikan semangat untuk mereka yang sedang bekerja sembari mengepalkan tangannya ke udara dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Siap, Pak!"

"Laksanakan, komandan!"

"Baik, Pak!"

Mereka kembali melanjutkan pekerjaannya masing-masing.

"Sah, kalau kamu nggak kuat istirahat aja." suruh Firza, tak tega melihat Sahi yang sedari tadi mengeluarkan suara batuk.

"Aku nggak apa-apa, Za. Aku masih kuat." Sahi memaksakan dirinya. Badannya sedang tidak baik. Semalam saja dirinya batuk terus-menerus. Padahal sudah diberi obat batuk oleh Ibunya.

Firza berlari ke UKS untuk mengambil air hangat untuk sahabatnya. Sahi hanya melirik sebentar kemudian melanjutkan kegiatannya.

Saat di UKS Firza hanya menemukan satu orang perempuan yang sedang duduk sambil menulis sesuatu dibuku besar.

"Assalamu'alaikum," suara Firza menyadarkan perempuan itu dari kegiatan menulisnya.

"Wa'alaikumussalam. Ada apa, Za?"

"Aku mau minta air hangat, Bil."

"Tunggu sebentar."

"Buat siapa?" tanyanya bingung.

"Buat Sahi. Dari tadi dia batuk-batuk terus." jawab Firza sembari mengambil gelas berisi air hangat dari tangan Abila.

Namanya adalah Abila. Perempuan berkerudung panjang yang setia menjaga UKS.

Firza cukup mengenali sosok Abila. Walau tidak terlalu dekat tetapi mereka sering bertemu saat Firza ke UKS.

"Makasih ya, Bil." Firza langsung berlari. Abila baru saja ingin mengingatkan Firza. Tetapi, Firza sudah menjauh.

"Untung airnya nggak tumpah." gumam Abila, geleng-geleng kepala.

〰️〰️〰️

"Kenapa bisa luka sih? Dibilangin jangan belagu pisahin orang berantem. Kena kan lo?"

"Awsh.. pelan-pelan atuh ih, sakit nih." ringisnya.

Rindu yang Tak Berujung (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang