38. Jawaban dari Sahi (Telah Usai)

37 2 0
                                    

Semoga jawaban ini adalah awal untuk mereka merangkai kisah yang dinanti. Siapapun yang terpilih, itulah yang Allah tetapkan.
.
.
.

Berguguran banyak daun dari batangnya. Perputaran cuaca, bergantinya pagi dan malam. Berkurangnya usia seseorang. Yang berumur semakin terlihat potensinya. Yang beranjak dewasa semakin terlihat pergerakannya. Kejadian pun seakan terlewat tanpa dicegah. Semakin cepat waktu berjalan, semakin banyak perubahan yang dilalui.

Waktu begitu cepat usai. Baru kemarin masuk sekolah menengah atas, kini sudah menginjak kelas akhir. Setiap jam, menit, dan detiknya begitu berharga.

Sudahkah kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya? Kita bisa saja lupa kehidupan ini terus berjalan. Tanpa kita sadari kesalahan selalu bersama setiap saat.

Perempuan itu berjalan dengan pelan, menikmati setiap derap langkah kakinya. Tersenyum disetiap jejak kaki yang akan membawanya ke sebuah tempat. Mensyukuri nikmat hari ini tiba. Melihat betapa banyak orang yang bahagia tanpa memikirkan masalah apapun.

Kelihatannya memang bahagia. Tetapi, bisa saja masalah dia lebih besar dari yang dikira. Dan mereka masih bisa tersenyum. Karena mereka yakin bahwa masalah seberat apapun tidak akan melewati batas kemampuan seseorang. Akan ada jalan keluar dari setiap badai yang datang.

Libur kenaikan kelas telah datang. Perasaan wanita itu sedikit ringan. Tidak gelisah seperti saat-saat itu. Hari ini dia akan meyakinkan dirinya untuk memutuskan sesuatu yang mungkin sulit ditentukan. Diusia yang belum matang, harus dihadapkan oleh pilihan untuk masa depan.

Ia menghampiri cowok yang sedang duduk di taman. Ditemani tangkai bunga warna-warni dan rumput-rumput segar. Menambah keindahan taman itu.

"Assalamu'alaikum," ucapan salamnya mengalihkan pandangan cowok itu ke arahnya.

"Wa'alaikumussalam." jawabnya. Perlahan tersenyum lebar.

"Maaf saya telat."

"Nggak apa-apa. Selama apapun akan aku tunggu."

Cewek itu duduk di samping, sedikit berjauhan.

"Sahi," panggil orang tersebut.

Sahi menengok sekilas. "Kenapa?"

"Gimana jawabannya?" tanya Wahyu ragu. Ia mendadak gemetar. Seperti menaiki sebuah wahana di pasar malam yang menakutkan. Jawaban apa yang sekiranya akan dia dapat hari ini, itu pertanyaan yang terus terulang di kepalanya.

Sebelum menjawab, Sahi tersenyum. Wajah itu kelihatan manis jika tersenyum. Senyum yang selama ini tidak Wahyu dapat. Pertama kali, Wahyu diperlihatkan perempuan berwajah teduh. Tenang dipandang. Ingin selalu memandang wajah itu. Apa boleh?

Di ujung dekat tiang, sedikit berjauhan dari tempat Sahi dan Wahyu berada. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat keduanya. Tatapan penuh kekecewaan. Harapannya seakan punah untuk menggapai perempuan yang kini duduk bersama seorang lelaki. Apalagi melihat Sahi tersenyum amat cantik membuat hatinya tidak kuat. Tubuhnya lemas seketika. Berlebihan, tapi itu yang memang adanya.

Sahi bukanlah untuknya. Ikhlaskan, Allah memiliki rencana yang baik untuknya. Ia percaya akan hal tersebut. Karena tidak sanggup lagi, dia meninggalkan tempat itu dengan kepala tertunduk. Ini awal baik untuk ke depannya.

Mengikhlaskan sesuatu yang bukan milik kita memang sudah seharusnya. Allah akan mengganti dengan yang lebih baik dari itu semua.

Kuncinya hanya satu.

Percayakan hidupmu pada Allah. Biarlah Allah yang mengatur kehidupanmu setelah usaha keras yang kau jajahi. Bagaimana hasilnya, percayalah bahwa kau akan mengucap terima kasih. Karena, Allah memilihkan sesuatu yang luar biasa.

Rindu yang Tak Berujung (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang