Rindu makan bersamanya. Makanan ini mengingatkanku padanya.
.
.
.Sudah banyak bahan-bahan masakan tertera di meja dapur. Ada banyak jenis sayur, ikan, dan bumbu-bumbu yang siap dijadikan makanan lezat.
Memasak.
Satu kata yang sudah sering dilakukan semua orang. Tapi, tidak semua dari mereka bisa menghasilkan makanan yang enak dari masakannya. Salah satunya Sahi. Dia tidak begitu mahir dalam memasak. Hanya bisa memasak yang biasa-biasa saja. Itupun terkadang bisa kekurangan bumbu atau kelebihan bumbu.
Ibunya sudah sering mengajarkan Sahi memasak. Perlahan Sahi mulai bisa memasak. Sesekali juga membantu Ibunya.
"Tadi kamu kemana dulu?" Sahi mengalihkan pandangan ke arah Ibunya.
"Ibu nunggu kamu, tapi nggak muncul-muncul." lanjutnya.
"Ada kendala, Bu. Sahi nggak sengaja ngejatuhin barang orang, terus Sahi bantu beresin dulu." jawab Sahi jujur.
"Tapi, kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Meta sedikit khawatir.
"Nggak apa-apa, Bu." sahut Sahi tersenyum.
"Oh iya, sekarang kita mau masak apa, Bu?" tanya Sahi mulai fokus pada bahan masakan di hadapannya.
"Ibu mau masak ikan bumbu kuning." Sahi dibuat terkejut saat mendengar makanan itu. Ikan bumbu kuning?
Bukankah itu makanan kesukaannya?
Mendadak tubuhnya lemas. Semangat pun tiba-tiba hilang. Kenapa saat Sahi mulai mengikhlaskan, selalu ada hal yang membuatnya kembali mengingat dan merindu?
Meta tidak sadar mengatakannya. Bahkan Meta santai-santai saja seolah tak berefek apapun.
Menunduk yang bisa Sahi lakukan. Sambil membantu Ibunya memotong sayuran. Mencoba fokus agar tidak tergores pisau. Setelahnya membersihkan ikan.
Suara spatula dan wajan beradu menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Meta amat serius memberikan bumbu untuk ikan dan mengaduknya kembali. Sedangkan Sahi fokus memasak sayur. Semoga saja rasanya enak. Begitulah harapan Sahi.
"Bu, kira-kira kurang apa, ya?" Sahi menyodorkan sendok berisi kuah sayur kepada Ibunya.
Meta langsung menyicipi dan mengecap rasanya. "Kurang garam sedikit." ucapnya sambil tersenyum, mencoba menghargai masakan anaknya.
Sahi malah semakin senang saat Ibunya bilang seperti itu. Artinya, Sahi harus belajar memasak lebih baik lagi. Sahi langsung menambahkan garam dan mencobanya kembali. Dan ternyata rasanya pas.
"Enak, Bu." ucap Sahi berbinar dan dibalas kekehan oleh Ibunya. Sahi memang tidak pernah menyerah untuk belajar memasak. Walaupun sering kekurangan bumbu. Meta sering sekali memberikan Sahi arahan saat memasak.
Setelah lamanya Sahi dan Meta bertempur di dapur, makanan akhirnya siap disajikan. Makanan sederhana namun menggugah selera. Meta sering memasak sayur dan ikan kesukaan Sahi.
Sahi sudah tidak sabar ingin menyantap makanan ini. Kelihatan enak dan sudah pasti rasanya pun enak. Sedari tadi Meta terharu melihat tingkah anaknya. Sahi bahkan tidak sadar Meta memperhatikan Sahi sejak memasak tadi.
Kamu adalah kebahagiaan Ibu. Kamu adalah segalanya buat Ibu. Senyummu adalah semangat buat Ibu. Yang memperkuat Ibu dalam hidup ini. Yang menyemangati Ibu saat terpuruk.
Kesedihanmu membuat Ibu merasa bersalah. Maaf, jika Ibu belum bisa membuatmu bahagia.
Cukup lama Sahi terdiam setelah memasukkan satu suap nasi. Pikirannya kembali melayang pada kenangan yang berkaitan dengan makanan ini. Kenapa sangat berbekas dihatinya? Masakan ini selalu mengingatkan Sahi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu yang Tak Berujung (Selesai)
EspiritualSeperti lingkaran yang tak ada ujungnya. Terus memutar dan kembali ke titik awal dimana kita berhasil melewatinya. Namun, akan tetap berjalan di tempat yang sama. Remaja yang masih bergelung dalam impian sebagai pelajar. Kerinduan pada seseorang ya...