18. Perhatian Kecil Berdampak Besar

24 2 0
                                    

Hanya dengan ucapan sederhana. Namun, membuat jantung tak baik-baik saja.
.
.
.

Mata itu sejak tadi tak lepas memandang gadis di hadapannya yang sejak tadi menunduk. Menatapnya membuat hati menjadi tenang. Tidak peduli dengan keberadaan orang sekitar. Dia tetap fokus pada gadis ini. Sesekali tersenyum tipis.

"Jangan menatapnya berlebihan." ucapan seseorang membuatnya tersadar. Dan ia menatap tidak suka orang tersebut.

"Kalian bukan mahram." ucapnya lagi, dengan wajah datar.

Tapi, tidak mengapa. Yang penting ia langsung semangat kedatangan gadis ini. Gadis yang diidamkan. Kehadirannya mampu mengubah keadaannya saat ini.

Jika ditanya bahagia, jawabannya sangat bahagia. Siapa yang tidak bahagia saat kedatangan orang yang kalian suka menjenguk kita? Rasanya sakit ditubuh lenyap begitu saja.

"Tuh, apa aku bilang. Dia langsung semangat ada kamu disini, Sah." bisik seorang perempuan, mencoba menggoda sahabatnya.

Sahi tidak menjawab, melainkan fokus menunduk ke lantai. Ia tidak berani menatap Wahyu. Padahal sejak tadi Wahyu menatap Sahi tanpa berkedip.

Tidak ada maksud lain, Sahi menjenguk Wahyu hanya sebagai sesama teman. Untung saja disini banyak orang. Kalau tidak, mana mau Sahi sendirian. Lagipun tidak baik berduaan antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahram di dalam satu ruangan.

"Sahi, makasih ya kamu udah mau jengukin aku." ucap Wahyu, tersenyum bahagia.

"Iya." jawab Sahi singkat.

Melihat raut wajah bahagia Wahyu, Syawal merasa sesak. Senyuman Wahyu pada Sahi menyakitkan bagi Syawal.

"Sepertinya ada yang cemburu melihat kedekatan dua orang ini." goda Ramdan, cowok yang terlalu banyak tingkah.

Semua menatap ke arah Ramdan. Ramdan yang ditatap seperti itu malah mengembangkan senyum misterius. Seolah sedang memberi teka-teki agar mereka semakin penasaran.

"Siapa?" tanya Yudi heboh, sekaligus ingin tahu.

Ramdan tidak menjawab, melainkan senyum-senyum sendiri. Yudi sampai bergidik melihatnya. Yudi pikir Ramdan ini aneh.

"Kalian temannya Wahyu?" tanya pria yang lebih dewasa. Tidak ada jawaban, mereka bingung harus menjawab apa.

"Iya, Bang. Setelah kita jenguk Wahyu, dia jadi teman kita sekarang. Mungkin akan menjadi saudara juga." Syawal yang menjawab, mewakili yang lain karena mereka hanya diam.

Dirwan tersenyum mendengar jawaban tegas dari Syawal. Ia bisa menilai bahwa Syawal anak baik-baik. Wahyu beruntung bisa dipertemukan dengan orang-orang baik seperti mereka.

"Wahyu itu anaknya keras kepala. Maklum aja kalau dia suka bantah omongan orang." Wahyu menatap datar Dirwan.

"Jangan percaya sama Bang Dirwan." bantah Wahyu.

"Kenyataan." kekeh Dirwan, yang lain pun ikut terkekeh melihat wajah Wahyu yang sudah memerah menahan kesal.

"Kalian Adik Kakak beneran?" Yudi penasaran. Sejak tadi dirinya memperhatikan wajah Dirwan dan Wahyu. Namun, sama sekali tidak mirip. Maka dari itu Yudi ingin memastikan.

Dirwan langsung merangkul bahu Wahyu. "nggak mirip, ya?" tanyanya sambil menjajarkan wajah di sebelah Wahyu.

"Nggak sama sekali." jawab Yudi, menggeleng.

"Lebih gantengan gue." balas Wahyu, percaya diri.

"Kita ini emang bukan saudara kandung. Wahyu Adik angkat gue." jelas Dirwan membuat Yudi langsung mengangguk paham.

Rindu yang Tak Berujung (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang