Aku jatuh cinta padanya sejak pertemuan pertama kami di Hogwarts Express ketika usiaku sebelas tahun, saat aku bahkan belum mengerti makna dari cinta. Ia seorang pemuda tinggi dan sangat tampan dengan rambut hitam dan mata abu-abu cerah, tubuhnya tegap dan kekar, tapi senyumannya sehangat mentari pagi dan semanis gula-gula. Namanya Cedric Diggory. Aku mungkin terdengar melebih-lebihkan, tapi begitulah adanya.
Aku pikir, ia tidak tahu bahwa aku manaruh rasa padanya. Tapi ada kalanya aku berpikir mungkin dia merasakan hal yang sama. Bagaimanapun kami bersahabat sejak lama, semua perhatiannya padaku mungkin saja hanya perhatian untuk sahabat atau mungkin perhatian yang memiliki makna tersembunyi. Aku berharap pada pilihan yang kedua.
Aku tidak lagi berpikir begitu setelah Cedric dekat dengan gadis Asia dari asrama Ravenclaw tahun ke lima bernama Cho Cang. Dia cantik, pintar, menarik, cool, dan merupakan seeker tim Ravenclaw. Aku tidak menyangkal bahwa Cho dan Cedric terlihat serasi.
Aku berusaha menghilangkan rasa cintaku untuk Cedric, tapi rasanya seperti mencoba melupakan seseorang yang tak pernah aku temui. Setiap hari dia datang padaku, tersenyum, merangkul bahuku, bicara padaku, memberiku perhatian yang ambigu. Dan pada akhirnya, aku kembali ke titik awal, tetap mencintainya.
Aku tidak bisa menyalahkan siapa pun. Mencintainya semudah bernafas, dan perasaan itu tumbuh secepat angin menerbangkan debu. Tapi melihatnya bersama perempuan lain jelas membuatku terluka, seperti tersambar kembang api dari prank si kembar Weasley. Tidak menimbulkan luka fisik, namun membuatku terkejut, kesal, dan marah. Singkatnya, aku cemburu.
Cedric selalu bicara padaku, duduk di sampingku, kadang aku melihatnya menatapku saat kita tidak duduk di tempat yang sama, ia bahkan memberikan sweaternya padaku saat aku kedinginan. "Terlihat lebih pas untukmu," katanya. Bukan salahku jika aku menaruh rasa padanya.
Lalu ... semuanya mulai menghilang. Kami tidak lagi mengobrol saat senggang, bahkan saat duduk berdampingan di waktu sarapan ia tak hentinya memandang meja Ravenclaw. Seolah itu lebih menarik daripada bicara padaku. Seolah ia tidak menyadari aku ada di sampingnya.
"Aku menyukainya. Bukankah dia sangat cantik?"
Aku hanya tersenyum dan mengangguk setuju. "Ya ...," ucapku lirih
Cedric fell for her.
Ia mengajak Cho ke Yule ball, dan mereka berdansa sepanjang malam. Aku sempat berpikir ia akan mengajakku, menyedihkan bukan? Aku terlalu berharap.
Aku lelah berpura-pura baik-baik saja, berpura-pura mendukung hubungannya dengan Cho. Aku menginginkannya kembali, aku cemburu pada caranya menatap Cho, pada caranya tersenyum pada perempuan itu. I wished she was me.
Semakin lama, Cedric semakin menjauh. Beberapa temanku juga menyadari itu, mereka mulai bertanya banyak hal.
"Apa kau merasa kehilangan, YN?"
"Mengapa kau dan Cedric sudah jarang terlihat bersama?"
"Apa menurutmu Cedric dan Cho cocok?"
"Aku kira Cedric dan kau berkencan."
Aku tidak berpikir Cedric menyadari renggangnya hubungan kami. Ia terlalu sibuk dengan Cho dan Quidditch. Ini kesempatan bagus untuk melupakan fakta bahwa aku mencintainya karena ia tidak lagi muncul di hadapanku sesering dulu.
Hari ini aku membolos kelas ramuan dan memilih duduk di atas karpet dekat perapian di ruang rekreasi. Menghangatkan tubuh karena cuaca sangat dingin. Aku tidak pernah membolos sebelumnya. Cedric akan menarikku secara paksa saat aku berniat bolos. Oh c'mon, YN! Lupakan dia.
Jantungku berdegup kencang saat aku melihat sepasang kaki berdiri di depanku. Aku tidak perlu mendongak untuk tahu, kaki siapa itu.
"Mengapa kau membolos?" dia bertanya dengan suara rendah. Aku bisa merasakan kedua mata cerahnya menatapku.
"Mengapa kau menghindariku?" tanyanya lagi. Aku tidak menghindarimu, kau lah yang terlalu menyibukkan diri dengan kekasih barumu.
"Aku tidak-"
"Jangan bohong!" Cedric menginterupsi, "kau membuatku khawatir. Apa yang terjadi?"
Sekarang ia berjongkok, bertumpu pada kedua lututnya. Tangannya menyentuh kedua sisi lenganku. Aku melihat kekhawatiran di matanya. Ia tidak tahu apa yang dilakukannya membuat semua usahaku semakin sia-sia.
"Aku baik-baik saja. Hanya saja suasana hatiku sedang buruk. Aku ingin sendiri."
"Kau bisa bercerita padaku jika ada sesuatu yang mengganggumu. Mungkin aku bisa membantumu," katanya.
Ia duduk di sampingku, melingkarkan tangannya di bahuku lalu mendorong kepalaku perlahan untuk bersandar di bahunya. I miss him.
"Aku akan selalu ada untuk mendengarkan semua ceritamu, YN. Kau tahu?"
"Aku tahu. Tapi saat ini kau sedang sibuk dengan ... dengan Cho. Aku tidak ingin mengganggumu."
"Kau bisa datang padaku kapan pun, aku akan selalu memiliki waktu untuk sahabatku. Kau tidak perlu menyimpan semuanya sendiri. Sekarang katakan padaku, apa yang terjadi?"
"Aku tidak bisa memberitahumu." Aku terlalu takut.
"Mengapa?"
"Aku .... tidak bisa memberitahumu."
"Kau tidak percaya padaku?"
Aku mengangkat kepalaku dari bahunya. Ia menatapku dengan khawatir dan terluka. Entahlah.
"Aku percaya padamu. Hanya saja ... Aku tidak ingin membebanimu dengan masalah yang kupunya," Aku mencoba menjelaskan. Pikiranku berkecamuk, haruskah aku memberitahunya bahwa aku mencintainya lebih dari sahabat.
Cedric masih menatapku dengan pandangan penuh arti. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan. Lama kami terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"I love you, Ced." Aku memperhatikan perapian yang sudah padam, berharap ada kehangatan untuk hati dan pikiranku yang terasa membeku.
Cedric tidak mengatakan apapun, aku masih bisa merasakan tatapannya.
"I love you, but you love her, you love Cho."
"YN..."
"Aku mencoba untuk menerimanya -kau bersama Cho. Tapi itu tidak mudah. Maaf. But it's fine, it really is. Kau tidak perlu khawatir. Aku hanya perlu waktu sedikit lebih lama untuk bisa menerima semuanya. Aku tidak akan mengganggumu."
Tanganku terkepal, berusaha meredam kegugupan. Aku masih tak mendengar suaranya, dan aku tak sanggup melihat wajahnya sekarang.
"Cedric?" Aku memanggilnya dengan suara hampir berbisik. "Please... say something."
Aku harusnya tidak mengatakan itu, harusnya aku tak memberitahunya. Aku mengacaukan semuanya.
"I love you too, YN. As a friend," akhirnya dia bersuara.
"I know." Aku mengangguk pelan tanpa menatapnya.
"YN, kau tahu aku bersama Cho. I love her."
Aku merasakan rasa bersalah pada suaranya. Dia tak harus merasa begitu.
"Aku tahu. Aku tak akan menganggu kalian. Maaf. Dan untuk sementara waktu, lebih baik kita tetap menjaga jarak, seperti yang sudah kau lakukan selama beberapa waktu kebelakang."
Aku bangkit dari tempat dudukku saat suara riuh langkah kaki mendekat. Sepertinya ada kelas yang sudah berakhir.
"Terima kasih sudah mendengarkanku. Sampai jumpa nanti!"
Aku berjalan ke arah tangga menuju asrama. Aku perlu waktu untuk menangisi diriku sendiri.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Hogwarts Boys x OC/reader [Kumpulan Oneshot]
Hayran KurguAda banyak kekurangan yang belum sempat direvisi. Jadi, mohon kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya. Semua cerita yang ada di sini adalah tulisan saya sendiri. Beberapa diantaranya dapat ide alur dari pembaca, biasanya saya tag akun pemberi id...