HEHE ><
(~‾▿‾)~ ~(‾▿‾~)
"Bun, Genza sama Nayza kangen banget sama bunda," Genza meratapi batu nisan di depannya, mengelus nisan tersebut seolah-olah orang di bawah sana bisa merasakan elusan dari tangannya.
Genza melirik Nayza yang berada di sampingnya, mengacak gemas rambut Nayza kemudian mengecupnya singkat, "Genza bersyukur bunda pernah maksa ngejodohin Genza sama Nayza," katanya jujur. "Nayza sama ya bun ternyata, juteknya Nayza mirip banget sama bunda, apalagi kalo lagi marah-marah, beuh makin mirip sama bunda." keluh Genza dengan nada bicara seolah sedang mengadu pada bunda nya itu.
Nayza hanya diam, melirik Genza dengan malas. Genza terkekeh, "Tuh, bun. Mirip banget kalo matanya udah muter-muter begitu ih seremmm." kata Genza terus menyudutkan Nayza di depan makam orang tersayangnya itu.
Nayza tidak terima, merasa harus membela dirinya, "Enggak kok bun, Nayza gak suka marah marah. Genza nya aja yang lebay. Nayza juga marah kalo Genza lagi bandel aja kok bun." adunya tak mau kalah.
"Enggak bun Genza gak pernah bandel. Nayza boong." bela Genza.
Nayza terus ngotot membalas ucapan Genza, "Genza bandel bun. Sering nonjok anak orang."
"Tapi kan kata bunda kalo ada yang mau ambil Nayza dari Genza lawan aja. Jadi yaudah Genza lawan." ucap Genza dengan percaya dirinya, membuat Nayza seketika melembut. "Tapi kan bisa gausah langsung ditonjok," ucap Nayza pelan.
"Gak. Gak bisa pokoknya."
Nayza menghela nafasnya, "Bisa. Genzanya aja yang gak mau."
Keduanya tiba-tiba terdiam, tersadar kalau sekarang mereka sedang berada di pemakaman.
sama-sama terkekeh, menatap sekali lagi batu nisan di depannya. "Kalo bunda masih ada pasti bakal seru banget ya Nay." kata Genza sendu. Nayza hanya mengangguk membenarkan, tangan Nayza bergerak mengelus punggung Genza lembut."Besok-besok kalo emosi jangan langsung nonjok anak orang ya. Aku gak mau kamu luka. Cari aku. Peluk aku aja." pinta Nayza. Genza hanya bergumam, menatap manik mata istrinya itu dalam.
"Bunda kenapa sih nyariin aku jodoh yang cantiknya kebangetan kayak gini. Kan aku jadi susah buat jaganya," kata Genza mengeluh dengan ekspresi wajahnya yang lucu.
Nayza menahan senyumnya, "Yaudah gausah dijaga."
Genza langsung menatap sengit, "Ih gak bisa. Kalo gak dijaga nanti ilang digondol buaya."
"Ya gapapa." balas Nayza santai.
Genza cemberut, "Enak aja".
"Kamu cemburuan banget." kata Nayza pelan, "Padahal kamu tau, aku sayangnya pake banget sama kamu Gen," lanjutnya.
Genza berdecak pelan, tidak suka dengan perkataan Nayza tadi yang seolah-olah mengatakan bahwa Genza tidak percaya pada dirinya. Genza menghelas nafasnya menjelaskan, "Bukan masalah di kamunya. Aku gasuka sama orang-orang yang natap kamu berlebihan."
"Mereka cuman ngeliatin aku doang Genza." bela Nayza.
"Tapi lama."
"Gaboleh?"
"Pake banget."
Nayza terdiam, mengalihkan tatapan matanya ke segala arah guna menghindari kontak mata dengan Genza, "Is, aku baper." aku Nayza malas.
Geza terkekeh, "Aku tanggung jawab."
"Kan udah."
"Hm, bener." kata Genza manggut-manggut membenarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genza dan Nayza [on going]
Teen FictionGenza Haki Ardana, yang katanya tidak bisa hidup tanpa sosok Nayza Putri Adeeva. 2 orang yang dikenal "Datar" oleh orang-orang di sekolahnya, dan sama-sama memiliki nasib yang menyedihkan. "I would rather die than let you go, Nay." -Genza