JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN >.<
(~‾▿‾)~ ~(‾▿‾~)
"Beneran gak inget sama yang tadi?" tanya Nayza. Saat ini mereka sedang berada di perjalanan pulang menuju ke Apartment mereka.
Genza melirik Nayza sekilas, "Dikit."
Nayza hanya manggut-manggut, "Oh, emang bener dulu sempet deket sama dia?"
Genza memasang wajah tak suka mendengar pertanyaan dari Nayza, "Gak."
Nayza kembali bertanya, "Kalo bunda?"
Genza mengernyit, "Bunda?" beonya tak mengerti.
"Katanya dia deket sama bunda."
Genza refleks tertawa, "Ngawur, jangankan deket sama anak lain, aku yang anaknya aja bunda cuekin karena selalu merhatiin kamu." balas Genza dengan nada seolah menyindir.
Nayza memutar bola matanya malas, "Bunda gak nyuekin kamu," bantahnya.
Genza terkekeh, mengacak gemas rambut Nayza. "Iya iyaaa bercanda ayaaang."
Nayza lagi-lagi hanya membalasnya dengan tatapan malas.
***
Setelah Genza dan Nayza selesai bersih-bersih, Nayza hanya berdiam diri di dalam kamar sembari melakukan kegiatannya di atas meja belajar seperti biasa, sedangkan Genza sejak tadi tidak berhenti berguling-guling di atas kasur, sambil sesekali bergumam. "Bosen banget."
Karena merasa tidak dihiraukan oleh Nayza, Genza kembali bersuara dengan suara yang lebih besar dari sebelumnya, "Bosen, mau minta peluk tapi gak ada yang mau meluk."
Nayza yang sedang duduk di meja belajarnya sembari mengerjakan beberapa tugas itu langsung menghentikan gerakannya, Nayza terkekeh mendengar sindiran dari Genza.
Nayza menoleh ke tempat Genza berada. ternyata Genza sudah duduk bersimpuh di atas kasur dengan muka yang melas.
"Ayyy, siniii." Genza merentangkan kedua tangannya meminta Nayza untuk memeluknya. Nayza menutup buku-bukunya kemudian mendekati Genza yang mukanya sudah cemberut lucu.
Genza menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Nayza, "Kangennnnnnnn."
"Kangen apasihhh kan tiap hari ketemu."
"Kangen pokoknya."
Nayza tertawa kecil, "Yaudah sini peluk yang lama," final Nayza mengeratkan pelukannya, sedangkan Genza semakin dalam menduselkan wajahnya di ceruk leher Nayza nyaman. 404
***
Malam harinya, Genza dan Nayza menghabiskan waktu mereka dengan menonton series di televisi. Genza merebahkan kepalanya di atas paha Nayza dengan tangan Nayza yang tidak berhenti mengelus rambut Genza.
"Ay?"
Nayza menatap Genza yang juga menatapnya, "Hm?"
"Kenapa sih ay?"
Nayza mengerutkan keningnya bingung, "Hah? kenapa apa?"
Genza diam, terus memandang Nayza dalam, membuat Nayza jadi sedikit salting. "Apa sih?"
"Cantik banget."
Nayza mengernyit, "Ih, serem."
Genza refleks tertawa, "Lucu banget, kayak mau di culik sama om-om aja," lanjut Genza dengan tampang yang membuat Nayza sebal.
"Iya, kamu om-om nya." balas Nayza dengan muka betenya.
Genza hanya tertawa kecil, memeluk perut Nayza. "Ay?" lagi-lagi Genza memanggil Nayza membuat Nayza kesal karena digantung terus.
"Ih, apasih?"
Masih dengan posisi muka yang berhadapan dengan perut Nayza dan juga tangan yang memeluk perutnya erat, "Jangan tinggalin aku."
Nayza menaikan sebelah alisnya, "Siapa yang mau ninggalin kamu?" tanya Nayza balik bertanya.
Genza mengangkat bahunya, sedikit mengintip dengan membuka sebelah matanya melihat Nayza di atasnya yang juga menatapnya bingung, "Kamu."
Mendengar itu, ekspresi Nayza langsung berubah terlihat sulit diartikan, "Gak ada yang mau ninggalin kamu."
"Bener kan? janji?"
Nayza mengangguk asal, "Iya."
Genza mendongakan kepalanya menatap Nayza dalam, "Aku gak tau harus apa kalo gak ada kamu di sini. Jadi, jangan pergi ya?"
Nayza hanya tersenyum samar, mengangguk pasti. "Iya, janji."
Genza tersenyum lega, kembali menghadapkan wajahnya pada perut Nayza dan memeluknya erat. Sebelum tenggelam dalam tidurnya, Genza sempat mengatakan kalimat yang mampu membuat nafas Nayza tercekat, "i would rather die, than let you go Nay."
***
T B CRill kh deck? 🥹
KAMU SEDANG MEMBACA
Genza dan Nayza [on going]
Teen FictionGenza Haki Ardana, yang katanya tidak bisa hidup tanpa sosok Nayza Putri Adeeva. 2 orang yang dikenal "Datar" oleh orang-orang di sekolahnya, dan sama-sama memiliki nasib yang menyedihkan. "I would rather die than let you go, Nay." -Genza