HEHE >.<
(~‾▿‾)~ ~(‾▿‾~)
***
Setelah selesai mendengar cerita dari Genza tadi, Lio diperintah Genza untuk mengambilkan tas laki-laki itu yang masih dia tinggalkan di dalam kelas, Genza berencana untuk bolos saja sampai bel pulang sekolah berbunyi. Sekarang, Genza, Aron dan Lio kompak duduk di warung makcik dengan kesibukannya masing-masing.
"WIBUU WIBUU WIBUU~~" Teriakan Aron pada telinga Lio tersebut membuat Lio kaget dan hampir saja menjatuhkan handphone yang berada digenggamannya sejak tadi. Lio mendengus kasar, menatap sengit pada Aron, "EH ANJING! NGAPAIN LO TERIAK DI TELINGA GUE BANGSAT?!"
Aron tertawa heboh, senang sekali melihat cowo cerewet itu marah, "HEH YOYON! makanya jangan nonton animek mulu. Dasar wibu." Aron terlihat puas sekali mengejek Lio yang memang merupakan anggota ras terkuat kedua di muka bumi. Kenapa kedua? karena ras terkuat pertama di muka bumi ini adalah ibu-ibu baru kemudian di susul oleh para wibu, begitu menurut video tiktok yang sempat lewat di fyp Aron waktu itu.
"HEH ENAK AJA LO GANTI-GANTI NAMA GUE! Udah bagus dikasih nama Lio sama emak gue malah lo panggil Yoyon. Keterlaluan engkau wahai sahabat." sungut Lio sebal pada Aron.
Genza tidak menghiraukan perdebatan antara kedua temannya itu, dia hanya diam sejak tadi dengan mulut yang terus menghembuskan batangan rokok yang sudah habis setengah itu. Melihat Genza yang hanya diam saja, Lio berinisiatif untuk menjahili Genza.
Lio tersenyum jahil sebelum mengeluarkan pertanyaan yang dapat membuat Genza geram mendengarnya, "Berati udah unboxing dong Gen?" tanyanya dengan alis naik turun bermaksud menggoda Genza.
Aron melotot mendengar pertanyaan dari Lio tersebut, bisa-bisanya wibu satu ini berfikiran sampai ke sana. "Heh Yoyon! pertanyaan lo ya, ga ada akhlak banget," sewot Aron seperti orang benar saja. Aron terdiam sebentar, sebelum melanjutkan bicaranya, "Eh, tapi iya dong Gen berati?" lanjutnya cengegesan, berhasil mendapati geplakan keras dari Lio.
"Najis. Sama aja lo ternyata." sungut Lio sinis yang hanya dibalas cengiran oleh Aron.
Genza hanya diam, malas menanggapi pertanyaan dua orang itu. Kedua temannya ini memang sama saja, tidak ada yang benar. Melihat Genza sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan mereka, keduanya pun memutuskan untuk diam dan tidak mencerca Genza dengan pertanyaan-pertanyaan gila lagi. Sampai ada suara yang terdengar datar mengalun ke telinga ketiganya.
"Genza,"
Ketiganya menatap ke depan, ternyata sudah ada Nayza di depan pintu warung itu menatap mereka dengan ekspresi datar. "Eh? udah bel ya Nay?" tanya Aron melihat Nayza membawa tas sekolahnya.
Nayza mengangguk sekilas, "Iya."
Genza berdiri, menyampirkan tas di bahu kanannya. "Pulang?" tanyanya pada Nayza dan hanya dibalas anggukan oleh Nayza.
"Gue duluan." pamit Genza pada Aron dan Lio, mereka hanya berdehem memerhatikan dua sejoli itu yang berjalan bersisihan.
***
Setelah pulang sekolah tadi, keduanya langsung tertidur di kamar mereka karena sangat kelelahan, sehingga Nayza baru bangun sekitar jam 8 malam dan sadar belum mempersiapkan makan malam untuknya dan Genza. Sedangkan Genza sebenarnya sudah bangun sejak adzan maghrib tadi sehingga dia langsung saja melaksanakan sholat dan langsung mengerjakan tugas sekolah dan pekerjaan kantor yang dikirim oleh ayahnya.
Nayza keluar dari kamar mandi, mendekati Genza yang terlihat serius di depan laptopnya dan sesekali megecek buku yang ada di sebelah kanan tangannya. "Mau makan apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Genza dan Nayza [on going]
Teen FictionGenza Haki Ardana, yang katanya tidak bisa hidup tanpa sosok Nayza Putri Adeeva. 2 orang yang dikenal "Datar" oleh orang-orang di sekolahnya, dan sama-sama memiliki nasib yang menyedihkan. "I would rather die than let you go, Nay." -Genza