HEHE >.<
(~‾▿‾)~ ~(‾▿‾~)
Saat ini Genza dan Nayza sedang sarapan, seperti request Genza kemarin yang meminta Nayza untuk membuat nasi goreng kesukaannya, alhasil hari ini mereka berdua sarapan dengan nasi goreng spesial buatan Nayza.
"Kamu jadi pergi gak ay?" tanya Genza disela-sela mengunyahnya.
"Iya. is that okay?"
Genza diam sebentar, kemudian mengangguk sekilas, "Gapapa, pulangnya mau aku jemput gak?"
Nayza nampak berfikir, "liat nanti aja."
Genza hanya mengangguk, melanjutkan acara makannya. Nayza sebenarnya sudah duluan selesai sarapan dari tadi, tapi dia tetap duduk untuk menemani Genza di meja makan.
Genza memecahkan keheningan yang ada, "Engga bawa bekal?" tanya Genza.
"Nggak."
Genza hanya mengangguk lagi, "Kamu mau bawa?" Nayza balik bertanya."Engga."
"Kenapa? masakan aku gak enak ya?"
Genza refleks berhenti mengunyah, melirik Nayza sekilas, "Kalo gak enak, gak mungkin aku tiap hari makan di apart ay." katanya datar.
Nayza menaikan sebelah alisnya, "terus?"
"Aku gak mau ngerepotin kamu."
Nayza memandang aneh pada Genza, "Ngerepotin apanya?"
"Bangun subuh, sholat, masak, siapin baju aku, mandi, terus baru siap-siap. Aku aja yang ngeliat kamu begitu capek sendiri, gimana kamu yang ngejalanin."
Nayza tertegun, tak menyangkan bahwa ternyata selama ini Genza memperhatikannya, dan juga sangat mengerti dirinya. Nayza masih diam, "Padahal aku udah sering bilang gak usah siapin baju aku, aku kan bisa sendiri ay." lanjut Genza.
Ternyata selama ini bukan hanya Nayza yang memikirkan betapa letihnya menjadi Genza di mana yang diumurnya sekarang Genza sudah harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ternyata, Genza juga memikirkan Nayza, memikirkan betapa beratnya menjadi Nayza yang diumurnya sekarang sudah harus melayani Genza sebagai suaminya.
Nayza tersenyum menatap Genza, "Makasih ya, kamu udah baik banget sama aku, kamu juga selalu ngertiin aku."
Genza tersenyum, "Iya sayang."
Genza telah selesai dengan aktivitas makannya, dengan sigap Genza langsung membawa piring bekas dia dan Nayza ke wastafel untuk dia cuci sendiri. Sedangkan Nayza membereskan meja makan, seperti itulah kegiatan mereka sehari-hari.
***
"PAKKK MISUAAA!" Genza memasang wajah malasnya yang sebenarnya terlihat datar, bagi Genza, Lio ini benar benar tidak bisa mengontrol volume suaranya.
Aron ikut risih mendengar suara Lio, "Bisa gak sih lo gak usah teriak-teriak bangsat?" katanya mengeplak kepala Lio.
Lio tak terima, menantang Aron dengan mata melototnya, "Apasih, kok sewot?!"
"Kok sewot palalo kutuan!"
"Nyenyenyenye." balas Lio mencibir Aron.Genza hanya melirik keduanya dengan tatapan jengah, "Bacot."
"Ya maap atuh." Lio dan Aron yang baru masuk kelas tadi langsung duduk di bangku depan. Bangku milik Lio dan Reyhan yang belum datang.
Mereka berbisik-bisik membelakangi Genza, Genza tidak peduli. Tiba-tiba keduanya membalikan badan serempak menghadap Genza. Genza menaikan sebelah alisnya.
"Gen, mau ikut gak?"
Genza hanya mengangkat dagunya,bertanya.
"Biasalahhhh..""Ngeng ngeng," lanjut Aron cengir sambil memainkan alis.
"Gak."
"AH! PAK MISUA GAK ASIK NIH!" teriak Lio. Genza lagi-lagi hanya menatapnya datar.
"BUSET, SUARA LO ANJING!" Aron yang kaget dengan teriakan Lio tadi pun refleks kembali mengeplak belakang kepala Lio keras, membuat Lio kembali meringis.
"Sakit tolol!" dengusnya.
"Bodoamat."
"Anjing u jamet." kata Lio masih dengan muka sebalnya, "Jadi gimana pak misua? ayolah, udah lama enggak," bujuknya masih dengan wajah yang sebal akibat digeplak Aron tadi.
"Gak."
"Mumpung pulang cepet Gen," ikut Aron membujuk.
Dengan tetap memasang wajah datarnya Genza menjawab.
"Gue gak bisa taruhin nyawa gue buat hal yang gak penting lagi. Nayza butuh Gue." katanya telak."Lagian mana ada orang balapan tengah hari."
Kalimat terakhir Genza itu mampu membuat Aron dan Lio menepuk jidatnya masing-masing sambil menyegir, "Oh iya ya, lupa, hehe."
***
Bel pulang sekolah yang ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi, Nayza bersama Tania dan Meisya melangkahkan kakinya menuju parkiran mobil tempat di mana mobil Tania terparkir.
"Bisa tunggu Genza bentar gak?" tanya Nayza pada kedua temannya itu.
Meisya menjawab pertanyaan Nayza, "Gausah ditunggu, tuh anaknya udah ke sini." Meisya mengerakan dagunya kepada Genza yang mendekat ke arah mereka.
"Langsung pulang?" tanya Nayza saat Genza sudah di depannya.
"Hm."
"Hati-hati ya." pesan Nayza.
Genza mengangguk, "Pulangnya?"
"Dianter mereka."
"Oke," jawab Genza singkat. Sebelum pergi, Genza mendekat ke telinga Nayza, membisikan sesuatu, "Jangan lama-lama, aku kangen istri aku. Mau peluk yang lama."
Nayza hanya tertawa kecil, menganggukan kepalanya beriringan dengan Genza yang mengacak rambut Nayza gemas.
Tania yang melihat uwu moment itu langsung bergumam pelan, "YaAllah cobaan jadi jomblo kok begini banget ya," ujarnya sembari mengelus dada nyesek.
***
TANIA ADALAH AKU HIKS
T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
Genza dan Nayza [on going]
Teen FictionGenza Haki Ardana, yang katanya tidak bisa hidup tanpa sosok Nayza Putri Adeeva. 2 orang yang dikenal "Datar" oleh orang-orang di sekolahnya, dan sama-sama memiliki nasib yang menyedihkan. "I would rather die than let you go, Nay." -Genza