4[Jualan jamu]

9.2K 755 15
                                    

Happy reading♡
___________________

Salbia><Bia

Semalaman aku tidak bisa tidur. Bagaimana bisa tidur coba? Semalam kang Alan tiba-tiba saja memelukku!

Memandangi wajah di depan cermin kemudian memegangi kedua pipi dengan pikiran kembali ke semalam.

"Pelukan semalam bukan mimpi'kan?"Gumamku senyum-senyum sendiri.

Menggelengkan kepala."Apaan si,
di peluk sebentar begitu saja sudah senyum-senyum sendiri kayak gini."

Pagi ini paman Firman dan bibi
Tasya akan kembali pulang ke kota.
Bibi Tasya memeluk dan mencium kening serta kedua pipiku lembut.

"Mami nggak sabar deh pengen punya mantu cantik dan rajin seperti kamu. Setelah jadi mantu mami, mami janji bakal ajak kamu jalan-jalan. Bukan hanya jalan-jalan saja, mami juga akan ajak kamu shopping dan spa."Ucap bibi Tasya pajang lebar
di akhiri senyuman manis.

Meskipun aku tidak tau apa artinya shopping dan spa tapi aku mengangguk-angguk saja.

"I-iya, Bi. Eh, Mi?"

"Kakak."Panggil Erlin, aku pun berjongkok di depan calon adik ipar.

Cup!

"Erlin tunggu kakak di rumah, ya!" Erlin terseyum dengan deretan gigi rapih dan putihnya. Aku tidak segan untuk membalas kecupannya itu.

"Salbia calon menantu papi, ingat ya kalo Alan nakal sama kamu, jangan lupa laporin sama papi. Gak usah ngerasa segan juga sama dia,"Timpal paman Firman mengusap kepalaku.

"Alan sini!"Titah Paman Firman. Kang Alan berjalan menghampiri, pria itu kemudian mulai membisikan sesuatu.

Entah apa yang di bisikan paman Firman, namun di lihat dari ekspresi kang Alan yang tiba-tiba cemberut itu, aku dapat sedikit menembaknya.

°°°•••

Seperti kegiatan hari-hari biasanya, aku akan berjualan jamu keliling kampung, tapi sekarang rasanya berbeda karena hadirnya kang Alan yang harus selalu mengikutiku kemana-mana. Sebenarnya bukan kang Alan yang mau, namun Abah dan Ambu memaksanya untuk ikut.

"Ini jualannya jalan kaki?"

Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan kang Alan yang sudah mau membantu membawa ember kecil untuk mencuci gelas kotor nanti.

"Gak berat gendong bakul begitu?"Tanya lagi kang Alan saat melihatku menggendong bakul jamu.

"Enggak, udah biasa."

Melangkah dengan suara khas ku
saat sedang berjualan jamu.

"Jamu jamu ... Jamu neng Bia cantik."

"Ayo Aa, akang, teteh, jamu nya."

"Bisa gak jangan terlalu pd?"Protes kang Alan memutar bola mata.

"Nyatanya aku emang cantik'kan?" Dia mencebik, seolah mengiyakan.

Berbagai macam jenis jamu yang aku dan Ambu buat pagi tadi. Ada jamu beras kencur, jamu Brotowali, jamu cabe puyang dan jamu kunyit asam.

"Neng sini!"seorang pemuda melambaikan tangan dengan senyum merengah, aku menghampirinya.

"Neng Bia akang mau segelas jamu kunyit asam,"Pesan salah satu pemuda langganan jamu ku, Jajang.

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang