47[Kepercayaan]

7K 518 20
                                    

Salbia>Bia

Sarapan pagi kali ini terasa hening, hanya ada suara sendok dan garpu.

"Aku mau berangkat kerja dulu ya."Pamit mas Alan berdiri dari tempat duduk memecah keheningan.

"Iya, hati-hati."Sahut mami.

Saat aku hendak mencium tangan nya, dengan cepat mas Alan menepis.

"Gak usah."Cetusnya dengan wajah datar. Respon mas Alan sungguh membuat hatiku sakit. namun tidak apa, tidak lama lagi aku akan segera memperbaiki masalah berbatu ini.

"Harus sadar diri."Imbuh Nadin menekan setiap kata, tanpa malu wanita itu menggandeng mas Alan.

"Ayo Erlin berangkat bareng kakak."Ajak Mas Alan, Erlin menganguk menyetujui.

"Kakak Erlin mau berangkat sekolah dulu, ya. Nanti pulang sekolah Erlin mau elus-elus dede bayi lagi."Erlin menengadahkan kepala sambil terseyum manis ke arahku.

"Iya."

"Dadah dede bayi!"Erlin mencium perutku sebelum berangkat pergi.

Sudah dua minggu aku mengambil cuti dari sekolah. Rencananya besok aku akan masuk kerja kembali, itung-itung memanfaatkan rasa
bosanku diam diri di rumah.

"Bi Jumi itu teh untuk mami dan papi?"Tanyaku pada bi Jumi yang tengah membuat dua cangkir teh.

"Iya, Nya."Sahut bi Jumi.

"Boleh aku saja yang mengantarkan kan teh nya?"

"Oh silahkan kalo nyonya muda berkenan."

"Makasih, bi."

Melangkah ke taman belakang sambil membawa nampan teh. Rupanya papi dan mami sedang bersantai di teras.

"Mami, papi, ini teh tanpa gula kalian."Meletakkan satu persatu cangkir teh di atas meja, keduanya terlihat tidak menghiraukan ku.

Perasaan kembali sedih melihat
mami dan papi seperti ini. Mereka mendiamkan ku seolah aku
bukanlah menantu mereka lagi.

"Kalian pasti berpikir bahwa aku dan mas Aldo berselingkuh kan? Tidak, aku sama sekali tidak selingkuh."

"Malam itu aku dan mas Aldo di jebak seseorang sehingga kami berdua terbangun di sebuah kamar. Aku benar-benar tidak berselingkuh. Tolong percaya sama aku, Pi, mi."

Mataku mulai berair, bahkan untuk menatapku pun mereka enggan.

"Dan, untuk anak yang ada di dalam kandungan aku ini memang benar anak mas Alan, cucu kalian berdua. "

"Aku sama sekali enggak selingkuh."Tidak bisa menahan lagi aku menangis di hadapan mereka.

"Kalian pasti tetap tidak akan percaya dengan apa yang aku katakan barusan."

Mami beranjak dari kursi lalu pergi begitu saja, sedangkan papi menatapku iba.

"Papi percaya sama kamu, Bia."Lirih papi.  Mendengar itu membuatku langsung menghamburkan diri memeluknya. Menangis terisak dalam pelukan papi mertuaku hingga lega.

"Pa-pi bener percaya sama aku hiks?"

"Iya Bia, papi percaya sama kamu."

"Aku nggak pernah selingkuh. "

"Coba kamu tenang dulu dan jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, mungkin papi bisa membantu."

Aku menceritakan semuanya mulai dari pertama kali bertemu dengan Nadin hingga rencana-rencananya untuk merusak rumah tanggaku. Tersirat raut tak percaya yang papi perlihatkan di ekspresi wajahnya.

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang