55[Berkumpul kembali]

5.7K 422 4
                                    

Salbia>Bia

"Ieu teh incu ceu Siti?"

"Muhun."

"Meni geulis jeung kasep pisan."

"Néng Bia ogé beuki geulis."

Aku terseyum menanggapi
ucapan bi Esih—ambu nya Ujang.

"Sal."Panggil mas Alan di depan pintu.

"Kesini sebentar."

"Mbu, aku masuk ke dalam dulu ya."

"Iya."

Menghampiri mas Alan lalu bertanya, "Ada apa?"

"Sini duduk."Dia menepuk-nepuk pahanya.

Duduk di pangkuan mas Alan dan kembali bertanya, "Ada apa mas?"

"Gak ada apa-apa cuma mau peluk aja."Mas Alan melingkarkan tangannya di perutku.

"Tumben manja."

"Gak papa, toh sama istri sendiri."

"Anak-anak lagi sama Ambu?"

"Iya, Ambu lagi pamerin cucu- cucunya."Sahutku di akhiri kekehan. Di perhatikan dari kemarin Ambu tidak henti-hentinya membahas Syahril dan Salbira kepada para warga. Ambu mengaku senang memiliki cucu dua sekaligus.

Tubuhku seketika menegang saat mas Alan membisikkan sesuatu tepat di daun telinga, apalagi dengan
nada suara serak menggoda.

"Sayang ayo bikin adik buat Syahril dan Salbira. Umur kita masih muda, nambah anak empat lagi masih bisa lah ya?"

Berbalik memandangi wajahnya. "Mas, anak-anak masih umur dua bulan loh, masa udah rencana buat adik untuk mereka. Lagi pula sebelum Syahril dan Salbira yang minta adik sendiri aku gak mau punya anak lagi."

"Kok gak mau punya anak lagi? Mengkonfirmasi permintaan adik dari anak-anak harus nunggu lima tahun kedepan, lama, aku gak kuat!"

Masalahku bukan tidak ingin mempunyai anak lagi, tapi umur Salbira dan Syahril saja masih dua bulan masa sudah mau punya adik?

"Aku mau perut kamu buncit lagi."Mas Alan mengusap perutku dengan tangan kekarnya. "Baby."

"Anak-anak udah besar baru perut ini boleh di isi bayi lagi."Tegas ku seolah tidak mau penolakan dari mas Alan. Apa semua pria mengira mempunyai anak itu hal yang mudah? Menurut ku tidak sama sekali. Memang cara membuat nya membuat siapapun ketagihan, akan tetapi proses hamil, ngidam, hingga tahap melahirkan itu sangatlah sulit dan menyakitkan.

"Oke, fine! Untuk sekarang karena umur anak-anak masih kecil aku nggak akan meminta anak ketiga. Tapi..."Dia menjeda ucapannya.

"Tapi?"

"Jatah gak boleh kurang."

Gak boleh kurang katanya? Seminggu tiga kali itupun kadang lebih. Setelah mempunyai anak mas Alan semakin sering memelas waktu dimanja oleh ku. Apa aku harus memanjakannya setiap waktu dan menelantarkan anak-anak? Setelah mempunyai anak kehidupanku semakin di buat sibuk.

"Yes baby?"

Dia mengecup leherku, tanpa aku sadari aku mengeluarkan suara yang pasti akan memancing nafsu nya.

"Jangan di sini!"Cegah ku takut ada  yang melihat, tapi mas Alan seolah tidak menghiraukan larangan itu.

"Gak ada orang."

"Ceuceu sama mas lagi ngapain?"

Terperanjat kaget segera memposisikan diri berdiri dan membenarkan pakaian. Mas Alan sama terkejutnya, kami berdua melihat Azril dan Erik berdiri di ambang pintu. Wajah Azril tampak kebingungan sedangkan Erik yang sudah mengerti apa yang kami lakukan terseyum seakan meledek.

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang