51[Giliran berbahagia]

8.3K 497 25
                                    

Salbia>Bia

Tidak pernah menduga bahwa mas Alan akan datang ke tempat ini untuk menyelamatkanku. Bahkan pria itu rela menghadang tusukan pisau hanya untuk melindungi ku.

Sekarang aku sedang berada di rumah sakit dengan rasa gelisah, berjalan mondar-mandir menunggu dokter keluar dari ruangan IGD.

"Ya allah selamatkan lah suami hamba, hamba mohon. "

"Tenang lah, Alan pasti akan baik-baik aja."Ujar mas Sapian menenangkan.

"Dan Nadin?"

"Dia sudah di bawa ke kantor polisi."

Menghela nafas lega, biang dari semua masalah sudah di amankan, sekarang aku hanya ingin kembali menjalani hidup bahagia bersama mas Alan dan orang-orang terdekat.

"Luka tusukan nya lumayan dalam, akan tetapi sekarang kondisi pasien sudah mulai membaik."

Lagi-lagi aku menghela nafas lega. Semalaman aku menunggunya sadar, takut dia akan meninggalkan kami.

"Mas, mau minum?"

"Maaf."Bukannya menjawab pertanyaanku, mas Alan malah meminta maaf dengan lirih.

"Maaf aku sudah menunduh kamu selingkuh sama Aldo, padahal kalian berdua di jebak."

"Gak papa."Balasku tersenyum tipis.

"Kamu nggak marah sama aku karena tuduhan selingkuh dan tidak mengakui anak dalam kandungan ini?"Tangannya mengelus perut ku.

"Marah? Enggak kok aku gak marah."Mas Alan menghela nafas panjang. "Aku gak marah, tapi aku kecewa. aku kecewa karena mas gak percaya sama aku."Sambung ku menunduk mengingat setiap kata menyakitkan dari mas Alan waktu itu.

"Hem, aku tau aku salah."

Mataku terasa panas. "Sekarang mas percaya kan kalo ini anak kita?"

"Percaya."Sahutnya cepat.

"Perkembangan anak kita bagaimana?"

"Baik." Dia mengangguk-angguk.

"Mulai sekarang aku janji akan percaya sepenuhnya sama kamu, kita harus melengkapi rumah tangga kita dengan saling percaya satu sama lain bukan?"

Menganguk mengiyakan kemudian ku kecup kening mas Alan, perutnya akan sakit bila aku memeluknya.

Tidak hanya meminta maaf kepadaku, dia juga meminta maaf pada mas Aldo.

Sekarang hatiku merasa lega karena semuanya akan kembali baik seperti semula, aku yakin kedepannya tidak akan ada perselisihan antara kedua sahabat baik itu lagi.

"Bos."Panggil Erik.

"Hem?"Mas Alan menyahut dengan deheman karena dia sedang aku suapi bubur.

"Apa bulan ini saya dapat bonus? Saya kan sudah berjasa besar dengan penyelesaian masalah ini."Ucapannya terdengar membingungkan.

"Oh, jadi sekarang merasa kamu yang paling berat memikul beban masalah ini? Saya kan cuma nyuruh kamu berpura-pura berpihak pada Nadin, apa itu yang di sebut jasa besar?"Balas mas Alan. Aku benar-benar tidak mengerti topik pembicaraan kedua lelaki itu.

"Maksud kalian apa?"Aku menimpali.

"Dua Minggu yang lalu bos Alan menyuruh saya untuk berpura-pura berpihak kepada Nadin. Awalnya Nadin tidak percaya saya akan mengkhianati bos, tapi dengan kata-kata manis dan rayuan saya akhirnya dia percaya dan langsung meminta saya untuk membantu menjalani rencananya."Jelas Erik.

Kepalaku mengangguk-angguk. "Pantes aja beberapa hari belakangan ini saat aku menghubungi kamu, kamu selalu tidak aktif, rupanya sedang menjalani rencana lain?"

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang