33[Pergi?]

9.6K 569 23
                                    

Salbia>Bia

"i-ni bener kamu?"Aku mengernyit. aneh sekali kenapa mas Alan bertanya seolah-olah terkejut melihatku hidup?

"Iya, ini aku."

"Salbiaaaaaa!"Mas Alan berlari lalu memelukku erat bahkan sambil menangis histeris. Sebentar, kenapa rasanya udara di sini begitu dingin?

"Aku kira kamu udah pergi."

"Aku pergi kemana mas?"

"Ke alam kubur hiks."

"Mas!"Memekik mendorong tubuh pria itu sampai menjauh. Bukan karena aku marah mendengar ucapannya barusan, tetapi aku menyadari bahwa sekarang tubuhku tidak memakai pakaian sehelai benangpun. Kenapa bisa aku bugil begini? Tubuh polos ini hanya di tutupi kain putih. Dan, dimana ini?

"Mas kenapa aku gak pake baju?!"

"E-eh eh."Mas Alan terlihat gelagapan.

"Kamu tadi habis di mandiin suster."

"Di mandiin? Emangnya aku udah meninggal pake harus di mandiin orang. Aku bisa mandi sendiri, huh!"

"Kamu tadi meninggal."

"Hah?"

"Meninggal? Maksud mas apa? Perasaan dari tadi aku hidup,
malah tadi aku sempet jalan-jalan ke masa lalu."

"Hah?"Kali ini mas Alan yang terlihat kebingungan.

Karena sama-sama merasa bingung,
Mas Alan menceritakan semua yang telah terjadi setelah kejadian malam dimana sekelompok pria bertopeng datang ke rumah dan melukaiku.

"Dokter bilang kamu udah meninggal, di detik itu perasaan aku benar-benar hancur. Aku nangis, gak terima sama kenyataan kalo kamu udah pergi."

Mendengar cerita dari mas Alan aku sedikit terharu. Ternyata ada banyak orang yang menangisi kepergian ku.

"Masa sih mas nangis?"

"Kamu gak percaya? Liat nih mata sembab aku!"Mas Alan mendekatkan wajahnya menyuruhku melihat lebih dekat lagi kedua matanya yang memang ada benarnya sembab.

"Nangisin aku sampai sebegitu nya hihihi."Terkekeh di akhir kalimat.

"Heh, monyet gue sedih tau! Kalo lo udah gak ada di dunia ini, terus siapa yang bakal bikin gue darah tinggi, hah!"Sewot mas Alan terlihat lucu.

Pria itu menghujani wajahku
dengan ciuman, sambil berkata, "Gue bersyukur lo hidup lagi, Sal. Maafin gue waktu itu gak bisa ngejagain lo sampai lo kritis dan di nyatakan meninggalkan. Tapi untungnya tuhan baik, dia mengembalikan jiwa lo."

Aku terseyum, perlahan tanganku mengusap wajah teduhnya. Tubuhku kembali menggigil merasakan angin malam yang seakan menusuk tulang.

"Dingin?"

Aku mengangguk.

Tiba-tiba Mas Alan mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan nya, menatapku dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Meneguk ludah sendiri saat melihat dengan jelas perut kotak-kotak itu.

"Seksi ya?"Mas Alan berpose menggoda. Aku tertawa, pria itu bahkan mengedipkan mata genit.

Bukankah tadi dia merasa sedih? Kenapa sikapnya berubah jadi lucu seperti ini dalam hitungan menit.

"Geli, ih, liatnya juga."

"Hahaha, geli tapi mau say."

"Pakai ini."Pria itu memberikan kemejanya yang baru dia lepaskan.

"Nanti mas kedinginan gimana?"

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang