11[Pulau Bintan]

9.5K 658 13
                                    

Happy reading 🦊
____________________

Salbia>Bia

Butuh waktu beberapa jam perjalanan udara untuk pergi dari  jakarta—pulau bintan. Sepanjang perjalanan aku memegang tangan mas Alan, takut-takut pesawat  keberatan atau runtuh, Bagaimana?

Di sinilah kami berada, di pulau Bintan. Aku dan mas Alan di ajak masuk ke dalam villa sekitar pinggir pantai. Pemandangan vila di sini terkesan mewah dan kamarnya langsung menghadap ke lautan.

Erik ikut bersama kami karena dia orang yang akan mengantar kami kebeberapa tempat, Aktivitas kami
di sini pun sudah di agendakan.

"Kamar bos dan nyoya Salbia ada di lantai dua, sedangkan saya akan tidur di kamar lantai satu, Sendirian "Kata Erik sengaja menekan kata sendirian.

Erik adalah orang kepercayaan sekaligus sekertaris suamiku di kantor. Sepertinya belum menikah.

"Bos dan nyonya pasti cape, silahkan kalian istirahat. Nanti malam saya akan bawa kalian ke resort."Kami menganggukki ucapannya. Aku dan mas Alan mulai berjalan ke lantai dua, mas Alan membukakan pintu kamar, mematung sekejap saat aku melihat suasana di dalam kamar.

"Kenapa diam? Masuk!"

Segera melangkah masuk kemudian menutup pintu kamar perlahan. Jantungku tiba-tiba terasa berdetak kencang dari sebelumnya.

"Badan gue bau, di pesawat lo muntah segala, malu-maluin tau gak?" Oceh mas Alan membuka pakaiannya di depanku, refleks aku menutup mata menggunakan kedua tangan.

"Buka maju di kamar mandi, Mas!"

Melihat di celah-celah jari tangan sedikit terbuka mas Alan terseyum seperti pria cabul. Perlahan dia berjalan menghampiriku, Segera aku melangkah mundur sampai akhirnya berhenti karena mentok di tembok.

Mas Alan mengusap pipiku lembut, Pria itu mendekatkan wajahnya.

Gleg!

Menelan ludah susah payah. Apa yang akan pria ini lakukan selanjutnya?

"Mas, aku mau mandi."Mendorong dada bidang mas Alan agar menjauh dariku. Baru saja melangkah, mas Alan sudah menarik tanganku dan  membawaku kedalam pelukannya.

"Ma-mas, lepas. Aku mau mandi, ih."

"Mandi bareng aja ya?"Bisiknya membuat tubuhku merinding.

"Tujuan awal kita datang kesini kan untuk bulan madu."Bisiknya lagi.

"Cium aroma tubuh gue!"Mas Alan mempererat pelukannya, membuat ku sedikit kesulitan bernapas.

Hoeeek!

Hampir saja muntah mencium aroma tubuh  bau pria itu. Terseyum kikuk mengingat jika saat di dalam pesawat tadi aku muntah tepat di dadanya.

"Belum di apa-apa in udah sering muntah!"Cetus mas Alan masuk ke dalam kamar mandi.  Mendekatkan telepak tangan ke mulutku, lalu menghembuskan napas, Ih bau.

°°°•••

Mataku berbinar maka kala melihat semeja penuh hidangan makanan.
Mulai dari otak-otak tulang, gonggong, lakse, Roti jala, asam pedas melayu, dan beberapa hidangan lain.

"Apa tuan yakin akan menghabiskan semua ini?" Erik bertanya.

"Dia yang akan menghabiskan semuanya."Jawab mas Alan menunjuk ke arahku. Aku terseyum,  merasa sanggup menghabiskan semuanya. Bahkan jika, sendirian.

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang