49[Pilihan tersulit]

7.7K 513 53
                                    

Salbia>Bia

"Anggi nunggu jemputan ayah?"Tanyaku pada Anggi yang menjawab dengan anggukan kepala.

"Anggi kangen banget sama bu Bia."Anak itu memelukku, terseyum sambil mengusap kepalanya.

"Ibu juga kangen sama Anggi."

"Gimana kalo besok kita jalan-jalan sore ke taman kota? Itung-itung bayaran rasa rindu ibu ke Anggi karena tiga Minggu gak ketemu."

Anggi menganguk cepat."Boleh. Janji ya besok jalan-jalan."Aku menganguk, kami menautkan jari kelingking.

"Tunggu Anggi."Aku menggulungkan lengan jaketnya sedikit ke atas dan melihat memar di lengannya.

"Kenapa?"

Anggi menarik tangannya. "I-ini bukan apa-apa, hanya memar jatuh."

Tidak mungkin memar seperti itu di dapatkan karena jatuh. Memar di
lengannya seperti di pukul suatu benda. "Siapa yang mukul kamu?"

"Aku jatuh, Bu."Cicitnya.

"Jangan bohong. Cepat katakan siapa yang telah membuat memar di lengan kamu ini?"

Anggi menggeleng, anak itu menunduk sambil memegangi lengan kirinya sendiri.

"Ibu tiri kamu?"

Anak itu mengangguk pelan. bisa-bisanya istri mas Said berbuat kasar seperti itu. Meskipun aku dan Anggi tidak memiliki hubungan apapun, akan tetapi aku harus memberi tahu mas Said apa yang telah istri nya lakukan kepada Anggi.

"Aku mohon jangan beritahu ayah, nanti wanita itu marah dan memukuliku lagi Bu."Pintanya.

"Enggak Anggi, ayah kamu harus tahu apa yang telah istrinya lakukan."

"Coba ceritakan kenapa ibu tiri kamu berbuat kasar seperti ini?"

"Kemarin sore saat aku sedang mencuci piring, aku nggak sengaja mecahin piring dan Tante Mia marah sampai mukul tangan aku pakai kemoceng."Jelasnya. Begitu kejam wanita itu, sungguh ibu tiri jahat!

"Ibu bawa kamu ke rumah sakit ya?"

"Makasih, tapi tidak usah, ini cuma memar kecil."Sahut Anggi di akhiri senyuman manis.

"Apa ayah kamu tau bagaimana perlakuan ibu tiri?"Anggi menggeleng sebagai jawaban.

"Anggi."Panggil seorang wanita datang bersama mas Said di sampingnya.

"Ayah!"Anggi berlari memeluk ayahnya, anak itu tidak menghiraukan wanita yang memanggilnya barusan.

Mataku menajam menatap wanita itu. "Tuan Said tolong lebih perhatikan lagi Anggi, jangan sampai dia kembali menjadi sasaran kekerasan istri anda. "

"Maksud kamu apa Bia?"Tanya
Mas Said terlihat tidak mengerti, sedangkan tatapan ibu tiri Anggi sudah menajam. Tatapannya seakan mengancam ku agar diam dan tidak memberitahu apa yang telah ia perbuat pada anak tirinya.

"Istri tuan Said ini tidak baik."

"Maksud Bu guru apa berbicara seperti itu tentang saya?!"Sela ibu tiri Anggi yang ku ketahui bersama Mia.

"Memang kenyataan anda seorang ibu tidak baik kan? Bahkan anda tega memukuli Anggi menggunakan kemoceng sampai lengannya memar hanya karena satu piring yang pecah?!"Cecar ku mulai emosi.

"Karangan kata apa yang Bu guru maksud? Meskipun Anggi anak tiri saya, saya menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Bu guru sebagai orang luar jangan ikut campur apa lagi memprovokasi suami saya agar membenci saya!"Tampiknya mendorong bahuku.

"Anggi sini sayang."Panggil Mia, Anggi bersembunyi di balik badan mas Said, ekpresinya seperti orang ketakutan.

"lihat itu? Anggi takut pada ibunya."

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang