5[Preman kampung]

9K 677 13
                                    

Happy reading♡
__________________

Syahlan>Alan

Pagi ini gue pergi ke sawah bersama paman Javid. Gue pikir hanya pergi berdua, ternyata Salbia juga Ikut dengan membawa rombongannya.

"Paman, Ujang bantu menanam padi!"

"Tika juga mau bantu!"

"Mawar udah tentu bantu."

Paman Javid hanya mengangguk menanggapi. "Iya iya, kalian semua bantu paman menanam padi ya."

Mereka semua sudah turun ke sawah mulai membantu paman Javid menanam padi, sedangkan gue hanya duduk diam saja.

"Hei! bukannya kamu itu calon suami neng Bia? Kenapa tidak ikut kami membantu paman menanam padi?"Seru Ujang—teman Salbia.

"Terserah gue mau bantu atau enggak,"Jawab gue menatapnya sinis.

"Tidak sopan sekali,"Decih nya.

"Oh ya! paman mau ke rumah pak rt dulu, ada urusan. Kalian gak papa kan nerusin nanam nya?"

"Gak papa Abah, kami bisa kok lanjut nanam padi nya,"Sahut Salbia.

"Iya paman, serahkan ini pada kami,"Timpal Tika—teman Salbia.

"Nak Alan kamu mau di sini atau
ikut ke rumah pak rt ?"

"Saya di sini saja paman."

"Oh, baiklah. Paman pergi dulu."

"Iya."

Tidak lama setelah paman javid pergi Mawar tiba-tiba berteriak.

"Kang Alan awas di serang!"Teriak Mawar melambaikan tangan ke arah gue. Gue yang bingung mengerutkan kening tidak mengerti maksudnya.

"Apa?"

Tuk!

Segumpal lumpur sawah dengan cepat menempel di wajah gue.

"Yeay~ kena!"

Beralih menatap Salbia tajam.

"Lo apa-apa, gak ada kerjaan banget ngelempar lumpur ke wajah gue!"

"Kami sedang bekerja, Sedari tadi aku memanggil akang. namun tidak di sahut, terlanjur kesal ya sudah aku lemparkan saja lumpur sawah ini ke wajah kang Alan!"Jawabnya nyerocos.

Meski merasa jijik gue mengambil lumpur sawah sebanyak sekepalan tangan, setelah itu tanpa lama lagi gue melemparkannya ke arah Salbia.

"Gak kena, Wlee!"

Ikut turun ke sawah mencoba menyerang Salbia balik dengan senjata seadanya, leutak.

"Ayo serang neng Bia, kang!"Mawar berteriak mencoba menyemangati.

"Neng Bia harus menang!"

"Saya mendukung kang Alan!"Teriak Tika heboh.

"Kenapa kalian mendukung pria kota itu?"Tanya Ujang menatap kedua teman perempuannya yang malah mendukung gue.

"Ya karena kang Alan pria idaman,"jawab Mawar spontan.

Pada akhirnya setelah beres menanam padi dan bermain dengan kerbau pembajak milik paman Javid kami semua segera membersihkan diri di kali. Banyak ibu-ibu serta para gadis muda yang mencuci baju di tempat itu. Gue jadi malu kalo mandi membuka semua baju, Jadi cukup membersihkan diri saja dari lumpur.

"Neng, itu tutut seember mau di masak?"tanya Ujang menoleh menatap ember kecil yang di maksud.

"Itu siput bukan tutut,"Koreksi gue.

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang