7[Kota]

10.6K 750 16
                                    

Happy reading♡
___________________

Salbia>Bia

Melihat gedung-gedung yang menjulang tinggi lewat jendela mobil, mendengar suara kendaraan yang riuh, aktivitas warga kota pun terlihat ramai. Ada beberapa orang yang keluar masuk dari gedung tinggi, sejenak aku berpikir, Ada apa di dalam gedung besar itu? makanan?

"Wah, ternyata kota besar sekali!" suasana kota sungguh berbeda dengan kampung, juga Penduduk kampung tidak seramai di kota ini.

"Lo harus tau, kota jauh berbeda dengan kampung. Kepribadian orang-orang di sini juga jangan lo samain sama orang kampung."Kata mas Alan. Aku mengangguk mengerti.

Kruk kruk

Perutku berbunyi, Cacing di dalam perut mulai minta di isi. Aku menoleh menatap mas Alan lalu terseyum.

"Mas, lapar."

Mas Alan menatapku sekilas.

"Erik, mampir ke restoran."Katanya.

Tidak lama mobil berhenti di depan bangunan yang terlihat mewah. Rasanya aku ingin segera berlari masuk ke dalam sana.

"Ini gimana buka pintu mobilnya?"

Tuk tuk tuk

Aku ketuk jendela mobil.

"Jangan ketuk kaca mobil!"ujar mas Alan membukakan pintu mobil dari luar. Aku terkekeh pelan, tidak tahu.

Pertama yang aku rasakan adalah  rasa ingin mual. Tidak mau muntah sembarangan aku pun segera tutup mulut dengan kedua telapak tangan.

"Kenapa?"Tanya mas Alan.

"Eum."Mas Alan mengeryit.

"Tuan sepertinya nyoya Salbia mau muntah."Ujar Erik, aku menganguk cepat.

"Ini nyonya saya bawa plastik."

Erik memberikan plastik hitam kepadaku. Aku menerima plastik itu lalu memuntahkan isi perut kedalam plastik hitam itu.  Merasa lega saat rasa mual perlahan menghilang.

"Makasih."Terseyum kepada Erik, Erik menganguk dan membalas senyumanku.

"Lo jorok banget sih!"Mas Alan bergidik. Pria itu seakan merasa jijik.

"Nih, mau?"Menyodorkan plastik hitam berisi muntahan ku tadi mas Alan semakin bergidik. Aku tertawa.

"Buang sana!"

"Iya."

Melangkah masuk ke dalam restoran. Suasana di dalam sama terlihat ramai. Mengikuti langkah mas Alan dari belakang, Kita masuk ke ruangan yang bertuliskan ruangan VIP.

"Duduk."Titah mas Alan, Aku duduk di kursi depan. Meja panjang dan kursi yang banyak, membuatku terheran. Beberapa orang yang memakai baju sama mulai menghidangkan makanan.

"Ini banyak banget makanannya, mas."aku meneguk ludah sendiri. Tergoda dengan berbagai hidangan.

"Yaudah makan."

"Mana nasi nya?"

"Pelayan."Panggilnya. Orang yang di panggil pelayan pun datang menghampiri mas Alan.

"Tolong ambilkan sepiring nasi."Pelayan itu menganguk. Tidak lama dia membawa sepiring nasi.

Aku mulai menikmati setiap hidangan masakan yang ada di atas meja. Menyadari bahwa sedari tadi mas Alan terus memperhatikanku.

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang