26[Cium@π]

9.2K 505 18
                                    

Syahlan>Alan

"Gimana sudah ketemu sekolah yang cocok untuk istri kamu bekerja, Lan?"Tanya papi duduk dengan
koran terbaru di pangkuannya.

"Udah, Tk Ceria."Jawab gue singkat.

Papi mengeryit, meletakkan koran di atas meja. "Kok Taman kanak-kanak?"

"Ya, takut otaknya nggak kesampaian." Celetuk gue pokus mengotak atik layar tablet, sesekali memakan keripik di dalam toples.

Pletak!

"Mulut di jaga! Mana mungkin menantu papi sebodoh seperti apa yang kamu kira."Sungut papi sinis.

Terkekeh, mau itu mami ataupun Papi keduanya sekarang sudah berada di pihak Salbia.

"Bejanda, Pi."

"Becanda!"Koreksinya"Eh, kemarin papi ketemu janda di cafe."Sambung papi dengan wajah berseri-seri.

"Oh ya? Cantik nggak?"Sengaja memancing jiwa fuckboy papi yang selama ini berusaha terpendam.

"Lumayan, dia sempat kedip-kedip mata genit ke papi, yaudah papi kedipin balik. terus ya—"Ucapan papi terhenti manakala mami menjewer telinganya sampai menjerit.

"Aw aw sakit, Mi!"

"Terus apa hah, terus apa?"

"Becanda doang mami sayang."

Melihat papi seperti itu membuat
gue tertawa terbahak-bahak.

"Mami kenapa jewer telinga papi?"Tanya Erlin masih lengkap dengan seragam sekolahnya.

"Eh, anak mami udah pulang?"

"Papi nakal jadi mami jewer."

Erlin nampak mengangguk-angguk.

"Yaudah jewer aja, mi." Perkataan Erlin semakin membuat tawa gue pecah.

"Hahahah—"

"Bantuin papi Lan, Lin."Rengek papi terlihat kasihan, mengedikkan bahu sambil berjalan pergi menuju dapur.

Siang tadi mami mendapat telpon dari Dr. James dokter pribadi eyang, jikalau penyakit eyang kambuh lagi.

Karena merasa khawatir, mami dan papi pun memutuskan untuk pergi
ke Amerika sore ini juga.

Sebelum pergi mami menitipkan Erlin pada gue dan Salbia karena anak itu tidak mau ikut pergi.

"Bener Erlin gak mau ikut?"

Erlin menggeleng. "Erlin di sini aja."

"Yaudah jangan nakal-nakal ya. Nurut sama kakak, ingat gak boleh sering makan permen coklat."Pesan mami.

"Kami berangkat dulu."

"Iya, hati-hati di jalan."

°°°•••

Malam nya Erlin merengek meminta di temani tidur Salbia, dengan rasa terpaksa gue mengiyakannya.

Duduk sendiri di meja makan, kedua mata pokus menatap layar laptop di depan.

"Maksimal naik 55%"

"Kamu lagi apa?"Nadin datang lali duduk di kursi samping menopang dagu sembari menatap gue.

"Menyelesaikan kerjaan kantor."

"Aku pijitin mau?"Tawarnya.

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang