24[SALBIA!]

7.5K 553 8
                                    

"Jika ingin mendapatkan hati Alan sepenuhnya, aku harus menyingkirkan wanita penghalang itu."

"Bagaimanapun caranya, akan ku lakukan. Meski harus membunuh sekalipun."

Nadin menghisap kuat sebatang rokok di tangannya kemudian membuang batang rokok itu ke sembarang arah.

"Salbia berani menantang ku rupanya."Terseyum menyeringai,
Wanita itu melemparkan pisau kearah poto Salbia yang sengaja ia tempelkan di dingding di penuhi bercak merah.

"Tidak lama lagi Alan akan
menjadi milikku seorang. "

°°°•••

Syahlan>Alan

Pagi ini gue dan Salbia pergi ke pasar tradisional. Lantai pasar begitu becek saat kaki gue melangkah, bahkan bau ikan menyengat di rongga hidung.

"Kenapa harus ke pasar ini?"Tanya gue pada Salbia. Wanita itu sibuk memilih jenis-jenis ikan segar.

"Kita belanja ke supermarket saja!"Ajak gue menarik tangannya.

"Mas bisa diem gak? Jangan rewel kayak anak kecil deh."Cetusnya.

"Gak rewel gimana? di sini bau!"

Karena merasa pegal terus berdiri, mata gue mencari-cari sesuatu yang bisa di duduki seperti kursi.
Di lihat ada satu kursi kayu tak jauh dari toko ikan. Sepertinya kursi kayu itu sudah mulai rapuh. Namun dengan ke bodo amatan gue, gue mendudukkan diri di kursi itu.

Brug!

Pantat mencium tanah. Refleks gue menjerit. "Aww!"

Beberapa orang menoleh melihat gue dengan wajah menahan tawa. Salbia berlari menghampiri lalu membantu gue berdiri. Bokong rasanya sakit.

"Sakit mas?"

"Ya sakit lah!"

Salbia malah tertawa mendengarnya.

"Buruan dong belanjaannya."Rengek gue bergelayut manja di lengannya.

Padahal di rumah ada banyak pembantu yang selalu siap menyiapkan bahan-bahan memasak. Tapi, wanita satu ini malah ngeyel minta di temani pergi ke pasar.

"Udah belum belanjaannya?"

"Udah kok. Yuk pulang!"

Mendengar kata pulang gue langsung terseyum senang. Tak mau rasanya menginjakkan kaki ke tempat ini lagi.

"Bentar, itu kayaknya kue cubit deh."

"Bener loh itu penjual kue cubit!"

"Kue cubit? Apa itu kue cubit?"

"Kue. Ayo, beli itu dulu!"

Menarik tangan gue, Salbia melangkah cepat.

"Bang beli kue cubit."

"Berapa neng?"

"Sep--"

"Semuanya aja pak."Timpal gue.

"Sekalian sama gerobak nya, kalo bisa bapaknya juga saya beli."Lanjut gue.

"Bener nih beli semuanya mas?"Tanya pedagang kaki lima itu terlihat kaget.

Gue mengganguk.

"Oh iya iya bentar, Kalian duduk dulu."Pedagang itu meletakkan dua kursi plastik untuk kita duduki.

Istri kampung ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang