Lima Tahun Yang Lalu....
Dengan perasaan putus asa, Lina berjalan sempoyongan setelah pemakaman suaminya. Sudah tiga hari ia tak bisa makan. Tubuhnya kurus semenjak kepergian Nurul. Sekarang ditambah suaminya pun kini telah pergi.
Tinggallah ia seorang diri. Di rumah yang kosong, tiada berorang. Lina terus berurai air mata memikirkan nasib sebatang karanya. Selain suami dan anaknya Nurul, ia sudah tak punya keluarga lagi.
Lina masih tak percaya berita tentang anaknya yang dibunuh. Berita yang menyebabkan suaminya jatuh sakit dan meninggal. Ia pun berniat pergi ke rumah seorang dukun terkenal bisa meramal di kampung Gandang. Namanya Mbah Sutah.
"Tolong saya Mbah, tolong lihat anak saya Nurul sekarang ada di mana? Katanya dia dibunuh, Mbah." Dalam lubuk hati Lina mengatakan ini tidak benar. Namun, nurani dan akal sehat sudah berlawanan, akibatnya kebodohanlah yang menyelimuti jiwanya.
"Siapa nama lengkapnya."
"Nurul Bastiah."
"Hemmm," ujar Mbah Sutah sambil mengelus jenggotnya. Matanya memicing seolah menerawang apa yang telah terjadi?
"Anakmu ini tidak dibunuh."
"Benarkah, Mbah? Kira-kira dia ada di mana sekarang?" Lina semringah dan tak sabar.
"Tidak!" ujar Mbah Sutah geleng-geleng membuat keceriaan Lina memudar kembali.
"Apa maksud, Mbah?" ujarnya lirih.
"Anakmu bunuh diri, ia gantung diri di sebuah rumah pinggir pantai"
"Apaaa?! Tidak, tidak mungkin. Anakku tidak mungkin melakukan itu?" Lina histeris.
"Anakmu memang tidak melakukannya, kecuali karena ada seseorang yang menyebabkan itu."
"Siapa orang itu, Mbah?" Mbah Sutah kembali memejamkan matanya. Tangannya yang penuh dengan cincin akik, serta kalung besar mirip tasbih. Di hadapannya ada air dalam kendi, di sampingnya perapen berbau dupa. Sejenak kemudian, mulutnya komat-kamit, lalu meneburkan bunga rampai ke kendi itu. Mbah Sutah membuka mata, dengan ekspresi terkejut ia melihat ke dalam kendi. Kepalanya geleng-geleng.
Demikianlah Mbah Sutah yang dibantu jin, ia dapat melihat kejadian di masa lalu. Semua itu hanyalah tipuan belaka. Jin sengaja membantunya agar manusia kembali disesatkan ke jalan yang lebih curam.
"Dia orang terdekatmu."
"Apakah menantuku Reza?"
"Bukan. Hanya satu orang yang penyebab pangkal utamanya."
"Siapa itu, Mbah?"
"Sadikin."
"Apaaa?! Adik sepupu suamiku?!"
"Benar. Dialah pelakunya."
Lina menjadi amarah. Dadanya kembang kempis menahan marah. Matanya melotot.
"Aku tidak akan memaafkannya. Mbah Sutah, tolong habisi dia! Berapa pun kubayar."
"Jika aku yang melakukannya, dendammu tidak akan terbayar tuntas."
"Maksud, Mbah?"
"Lakukan persis seperti yang Sadikin lakukan. Dia telah mengorbankan cucu-cucumu menjadi tumbal sesembahannya. Lalu, mengapa tidak kau lakukan hal yang sama?"
"Kau benar, Mbah. Lalu, apa yang harus saya lakukan?"
"Apa kau benar-benar ingin membalasnya meski dengan segala risiko?"
"Apapun itu, asal dendamku terbalas."
Mbah Sutah pun menceritakan secara detail. Mulai dari masa lalu Sadikin, lalu mengorbankan Nurul.

KAMU SEDANG MEMBACA
KARINDANGAN
General Fiction~Wattys Winner 2021 Kategori Horror~ Nursam hampir bunuh diri dengan apa yang menimpa dirinya. Ia sungguh tak menyangka jika suami yang sangat dicintainya ternyata menipunya belaka. Dia dipelet dan keempat anaknya meninggal tak wajar. The Best Rank...