"Apa yang kalian lakukan?!"
Nursam meneriaki Rukiman dan Yati. Lekas Yati menutup badannya dengan selimut. Sementara Rukiman lekas memakai kolornya. Lalu mendekati Nursam di ambang pintu.
"Dik, kau sudah pulang?"
"Jangan balik bertanya, Bang. Jawab pertanyaanku, apa yang kalian lakukan, hah?!" Naik turun napasnya karena menahan kejengkelan dalam hatinya.
"Dengar dulu, Dik?" ujar Rukiman memegangi lengan Nursam namun ditepisnya. Dilihatnya Yati sedang memperbaiki posisi branya.
"Dasar pembantu sialan, berani-beraninya kau menggoda suami orang?!" Nursam menerjang Yati yang masih duduk di ranjangnya. Kedua wanita itu bergulat di atas ranjang. Mereka saling merenggut rambut satu sama lain. Namun, akhir dari perkelahian itu, Yati tersungkur karena ditampar keras oleh Nursam.
Melihat istri mudanya kesakitan, muncullah rasa marah di hati Rukiman. Dengan mata melotot ia menampar Nursam dengan keras. Tamparan laki-laki tentu tak sebanding dengan tamparan perempuan, Nursam pun kolaps.
"Apa yang harus kita lakukan, Bang?"
"Kau pergilah ke kamar, biar aku yang urus."
"Tapi..."
"Yati, kau tak percaya dengan Abang?"
"Baiklah, Bang." Yati berlalu pergi.
Rukiman cepat mengambil perapen dan dupa ke dapur, lalu mengunci kamarnya. Dimatikannya lampu listrik hanya tinggal lilin yang menyala. Nursam yang pingsan di ujung kasur, ia benarkan posisi rebahnya sehingga bertelentang di kasur bekas ia bergulat itu.
Rukiman mengambil sesuatu dari lacinya. Di dalam laci ada minyak karindangan. Mulailah ia melakukan ritual seperti yang ia lakukan sebelumnya kepada istrinya itu. Adalah membuat Nursam tunduk padanya.
Seperti biasa, bulu kemaluannya dipotongnya sedikit lalu ditaburkan ke perapen itu. Komat-kamit mulutnya membaca ajian, akhir dari ritual itu disebutnyalah nama istri tuanya itu dan binnya.
Dikibas-kibaskannya asap dupa itu ke wajah Nursam yang pingsan.
Keesokan harinya, Nursam bangun. Dipandanginya sekeliling kamar tampak lengang. Suaminya sudah takada. Ia ingat dengan apa yang terjadi semalam? Namun anehnya, ia tak merasa marah lagi.
Ketika ia hendak beranjak, datanglah Rukiman dengan membawa nampan berisi sarapan.
"Abang?" ujarnya. Baru saja Rukiman meletakkan nampan di nakas, langsung ia menghambur ke pelukan Rukiman.
"Dik cinta Abang, jangan tinggalkan, Dik!" Begitu katanya. Sungguh amat kasihan, hatinya telah diperdaya suaminya.
"Abang tak meninggalkanmu jika kau mau menurut tapi semalam kau begitu saja menampar Yati yang tak bersalah."
"Tidak bersalah bagaimana, Bang? Jelas-jelas dia mengambil Abang dariku."
"Dia bukan mengambil, dia justru menolong kita."
"Maksud, Abang?"
Dikarangnyalah sebuah cerita bahwa ia memiliki rencana hendak mengembalikan Nursam ke orang tuanya karena merasa tak bisa mempertahankan rumah tangganya. Semua itu lantaran Si Nursam tak bisa hamil lagi. Cerita Rukiman bahwa Yatilah yang menyelamatkan rumah tangganya dengan Nursam.
"Kemarin, Abang menikah dengannya. Dia bilang pernikahan terjadi jika Abang tak menceraikanmu. Dia juga berjanji menikah hanya semata untuk memberikan anak buat kita. Kau jangan marah, ya, Dik. Maafkan Abang yang bodoh ini."
Rukiman gelagatnya masih sama seperti dulu. Jika merayu minta belas kasih, laganya seperti orang putus asa sekali. Sembari merengek, ia tampar-tampar kepalanya. Maka Nursam yang melihat itu pun luluh.
"Sudahlah, Bang. Apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur. Andai Abang katakan dari awal aku masih bisa sedikit lega. Namun, Abang diam-diam membunuhku dari belakang. Abang menikah lagi tanpa persetujuanku. Dan..." ia terisak.
"Kenapa harus dengan Yati? Bukankah Abang bisa menikah dengan sesama wanita sepertiku. Bukan aku mengatakan kasta, tapi apa kata orang nanti, maduku adalah pembantuku sendiri?" Lalu, Nursam menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia menangis. Yati yang mendengarkan di balik pintu langsung mencibir kesal. Ia mendengus pergi ke kamarnya lagi.
Rukiman memeluknya lalu berjanji bahwa semua pasti berlalu dan kembali normal seperti sedia kala.
Rukiman telah mengendalikannya. Ia pun menurut saja dan menyetujui madunya itu.
Meskipun dirinya diperdaya suaminya, namun hati takdapat didustai. Ia cemburu dengan sikap suaminya yang hanya berat sebelah perhatiannya.
Posisinya sekarang malam terbalik. Justru Nursamlah yang menjadi babu. Si Yati malah menjadi Nyonya. Suka berleha-leha saja di rumah. Paling-paling hanya ke kedai itu pun duduk di kasir.
Yudi yang mengetahui itu saat mulai kembali bekerja, tak habis pikir. Bagaimana mantannya itu tega merebut suami orang? Ada perasaan menyesal baginya telah membawa Yati bekerja di kedai itu.
Atas penyesalannnya itu, ada inginnya dalam hati menolong sang majikan. Walau sekadar memberikan ruang untuk curhat.
"Adakah yang dapat kubantu, Dek?" ujarnya sewaktu di dapur. Nursam masih saja sibuk dengan masakannya. Yudi menghela napas sembari duduk di meja makan.
"Janganlah sungkan, lagi pula kita ini sudah seperti saudara, bukan?"
"Sudahlah Kak Yudi tidak perlu dibahas. Cukup kau tahu tolong tidak usah diungkit."
"Apa yang perlu saya ungkit Dek, kau tak cerita apapun padaku. Dari mulai kau tiba-tiba berubah pikiran saat sampai di Gandang terus setelah pulang ke sini kau bisa-bisanya menerima begitu saja atas perlakuan Yati. Benar-benar tak habis pikir."
"Lalu, aku harus bagaimana Yudi? Marah kepada Yati? Percuma, yang ada nanti aku dicerai suamiku."
"Apa segitu takutnyakah kau dicerai?"
"Tentu saja, jika ia menceraikanku, lebih baik aku mati."
"Astaghfirullah, nyebut Dek!"
"Aku serius, Yud, kalau sampai aku kehilangan Bang Kiman..."
"Kiman?" Yudi terperanjat mendengar nama itu.
"Eh, maksudku Bang Tomi, bisa gila aku."
"Tapi, Dek sepertinya ada sesuatu yang tidak...." Tiba-tiba Yati datang. Yudi mengurungkan kelanjutan kalimatnya. Ia pun pergi meninggalkan dua istri majikannya itu di dapur.
Belum langkah kakinya habis menuruni tangga, tiba-tiba, "prangss!" bunyi pecahan benda dari dapur.
.....

KAMU SEDANG MEMBACA
KARINDANGAN
Fiction générale~Wattys Winner 2021 Kategori Horror~ Nursam hampir bunuh diri dengan apa yang menimpa dirinya. Ia sungguh tak menyangka jika suami yang sangat dicintainya ternyata menipunya belaka. Dia dipelet dan keempat anaknya meninggal tak wajar. The Best Rank...