"Assalammualaikum?" Daud mengucap salam kepada Yudi yang saat itu menggendong anaknya di teras.
"Waalaikumsalam. Mas Daud. Ayo masuk!" Yudi mempersilakan Daud masuk ke dalam. Lalu mereka berbincang-bincang di ruang tamu. Rumah Yudi hanya minimalis, sedikit ruang tamu cukup meletakkan tiga sofa minimalis.
"Ada perihal apakah Mas datang kemari?" tanya Yudi.
"Begini Yudi, seperti yang kau katakan, kalau Rukiman melarikan diri, bukan? Jadi, aku membutuhkan bantuanmu untuk mencarinya. Siapa tahu Rukiman melarikan diri ke Gandang, lagi pula kau juga sudah pernah ke Gandang, kan?"
"Oh, jadi masalah itu. Saya juga kepikiran dengan majikan saya itu? Kita memang sudah seharusnya mencari tahu di mana keberadaannya?"
"Maka dari itu, mari kita pergi ke Gandang," ujar Daud. Tak lama kemudian, datanglah seseorang mengantarkan minuman. Dua gelas teh mengepul plus beberapa kue basah.
"Silakan diminum!" ujarnya. Suara itu terdengar lembut. Daud melirik ke arah suara itu, ternyata seorang perempuan bercadar. Matanya yang cantik, bulu mata lentik, dan kening bersambung. Sejenak Daud termangu.
"Dia adik saya, Mas Daud. Namanya Bilqis."
"Oh...." Hanya itu yang bisa Daud katakan. Tiba-tiba jantungnya, deg-degan. Ya, Allah, apa yang terjadi padaku?
"Bilqis, perkenalkan ini Mas Daud, teman Kakak," kata Yudi. Bilqis menganggukkan kepalanya kepada Daud seraya berlalu. Sementara Daud melirik Bilqis tak henti-hentinya bahkan sampai Bilqis sudah masuk ke dapur.
"Jadi, kapan kita ke Gandang?" tanya Yudi. Tapi Daud tak menggubris.
"Ehemmm! Mas Daud?"
"Eh, iya." Daud terkesiap.
"Jadi, kapan kita ke Gandang."
"Insyaallah, besok."
Bersamaan rencana Daud dan Yudi, Mbah Sutah memerintahkan pula kepada murid barunya, Hermansun untuk pergi ke Ulin besok harinya.
"Bagaimana kalau Bilqis menolakku kembali?"
"Tidak akan, malam ini juga akan kubuat dia merindukanmu setengah mati."
"Benarkah itu, Mbah Guru?"
"Tapi ingat, kau ke sana bukan hanya tentang urusanmu saja tapi kau harus mencari tahu keberadaan Rukiman juga."
"Baik, Mbah."
"Kalau kau menemukan Rukiman, cepat kau bawa dia padaku, bagaimana pun caranya?"
"Bagaimana caranya, Mbah?"
"Itu urusanmu. Enak saja semuanya aku yang mikir. Kita, kan, sudah deal simbiosis mutalisme."
"Oh, iya, ya. Tenang Mbah, aku pasti menemukan Rukiman."
"Pergilah!"
Hermansun pun pulang ke rumahnya. Ia memasukkan beberapa baju bekal berangkat ke Ulin. Ia juga menyiapkan cincin berlian untuk diberikan kepada Bilqis. Ia sangat yakin kalau ajian pemikat yang diberikan gurunya itu tak main-main. Sebab, sudah pula ia tes uji coba menemui Rupea, si Janda Bohai ujung pasar. Dulu pernah menolak cinta Hermansun dan mengatakannya mirip bokir. Setelah setahun kemudian, Hermansun sudah operasi gigi, ternyata si Janda itu tetap menghinanya dengan panggilan, 'si bokir patah giginya.' Tapi sekarang, sudah dua hari ini, janda bohai itu mengejar-ngejarnya sampai menginap di plataran rumahnya. Tadi saja, saat pulang, terpaksa Hermansun masuk lewat jendela. Coba saja kalau lewat depan, bisa habis perkara di terkam nafsu. Orang tua Hermansun yang sombong, lagak bermartabat itu, tak terperi senangnya melihat Rupea seperti orang gila mengemis-ngemis ingin bertemu anaknya. Lantaran tahu latar sejarah penghinaan itu, semakin merajalela kesombongan orang tuanya.
Hermasun sendiri bertambah senang saat tahu didukung kedua orang tuanya. Namun, ia teringat pula dengan perjanjian dengan Mbah Sutah, kalau ia dibantu seperti ini karena ia harus menemukan Rukiman.
Menyusahkanku saja Rukiman itu. Ia pun kemudian menelpon beberapa kenalan premannya. Hermansun menyuruh preman-preman bayaran itu pergi ke Ulin untuk mencari Rukiman.
Sementara Mbah Sutah malam itu tak tidur. Ia menunggu waktu yang tepat. Adalah tengah malam, ia akan mengirim jin menemui Bilqis.
***
Malam purnama empat belas, terangnya menyusup pentelasi kamar Bilqis berwarna putih. Tirainya pun putih. Waktu bakda isya, tiba-tiba listrik padam. Bilqis dibantu kakak iparnya menyalan lilin di setiap sudut rumah.
Sementara Yudi menemani anaknya yang tidur di kamar.
"Bilqis, setelah langsung ini istirahat saja, ya!"
"Baik, Kak." Bilqis meletakkan lilin di kamarnya. Kemudian, pergi ke belakang mengambil wudhu. Kebiasaan Bilqis selalu berwudhu sebelum tidur.
Setelah selesai berwudhu, ia menurunkan kelambunya. Diraihnya tasbih di nakas. Kelambu dirapikannya di setiap sisi kasurnya.
Kebiasaan orang kampung pelosok di Kalimantan, tidur harus pakai kelambu karena kelambu terbukti ampuh melindungi dari demam berdarah. Selain itu, ternyata mitosnya, kelambu bisa melindungi manusia dari hal-hal mistis yang mengganggunya saat terlelap.
Benar saja, malam itu, Bilqis yang punya fisarat tak nyaman sejak sore tadi. Hingga jam menunjukkan pukul 12 malam, ia belum juga tidur. Tangannya masih dengan tasbih, mulutnya masih berdzikir. Tiba-tiba tidak ada hujan, tidak ada petir, angin berembus kencang dari pentelasi jendelanya. Angin itu hampir memadamkan lilin-lilinnya di pojokan. Bersamaan angin itu datang, sebuah bayangan hitam muncul di pojok dekat lemari bajunya. Persis berhadapan dengan kasurnya. Ia pun bangun dengan penuh ketakutan. Meski dalam kelambu, ia jelas melihat sosok hitam besar, bertaring, dan berbulu. Wajahnya pias saat sosok itu mondar-mandir mengelilingi setiap pinggiran kelambunya. Tapi tak bisa membuka kelambunya. Konon, kepercayaan orang Kalimantan, hantu tidak bisa melihat orang di dalam kelambu, kecuali orang dalam kelambu saja yang bisa melihatnya.
Bilqis menutup mulutnya. Ia berdzikir dalam hati. Ia teringat dengan pesan Almarhumah Hajjah Asiyah, istri mendiang Kyai Haji Hasanuddin Bakrie, yang merupakan guru mengajinya dulu. Kalau ada melihat hantu jangan takut, ucapkan, "Allahu!" saat menarik napas dari hidung. Artinya di dalam dirimu ada Allah, maka takada satu pun yang bisa mengganggumu.
Bilqis pun menarik napasnya lalu mengucapkan, "Allahu." Lalu ia berebah kembali, berusaha tenang, lalu tidur. Sementara sosok hitam itu masih saja mondar-mandir di luar kelambu. Sosok itu adalah jin yang dikirim Mbah Sutah untuk meniduri Bilqis. Namun, sayangnya, Mbah Sutah tidak tahu, jika Bilqis bukan wanita sembarangan, ia terjaga kesuciannya. Ketika mendengar adzan berkumandang, jin itu pun pergi.
"Siapa gadis ini sebenarnya? Mengapa dia tak bisa ditaklukan?" ujar Mbah Sutah. ia mulai ketakutan, lantaran ingat pula janjinya kepada Hermansun. Karena jika jin yang dikirimnya tak bisa menaklukan Bilqis, apalagi kuyang dalam tubuh Hermansun.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
KARINDANGAN
General Fiction~Wattys Winner 2021 Kategori Horror~ Nursam hampir bunuh diri dengan apa yang menimpa dirinya. Ia sungguh tak menyangka jika suami yang sangat dicintainya ternyata menipunya belaka. Dia dipelet dan keempat anaknya meninggal tak wajar. The Best Rank...