Daud hampir kehabisan tenaga berlari turun naik Gunung Meranti mencari suara yang terus berteriak meminta tolong. Di dalam hutan meranti yang rimbun di saat malam hari, sangatlah mencekam. Ia hanya punya sinter di tangannya.
"Tolooooong!" Suara menggema di hutan meranti.
Setiap kali melewati pepohonan yang rimbun segala macam makhluk astral bermunculan. Mulai dari tuyul, kuntilanak, pocong, suster ngesot, dan banyak lagi yang tak terlalu ia gubris. Makhluk-makhluk itu berseleweran di dekatnya.
Daud memang berusaha untuk tak takut dengan makhluk-makluk itu, sebab ia tahu betul bahwa derajat manusia lebih tinggi dari jin. Pun sebenarnya, rasa takut itu ada. Maklum, ia juga manusia biasa. Namun, ia selalu ingat pesan almarhum kakek buyutnya, Kyai Haji Hasannudin Bakrie bahwa seseorang yang mengenal dirinya maka ia mengenal Allah. Orang yang mengenal Allah maka takada satu pun kejahatan mampu melukainya. Sebab, penjagaan terbaik selalu datang dari Allah Subhanallahuataalla.
Dari ujung ke ujung hutan, lelaki bergamis putih dengan bolang dikepalanya itu berlari, dari semak ke semak tak jua ia temukan sosok dari suara itu.
Suara berpindah ke atas gunung. Daud pun berlari kembali secepatnya ke atas. Setelah di atas, ia melihat rumah Uwak Gimun terbakar, tersisa asap dan puing-puing.
"Apa yang terjadi?" katanya dengan wajah pias. Lalu, terdengar lagi suara wanita itu di tepi jurang.
"Tooolooong, selamatkan aku!" ujar wanita itu.
Daud berlari ke tepi jurang, ia menyorot ke bawah, betapa ia terkejut melihat sosok yang meminta tolong. Wanita itu adalah Nurul.
"Nurul kau masih hidup?" ujarnya dengan wajah senang.
"Daud, tolong aku!" ujarnya histeris. Tangannya berpegang ke ranting pohon di tepi jurang itu.
"Bertahanlah!" Daud mencari pegangan terlebih dahulu. Ditemukannya akar kuat, diregasnya lalu diulurnya untuk menolong Nurul.
"Ayo, Nurul! Satu, dua, tiigaaa!" Perlahan dan penuh tenaga Daud menarik akar itu. Setelah dilihatnya Nurul hampir sampai, ia pun segera mengikat akar itu ke sebuah pohon dekat tebing, lalu menarik Nurul dengan tangan kosong.
"Ayo, Nurul, kau pasti bisa!" ujarnya seraya meraih tangan Nurul. Nurul semringah ia pun segera menyambut tangan Daud, tiba-tiba, "prrraaaakks!" Tiba-tiba tebing itu longsor. Nurul kembali terjatuh.
"Dauuudddd!" ujarnya berteriak.
"Nuruullll!"
Tebing yang longsor menyemburkan tanah merah sehingga Daud tersungkur menutup wajahnya. Kembali ia beranjak ke pinggir tebing.
"Nurul, Nurul, di mana kau?"
"Bhuahahaahaha?" Suara besar menggelegar tiba-tiba datang dari bawah jurang. Mulutnya bertaring, rambutnya hitam seperti sapu ijuk, tubuhnya besar berbulu, dan sebagian tubuhnya ular.
"Grrrrrrr!" Makhluk astral itu marah, ia menyemburkan api dari mulutnya. Daud terpelanting beberapa meter. Tubuhnya menghantam batang pohon. Ia hampir kolaps.
"Allahuakbar! Lahaullawalaquattaillabillahilaliiladzim," ujarnya seraya kembali berdiri.
"Ggrrrrrrr!" Suara iblis itu menggelegar, sesekali mendesis.
"Siapa kau wahai Iblis?"
"Hahahaha!" Makhluk mengerikan itu tertawa melengking. Lalu, menunjuk ke arah samping kanan Daud-rumah Uwak Gimun yang tersisa asap dan puing-sontak ia terkejut melihat Uwak Gimun diikat tubuhnya dan disekap dua prajurit berpakaian kerajaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/233190473-288-k567600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KARINDANGAN
Ficción General~Wattys Winner 2021 Kategori Horror~ Nursam hampir bunuh diri dengan apa yang menimpa dirinya. Ia sungguh tak menyangka jika suami yang sangat dicintainya ternyata menipunya belaka. Dia dipelet dan keempat anaknya meninggal tak wajar. The Best Rank...