3.0. Trying To Escape

1.7K 158 0
                                    

“Tanganku terlalu kotor."

Padahal waktu itu tangan Devon terlihat sangat bersih.

“GUE PUSING DENGER KALIAN TERIAK KAYA TADI! DIEM!”

Saat itu, emosinya juga tiba-tiba tidak terkendali sampai membuatnya pangling.

Dari mana kamu tahu aku lagi keluar rumah?”

“Aku selalu tahu, Sayang. Sekarang pulang!”

Faktanya, selama dua bulan lebih mereka berpacaran. Ia tidak tahu kalau setiap langkahnya selalu diintai Devon.

“Pelajarannya bukan itu, di situ kamu bisa belajar psikologis manusia, dan sudut pandang Si Sosiopat kenapa dia melakukan hal kejam itu."

Kayrani tertawa di depan cermin karena kebodohannya. Cowok itu pernah berkata kalau ia tidak akan membunuhnya sebab terlalu manis. Namun bukankah seorang psiko atau sosiopat selalu manipulatif?

Sebenarnya dari awal mereka pacaran sudah agak aneh.

Kayrani menutup mulutnya tatkala seorang cowok tampan tiba-tiba merangkul pundaknya, saat ia akan berjalan mencari tempat duduk di kelas barunya, 12 MIPA 1.

"Kamu harus jadi pacarku."

"Ha?" Kayrani menatap wajah cowok itu, raut mukanya tidak bisa dirinya baca sama sekali. Terlalu datar dan pandangan matanya seakan melumpuhkan semua saraf tubuhnya.

"Mulai detik ini. Kayrani Angeline adalah pacar Devilio Devon," ucap cowok itu membuat Kayrani ngebug.

Dua bulan lalu, semua gempar membicarakan Si Tampan Pendiam,  Devon menjadikan Si Cewek Biasa Saja,  Kayrani.

Banyak yang beranggapan kalau Devon hanya menjadikan Kayrani mainan, dan Kayrani sempat setuju dengan pendapat ini. Sayangnya, semua perlakuan manis Devon dari hari ke hari melunturkan semua kecurigaannya itu.

“KAY! CEPET SARAPAN!"

“IYA, MA!” sebelum keluar kamar, gadis itu sekali lagi mematut dirinya di depan cermin, "apapun yang Devon lakuin nanti, kamu gak boleh nangis. Dan kamu, harus putus sama Devon,” ujarnya kepadanya bayangannya sendiri.

Setelah mensugesti dirinya dengan pikiran yang positif, Kayrani kemudian keluar dari kamarnya menuju ruang makan. Namun semua pikiran positifnya mendadak buyar, dikarenakan keberadaan orang yang ingin sekali ia hindari.

Devon.

“Devon itu cowok baik, ya, Kay. Dia berani jemput kamu dan minta restu ke Papa buat jagain kamu," tutur mamanya senang.

“Kay, sini sarapan."

Gadis itu masih berdiri mematung ketika Devon menepuk kursi di sampingnya, menyuruh agar dirinya duduk di sana.

Tidak ingatkah cowok itu dengan perbuatannya semalam?

“Kay, kok, kamu bengong?” tanya Papa.

Kayrani mengambil duduk di samping mamanya, sehingga ia berseberangan dengan Devon yang menatapnya tajam.

“Kamu kenapa, sih, Kay? Sakit?” tanya Mama.

“Enggak, Ma.” balas Kayrani dengan lemas.

“Kalau sakit gak usah sekolah dulu, Kay.” sambung Papa.

Kayrani menggeleng lagi, “tugas sekolahnya banyak banget, Pa. Tadi malam aku begadang ngerjain soal.” ini fakta, menyadari kalau hubungannya dengan Devon merenggang, ia jadi enggan mencontek jawaban milik cowok itu.

“Sekolah itu jangan dibikin pusing, sekali-kali gak ngerjain PR gak papa, Kay. Benar 'kan, nak Devon?" Papa tertawa sendiri setelah mengucapkan nasehatnya yang absurd.

Devon tersenyum, “benar, Om. Tapi Kayrani anaknya emang rajin.”

Kayrani memandang Devon sengit. Lihat! Cowok itu pandai sekali berbohong, apa jangan-jangan selama ini ia telah banyak ditipu olehnya?

“Aku berangkat bareng Papa.” Kayrani berucap tanpa menatap wajah semua orang di meja ini.

“Pacar kamu 'kan udah jemput kamu,” terang Mama.

“Taoi aku mau bareng sama Papa.” gadis itu membanting sendoknya.

“Kay! Kamu ada masalah sama Devon?” tanya papanya.

Kayrani diam menundukkan kepala.

“Masalah itu hal wajar dalam hubungan, Devon ke sini itu sama berarti dia mau menyelesaikan masalahnya sama kamu.  Kamu juga harus selesaikan masalah dalam hubungan kalian secepatnya," tutur Mama.

“Boleh kami berangkat sekarang?” Devon menengahi pembicaraan orang tua dan anak itu.

“O, iya boleh. Hati-hati, ya, kalau bawa mobil.” pesan Mama.

Kayrani berjalan ogah-ogahan mengikuti Devon.

“Aku mau kita putus.” ujar Kayrani saat Devon membukakan pintu mobil untuknya.

“Masuk!” titah Devon.

Kayrani tak gentar.

Dengan perasaan kesal, Devon menggendong dan mendudukkannya di kursi.

“Kamu mau putus?” tanya Devon setelah duduk di kursi kemudi.

“Iya.”

Plak.

“Say it again!” Devon mencengkeram rahang Kayrani setelah menampar pipi gadis itu.

“Aku mau putus sama kamu, Lio!” bentak Kayrani.

“No, you'll never get away from me.”


TBC.

WANTED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang