Happy reading 😊
Please, vote & komen❤️
Thank you!Kayrani memasuki rumahnya dengan pandangan mata kosong, pikirannya masih terbang ke rumah Devon. Cowok yang mengantarkan dirinya pulang.
"Ya Ampun, Kay! Kamu kenapa?" Mama tergopoh menghampirinya.
Kayrani melihat sebentar wajah ibunya yang khawatir, lalu memeluknya dan kembali menangis.
Mama hanya mengelus punggung Kayrani, melihat anaknya pulang dengan tatapan kosong, muka sembap, dan pipi memerah, sangat membuatnya panik.
"Bilang ke Mama, siapa yang buat kamu jadi begini!"
Kayrani melepaskan pelukannya, dirinya menimbang kata apa yang harus keluar dari bibirnya.
"Kamu tadi diantar Devon, 'kan?"
Gadis itu mengangguk, "Ma... sebenarnya...." Ia gugup.
"Apa, Kay?"
"Aku berantem sama teman, kok. Mama jangan khawatir lagi, ya."
Mama menghela napas.
"Kamu jangan gitu lagi, ya, Kay. Mama kira kamu diapa-apain sama orang.""Kay ke kamar dulu."
Dengan tergesa-gesa Kayrani menuju kamarnya, gadis itu langsung membuka ponselnya.
Kayrani menekan lama nomor Devon hingga tanda centang muncul, dirinya memilih untuk memblokir nomor tersebut lalu menghapusnya.
"Percuma," gumamnya, "besok juga ketemu lagi di sekolah."
-o0o-
"LO GILA!" bentak Jovan.
Devon yang tengah bermain game online sama sekali tidak terganggu.
"Lo harus kubur mereka di tempat yang layak!" Jovan menunjuk mayat Stevi dan Mawar, "dan asal lo tau, mereka lagi dicari polisi." Jovan mengecilkan suaranya.
Berkali-kali Jovan harus menutup lubang hidungnya akibat bau jasad itu. Anyir darah membuatnya ingin muntah kembali.
"Cepet kubur mereka, Dev. Atau...."
"Apa?"
"Tadi siang lo jadiin mereka mangsa, jasadnya kotor darah tanpa lo bersihin dulu. Gue jamin, besok baunya bakalan nyebar." Jovan menatap lamat sahabatnya. "Dan Mama lo, kasih dia tempat untuk bebas."
Devon menghentikan permainannya. Cowok itu melemparkan ponselnya ke sofa tempatnya duduk.
"Jadi...lo udah tau kamar itu?" Kamar tempat mamanya terbaring dalam peti.
"Mama lo pasti terkekang, Dev," cicit Jovan.
Devon tersenyum miring seraya menghampiri sahabatnya.
"Tau apa lo, soal Mama gue? Gak ada Ibu dan Anak yang bahagia kalau dipisahkan," ujar Devon.
Jovan mengkerut ketika melihat Devon mendekatinya. Refleks ia memegang lehernya sendiri, sebelum tangan-tangan Devon mencekiknya.
Bugh...bugh...bugh.
Tanpa Jovan perkiraan, rupanya Devon memukul perutnya tanpa jeda.
"Argh! Ampun, Dev!" Cowok itu berusaha menepis tangan Devon, tetapi gagal.
"Jangan ngatur gue, Jovan!"
"Iya...uhuk." Jovan terbatuk-batuk usai Devon pergi meninggalkannya.
-o0o-
"Tolong kami, Kay."
"Selamatkan kami...."
"Devilio."
"Tolong, Kay."
Kayrani tersentak bangun dari tidurnya dengan napas tersenggal.
"Mengerikan!" Kayrani mengusap wajahnya, "gue sampai nangis? Sebenernya gua mimpi apa?"
Gadis itu kemudian mengambil ponselnya, ia mencari nama Devon di kontak. Ah, dirinya lupa kalau nomor cowok itu telah dihapusnya.
"Bego."
Kayrani berjalan membuka jendela kamarnya, seketika hawa dingin menerpa wajahnya kala ia melongok keluar.
Hoo hooo hooo....
Gadis itu langsung menutup jendelanya saat terdengar suara burung hantu.
"Ini malam Jum'at Kliwon apa? Kok bau-baunya mistis banget, deh."
Ketika jendela kamarnya masih belum tertutup menampilkan jalanan, gadis itu dibuat terkejut akan keberadaan seorang laki-laki yang berdiri dibawah tiang listrik.
Lelaki itu memakai jaket hitam dan topi hitam, seperti punya Devon. Koneksi otaknya langsung berputar cepat, ini gawat! Apa itu Devon? Apakah setiap hari ia mengawasi dirinya?
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTED ✓
Teen Fiction• PERINGATAN! 16+ • FOLLOW AKUN AKU, DULU, YA^^. WANTED! _________ Kayrani Angeline, baru mengetahui kalau pacarnya, Devilio Devon adalah seorang sosiopat. Ia ingin lepas dari hubungan mereka yang tidak sehat, sebab, cowok itu selalu berlaku kasar k...