Kayrani memperhatikan pacarnya.
“Habis itu, kamu potong bagian sini.” Devon dengan lihai menggerakkan pisau, “kalau udah, tinggal kamu iris tipis.” Kemudian, menghias sedikit makanan itu dengan irisan lemon.
“Woah!” Kayrani bertepuk tangan saat Sashimi buatan mereka, tepatnya Devon sudah selesai dibuat.
Irisan tiap daging ikan tuna begitu rapi dan sama tebalnya. Devon mengambil satu irisan ikan itu menggunakan sumpit, kemudian ia celupkan sedikit ke kecap asin.
“Buka mulut,” ucap Devon.
Kayrani menerima suapan itu dengan senang hati. Rasa daging segar ini manis dan ada sedikit asin dari kecapnya.
“Harusnya ada wasabi, pasti lebih enak.” Kayrani mengangguk mendengar pendapat Devon.
“Aku mau coba ngiris, dong.” Kayrani mengambil pisau, “ajarin....” rengeknya.
Devon bergerak ke belakang badan gadis itu, lantas mencondongkan tubuhnya sedikit. “Padahal tinggal diiris aja kaya biasa.”
Kemudian Kayrani mengiris sisa daging ikan tuna itu dengan konsentrasi yang terbelah, antara memperhatikan ikan dan rengkuhan tangan Devon di pinggangnya, yang sewaktu-waktu membenarkan caranya memegang pisau.
“Kalau kamu gak konsen, tangan kamu bakalan terluka kena pisau,” bisik Devon di telinga gadisnya.
“Ekhm.” Kayrani menaruh pisau itu dan menyentakkan tangan Devon.
Devon berdekah-dekah, melihat Kayrani yang sepertinya salah tingkah karena perhatiannya tadi.
“Salting, hm?”
“Dih, enggak! Siapa bilang aku salah tingkah?” Kayrani mengelak.
“Kalau mau modus seperti tadi, aku gak bakalan keberatan, kok.” Devon memasukkan sashimi ke mulutnya, mengunyahnya sambil mesem ke arah Kayrani, pipi gadis itu merah menahan malu.
Mereka bercanda, mengisi malam yang begitu sepi sambil menonton TV. Devon duduk di karpet, menyandarkan punggungnya di sofa. Sedangkan Kayrani, gadis itu bersandar di dada bidang milik Devon hingga tertidur.
Devon yang tidak lagi mendengar suara Kayrani mengomentari acara TV langsung menundukkan kepala, ia tersenyum tipis melihat Kayrani tidur pulas. Tanpa menunggu lama, akhirnya dia memindahkan Kayrani tidur di kamarnya.
-o0o-
Devon melihat gerak-gerik mangsanya yang berjalan sendirian dan sempoyongan, ada sebuah botol bir di tangannya.
Sosiopat itu langsung memakai masker dan topi, lalu mengikuti mangsanya dari belakang dengan kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku lebar hoodie.
Orang yang merasa diikuti lantas berhenti, pria berpenampilan preman itu membalikkan badannya hingga berhadapan dengan Devon.
“SIAPA LO?"
Devon mendekati preman itu. Saat sudah berjarak sekitar dua meter, Devon mengeluarkan beberapa lembar uang merah muda yang setiap hari dirinya bawa.
Dan benar saja, preman itu langsung mendekatinya tanpa harus dipanggil.
“Mau apa lo, Bocah? Malem-malem keliaran, sini-in!”
Devon dengan cepat kembali memasukkan uangnya, “sebelum itu, gue tanya. Lo mau kemana?”
“Pulang, lah!”
Devon mengangguk, “kalau mau duit, turutin perintah gue.”
“Apa, cepetan!”
“Botol itu, hantamin ke kepala lo. Gimana?” Devon tersenyum remeh.
Preman yang melihat itu langsung merasa tertantang, apalagi kondisinya sedang mabuk berat.
PYAAR....
Senyuman lebar otomatis terpatri di bibir sosiopat itu, “lagi!” perintahnya.
Beling sudah bertebaran di sekitar mereka, preman itu menjerit merasakan pusing hebat, matanya membola ketika melihat darah telah mengalir dari kepalanya sendiri.
Pria sangar bertato itu bersimpuh, menatap bocah yang berdiri, mengisyaratkan kalau ia telah menjalankan perintahnya.
“Ambil pecahan botol itu, terserah lo mau lakuin apa ke badan lo, pakek itu!” Devon menunjuk beling, kemudian duduk di pinggir jalan sepi ini. “Buruan!”
Preman itu patuh, menjalankan semua yang diucapkan oleh anak muda yang akan memberikannya segepok uang.
“AAARGH!” preman itu mengerang.
Devon yang sejak tadi menonton bertepuk tangan ketika preman itu tidak sengaja menggores urat nadinya sendiri. Ia masih menikmati kejadian di hadapannya.
“Bego!” Devon terbahak-bahak saat preman itu kejang-kejang, tak lama kemudian kembali tenang, itu artinya dia sudah tiada.
Devon celingak-celinguk, tidak ada seorangpun yang lewat di jalan ini. Bagus! Tapi Kayrani? Ah, kan dirinya tidak membunuh preman itu, tetapi preman itu sendiri yang bunuh diri.
“Masalah beres!” Devon bangkit sambil membersihkan celananya.
TBC.
(Gambar berasal dari Google, sumber KlikDokter)
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTED ✓
Teen Fiction• PERINGATAN! 16+ • FOLLOW AKUN AKU, DULU, YA^^. WANTED! _________ Kayrani Angeline, baru mengetahui kalau pacarnya, Devilio Devon adalah seorang sosiopat. Ia ingin lepas dari hubungan mereka yang tidak sehat, sebab, cowok itu selalu berlaku kasar k...