4.1. Stay With Me

1.7K 156 2
                                    

Devon melipatkan tangan di atas perut, kemudian tangannya terulur membuka botol minuman dingin.

“Minum,” ujarnya kepada Kayrani.

“Makasih.”

Jovan melihat pemandangan mesra itu lantas iri, “gue, Dev?”

“Gunanya tangan lo apa? Kalau udah gak di gunain, bilang sama gue, biar gue potong.” timpal Devon.

Buru-buru Jovan mengulurkan tangannya sendiri mengambil air minum, “santai, gue orangnya mandiri, kok, Dev Sayang-nya Kayrani.” Jovan tersenyum.

Alis Kayrani naik mendengar kalimat Jovan. “Kalau udah, anterin gue pulang, ya, Jov.”

Uhuk, kok, gue, Kay?” Jovan tersedak, lihatlah sekarang bagaimana Devon seperti ingin menelannya bulat-bulat.

“Gue ke rumah Devon, ’kan sama lo. Jadi baliknya juga bareng lo,” tutur gadis itu tanpa memandang mata Devon.

Tak!

Dua muda-mudi itu terlonjak di tengah perdebatan.

Mata mereka takut-takut melihat pergerakan Devon yang menaruh botol dengan kasar di meja kaca, cowok itu berdiri meninggalkan mereka.

Ah, rupanya Devon mengambil hoodie dan kunci mobil.

“Ayo!” seolah patuh dengan perintah Devon, Kayrani dan Jovan serentak berdiri, mengikuti Devon keluar rumah.

“Eh, kenapa?” tanya Kayrani polos saat Devon memegang tangannya.

Jovan tersenyum kikuk. “Anu, Kay. Lo pulangnya sama Devon, ye. Gue mau me time soalnya,” ucapan cengengesan.

“Cowok juga pakek me time? Baru tau.” gadis itu mengernyit.

“Cowok juga manusia kali,” balas Jovan terkekeh.

Kayrani membulatkan mulutnya, kemudian mengangguk. Kemudian memasuki mobil Devon dengan perasaan tak menentu.

Mobil Jovan sudah lebih dulu meninggalkan rumah Devon.

“Kenapa?”

Devon menatap lurus ke depan. “Lain kali, kalau mau pergi sama sahabat aku bilang!” tegasnya lalu mulai menjalankan mobil.

“Aku takut kamu gak bakalan izinin aku buat ketemu Jovan.” Kayrani menatap lekat Devon, lantas mengelus pundak cowok itu.

“Kalau kamu jujur, aku pasti bolehin kamu pergi.” karena dirinya tahu, dua orang terpenting dalam hidupnya tidak akan mengkhianatinya. Paling juga mereka akan menyisipkan namanya saat bergosip.

“Kalau begitu aku mau tanya langsung ke kamu, bera....”

“Berapa kali aku bunuh orang?” Devon tertawa, “iya?” sosiopat itu mengencangkan tawanya seraya memukul stir mobil.

Kayrani mengangguk tidak enak, “aku cuma tanya, kok, Dev. Kalau kamu gak jawab juga gak apa-apa, itu privasi kamu.”

“Aku yakin Jovan udah cerita semuanya sama kamu.” Devon tersenyum miring, “kamu tahu orang tua tetangga kamu yang mati dulu?”

Tenggorokan Kayrani tercekat. “G-gak mungkin itu kamu 'kan, Dev?”

“Sampai, sana turun.” ujar Devon tanpa memandang Kayrani yang masih menatapnya tajam.

“Cih,” decih gadis itu.

Alis Devon terangkat karena gadisnya itu semakin berani berkata-kata kepadanya.

“Kamu boleh benci sama sosiopat ini, tapi jangan lupa kalau kamu gak akan pernah bisa pergi dari dia,” jelas Devon.

“Bener, aku benci sama manusia yang suka lukain orang lain.” Kayrani mengangguk mantap.

“Kamu tahu kenapa aku jadiin kamu pacar?”

Gadis itu terdiam, “alasannya apa?” penjelasan ini yang sejak dulu ia nantikan.

“Alasan kenapa aku suka nyakitin orang lain, itu karena aku minim empati, Kay! Dan Jovan saranin aku buat cari pacar, supaya bisa belajar apa itu kasih sayang,” terang Devon, bodo amat sama respon Kayrani nanti.

“Jadi, kamu manfaatin aku selama ini?” Kayrani membuang napasnya kasar, “kamu bener-bener manipulasi aku, Dev!” Dengan berjalan dalam hubungan yang hanya punya satu pondasi ketulusan. Hanya dirinya yang serius menjalani relationship ini.

“Kamu itu seperti obat penyembuh, Kay! Awalnya yang aku gak pernah lolosin mangsa aku, jadi sering bebasin mereka karena dering telepon dari kamu. It's out of my control, cuma kamu doang yang bisa bikin aku gagal jalanin rencana buat bunuh orang.” Devon mengacak rambutnya.

“Bohong, kalau kamu beneran jujur...bisa, gak, kamu berhenti sakitin orang lain. Demi aku?” tanya Kayrani.

Devon melihat mata Kayrani yang takut, marah, senang, tidak percaya. Emosi gadis itu teraduk, sama seperti dirinya.

“Cegah aku, Kay. Halangi Devon yang jahat ini, dengan tetap di sampingnya, Kay.”

Mata Kayrani berkaca-kaca, kemudian ia bergerak memeluk Devon.


TBC.

WANTED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang