2.2. Dating

1.7K 157 0
                                    

Mata Kayrani memejam, bibirnya tersenyum, karena tangannya digandeng Devon sembari jalan-jalan menikmati angin malam di bawah langit tanpa bintang.

"Aku baru sadar kalau kamu suka pakai topi itu kalau kita jalan," terang Kayrani.

"Ini topi favorit." Devon menggoyangkan tautan tangan mereka, ke depan, ke belakang layaknya anak kecil.

"Hm, terus apa lagi yang kamu suka?" kini mereka duduk dikursi taman.

"Kamu." Devon melepas topinya, kemudian membuka bungkus permen kapas yang mereka beli tadi.

Sontak jawaban Devon membuat pipi Kayrani merona, tangan gadis itu memukul pundak pacarnya pelan.

"Apaan sih, Dev. Aku tanya serius ini." Kayrani salah tingkah.

"Ih, aku juga seriusan tahu...." Cowok itu meledek Kayrani dengan menirukan cara bicaranya.

"Ih! Kok, kamu jadi begini sih, Lio!" kesal Kayrani, tetapi gemas juga akan tingkah Devon.

Devon meredakan tawanya. "Aku sukanya kamu."

"Aku juga suka sama kamu, Devilio Devon." Kayrani tersenyum manis. Kemudian, tanpa Devon duga sebelumnya, gadis itu mencium pipinya.

"Ups, hehehe." Cengir Kayrani.

"You're a naughty girl," ucap Devon seraya mencapit hidung Kayrani.

"Lephasin...aku ghak bisa naphash."

"Jangan nakal! Bahaya kalau aku bales cium kamu," tutur Devon sambil mengusap hidung Kayrani.

"Kenapa emang?" tanya Kayrani.

"Nanti aku gak bisa berhenti."

"Kamu kan cowok baik, jadi gak mungkin kaya gitu."

"Tau dari mana aku baik?" sok tahu sekali pacarnya ini.

"Dari hatimu...." Kekeh Kayrani, telunjuknya menyentuh dada Devon.

Lancang! Devon mendengkus dalam hati kala Kayrani mengambil topinya dan memakainya ke kepalanya sendiri.

"Cocok gak kalau aku yang pakai? Cantik gak?" Kayrani mengedipkan mata kepada Devon, "ternyata ada rasa tersendiri kalau pakai topi."

Mata Devon menilai tampilan Kayrani. "Cocok, ada rasa apa emangnya?"

"Aku kaya jadi orang misterius gitu, apalagi kalau misalnya aku pakai kaus sama celana warna hitam. Kaya hacker hihihi," ungkap Kayrani lalu cekikikan.

"Kamu enggak mirip hacker."

"Terus kaya apa?"

"Kaya Kayrani Angeline, pacarnya Devon." Devon tersenyum melihat Kayrani cemberut, "sejauh ini gak ada yang mirip sama pacar aku. Kamu cuma ada satu di dunia."

Pegal menahan, akhirnya Kayrani tersenyum malu. "Gombal mulu, ih! Dari tadi mulutnya manis kaya permen kapas."

"Gombalnya ke kamu doang, lagi pula kalau bisa bikin kamu senyum, kenapa enggak?"

Cowok itu memberikan senyuman maut untuk Kayrani, lihatlah sekarang, gadis itu tengah menatapnya berbinar.

"Mata kamu indah," puji sosiopat itu.

Sampai aku pengen ambil dari tempatnya.

Hari sudah malam Devon mengantarkan Kayrani pulang dengan mobilnya, saat tiba di rumah Kayrani mereka sudah disambut oleh mama Kayrani.

Mama Kayrani mesam-mesem melihat pacar anaknya, "oh, jadi ini pacarnya Kay."

"Maaf, ya, Tan...anak tante baru pulang sekarang," ucap Devon menyesal.

"It's oke boy, nanti jangan diulangi lagi ya. Tante cemas, akhir-akhir ini banyak kejahatan apalagi pembunuhan di daerah dekat sini."

"Saya pasti jagain anak Tante."

Soalnya nama Kayrani Angeline dari kelas MIPA 1, pacarnya. Sudah masuk daftar blacklist di otaknya agar tak ia jadikan mangsa.

Kalau dirinya tidak berubah pikiran.

-o0o-

Langkah Devon terdengar di lorong sepi apartemen, cowok itu berhenti di depan salah satu unit kamar. Setelah menekan bel, keluarlah sahabatnya.

"Devon, ngapain?"

Yang ditanya langsung nyelonong masuk setelah Jovan membuka lebar pintunya.

"Lo gak akan bunuh gue, 'kan?" Jovan berpikir kalau berduaan dengan seorang sosiopat adalah hal yang buruk, meskipun orang gila itu ialah sahabatnya sendiri.

"Jovandra Abian; umur 18 tahun, gagal berpaling dari mantan, gak suka ngerjain PR, males bersihin apartemen sendiri. Beban dunia yang masuk kategori gue," jelas Devon.

Jovan berkeringat dingin, "kategori apa, Dev? Bukan pacar apalagi mangsa, 'kan?"

Devon memilih membuka kaleng minuman yang disuguhkan Jovan.

"Gue masih normal," balas Devon setelah meneguk minuman itu.

Siaga dua! Alaram tanda bahaya berbunyi di pikiran Jovan. "Kalau begitu...lo, mau jadiin gue salah satu mangsa? Ampun, Dev, kita itu sahabat forever together!"

"Emangnya gue peduli?" Devon melempar kaleng kosong ke samping kepala Jovan, "good job." Ujarnya saat kaleng itu berhasil masuk tempat sampah.

Jovan rasanya ingin pingsan saat Devon mendekatinya, otomastis dirinya berjalan mundur. Sayang, punggungnya sudah menabrak dinding, wajah Devon juga menakutkan. Seakan ingin memakannya hidup-hidup.

"Akhir-akhir ini gue selalu gagal habisin mangsa, itu semua gara-gara lo dan Kayrani!" Devon menunjuk dada Jovan, kemudian dirinya mendekatkan mukanya ke sisi kepala sobatnya.

"Te-terus?" gugup Jovan berusaha mengindari Devon, tetapi tangan Devilio bergerak cekatan mengurung badannya.

"Gimana kalau, lo gantiin posisi mangsa yang udah gue bebasin kemarin?"


TBC.

Vote √
Komen √
Share√

Thank uuuu 💞

WANTED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang