8.1. Real Events

1.1K 109 10
                                    

“Kay, nih, makasih, ya. Lain kali, kalau ada tugas atau kerja kelompok. Boleh ’kan gue join sama lo?” tanya Nalta yang mengembalikan buku.

Kayrani tersenyum manis, “boleh....”

“Gak!” potong Devon. Raut wajahnya masam melihat keberadaan Nalta di sekitarnya. Di mana ada Nalta, disitulah dia merasa jengkel.

“Boleh, kok. Kalau enggak ditentuin sama guru, ya.” sambung Kayrani. Tanpa memperdulikan tatapan laser Devon tertuju kepadanya.

Nalta mengacak rambut Kayrani. Devon seketika naik pitam melihatnya. “Lo!” peringkatnya menunjuk Nalta.

Anak baru itu meringis pelan, “sorry, gue refleks.” lalu kembali ke tempatnya semula.

Jam ke empat, waktunya Fisika. Namun, guru mata pelajaran itu tidak datang. Jadilah kelas ini ramai sekali, bahkan ada yang keluar kelas sebelum istirahat.

Devon kembali menyalakan sinyal waspada, ketika Nalta dan Ronald berjalan melewati bangkunya saat baru kembali dari toilet.

Bruk....

Nalta terjatuh, sebab menginjak tali sepatunya sendiri tepat di sebelah bangku pacar Devon.

“Eh, lo gak papa, ’kan? Ada yang luka?” Kayrani menunduk, melihat lebih teliti kondisi Nalta.

“Gak, gak papa.” Nalta masih menunduk mengikat tali sepatunya, ia yang merasa diperhatikan pun menolehkan kepalanya.

Devon menggebrak meja, beranjak dari tempatnya mendekati dua orang itu. Sedangkan Kayrani masih memegang pipinya yang tidak sengaja dicium oleh Nalta.

Devon kembali duduk di kursi, menetralkan napasnya yang memburu gara-gara ulah Nalta. Ia mengeluarkan ponsel, mencari kontak anak baru di grub kelas.

To: @081654879111
Gudang! Gk dateng, lo pengecut.


Kalau dirinya berbicara langsung, pasti Kayrani akan menghalanginya untuk menghajar anak baru itu.

Kayrani dan Jovan kompak bersedekap. Keduanya memasang ekspresi muram ketika mendengar cerita Devon dan Nalta.

“HAHHH....” Jovan menarik napas dalam, lelah, serasa ingin meneriaki dua cowok berpenampilan kacau tersebut.

Empat orang yang duduk di kursi taman sekolah saling diam.

“Ayo maaf-an,” tutur Kayrani menatap Devon dan Nalta yang saling memalingkan muka.

“Maaf.” ujar Nalta dan Devon bersamaan.

Jovan mengerutkan kening, “kalian minta maaf ke siapa?” pasalnya Devon menghadap ke Kayrani, sedangkan Nalta. Cowok itu mengulurkan tangannya juga kepada Kayrani.

Kayrani bingung. Lantas ia segera membenarkan suasana, tangan Nalta dirinya arahkan ke arah Devon. Kemudian ia mengambil tangan Devon.

“Salaman,” perintah Kayrani.

“GAK!” Ujar dua cowok itu berbarengan lagi.

Cewek itu berusaha mengaitkan tangan Devon dan Nalta. Sulit, tapi dirinya tidak menyerah. Tidak lama, dirinya berhasil membuat dua orang bebal itu bersalaman.

Devon dan Nalta saling menatap tajam, kalau di animasi, mungkin akan ada aliran listrik yang berasal dari mata mereka. Devon dengan kuat meremas telapak tangan Nalta. Nalta membalas perbuatan Devon, mereka terus fokus saling meremas telapak tangan. Seakan-akan tengah berbicara lewat tautan itu.

“HUAHHH!” ketiga cowok itu terkejut saat Kayrani tiba-tiba berteriak. “Ular! Ular.”

Para cowok tersebut berdiri, mencari keberadaan ular yang Kayrani teriakkan.

“Mana? Mana ulernya?” Jovan panik sambil terus mengedarkan pandangannya ke penjuru taman.

“Gak ada, itu imajinasi aku aja.” Kayrani tersenyum kaku kala tiga cowok itu memandang dirinya lekat. “Kalian denger, gak? Bel ganti jam pelajaran bunyi, kalau gitu ayo kita balik ke kelas.” ujarnya semangat sambil berjalan cepat meninggalkan mereka.

“Bisa aja, Bocah!” cibir Jovan.

Ketika tiga orang itu berjalan menuju kelas. Devon masih terpaku mengingat sesuatu, ia dengan gesit mengejar jalan Kayrani menahannya, kemudian mengecup pipinya.

Gadis itu terdiam, tepatnya bingung akan aksi mendadak Devon.

“Balik kelas.” Devon mengelus surai Kayrani, saat itulah gadis itu sadar.

“Jauhin Nalta, dia brengsek,” bisik Devon lalu merangkul pundak gadisnya. Berjalan ke kelas bersama.




TBC.

Follow me:)
WP : namecodes
IG   : @story.namecodes

See ya ❤️

WANTED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang