17.0. A Truth (a)

1K 97 7
                                    

Kayrani memandang Jovan cemas.

“Devon ada di dalam sana,” ujar Jovan menenangkan Kayrani. Tangan kirinya mendorong pelan gadis itu untuk berjalan memasuki mansion. Sedangkan satunya lagi ia gunakan untuk membawa koper Kayrani.

Suara ketukan kaki menggema di lorong kamar ini.

“Devon tidur, sebaiknya kalian masuk nanti.” Suara berat dan tegas membuat mereka menoleh. Dua anak muda itu menelan ludah gugup.

“Hai, Om.” Jovan melebarkan lengkungan di sudut bibirnya. Kemudian menyenggol lengan Kayrani, lalu merundukkan kepala. “That is Bapaknya Devon,” bisiknya.

“Kamu, pacarnya Devon, betul?” tanya Dirga.

“Iya, Om. Nama saya Kayrani Angeline, just call me Kay.” Kalau pacarnya adalah Setan, mungkin yang ada di hadapannya sekarang adalah Iblis. Tingkatannya diukur pada 'keseraman' sosoknya.

-o0o-

Kayrani menilai perempuan paruh baya di depannya. Cantik, anggun, elegan, berkharisma. Dan cara bicaranya sungguh mencerminkan perempuan berpendidikan tinggi. Dia adalah ibu Ellena, gadis yang suaranya tak sengaja dirinya dengar dalam percakapannya dengan Devon di telepon. Yang berarti wanita itu ialah ibu tiri Devon.

“Devon menjalani terapi beberapa bulan ini, bukan hanya Devon. Namun papanya juga,” jelas istri Dirga, Sofia.

Kalau Devon, sih, sudah jelas harus mendapatkan penanganan psikiater, “maaf, Tan. Kenapa Om Dirga ikut terapi juga?” Perasaan pria gagah diusia empat puluh lima-an itu sehat-sehat saja.

Sofia tersenyum, matanya bergulir melihat pemandangan di taman mansionnya. “Ada yang mirip dari mereka berdua, kamu tahu apa?” tanya Sofia kepada gadis cantik yang merupakan pacar anak tirinya.

Dari pengelihatannya, gadis ini dan Devon sama-sama keras kepala. Ia jadi khawatir dengan hubungan mereka.

“Mereka ganteng, hehehe. Tegas dan berkharisma,” tutur Kayrani seraya menggaruk tengkuknya.

“Benar.” Tawa kecil lolos dari bibir Sofia. “Tapi bukan itu jawabannya."

Kayrani ikutan tertawa, lalu tertegun ketika wanita itu menangkup tangannya.

“Dua Devilio itu, mereka punya rasa sakit yang sama. Dirga memilih menahannya, sedangkan Devon terang-terangan menunjukkan penyakitnya.”

Mata Kayrani melebar, “tunggu! Maksud Tante, Om Dirga juga....” jeda Kayrani.

Tidak lama Sofia mengangguk, “Devon menderita sosiopat karena papanya. Artinya penyakit Devon sudah tertanam sejak dia masih bayi, karena sosiopat Devon berasal dari genetik papanya.” 

“Tapi, Tan. Bukannya Devon jadi sosiopat karena Om Dirga seling....” OH MY GOD! MULUT ASTAGA! Batin Kayrani menjerit panik.

Sofia tertawa, menetralkan kecanggungan gadis muda yang duduk di sampingnya. “Dirga memang berselingkuh,” jeda Sofia, begitu melihat Kayrani menengakkan punggung. “Tapi bukan aku simpanannya.” lanjutnya.

Bibir Kayrani kelu, ia tidak tahu harus berkata apa. Karena dirinya sendiri masih bingung akan keadaan ini.

“Saat itu, pernikahan ku dengan Dirga baru berjalan satu tahun. Masih tergolong muda dan kami seperti pasangan lainnya yang menginginkan seorang malaikat kecil. Kami stress akibat tekanan dari lingkungan sekitar, lalu aku dan Dirga memutuskan untuk pergi ke Indonesia. Kamu ingin tahu kelanjutannya?” tanya Sofia.

“Ka-kalian belum juga mendapatkan momongan?” tebak Kayrani.

“Benar, saat itu kami frustasi. Bulan berganti bulan. Namun penantian kami tak kunjung datang. Hingga akhirnya aku meminta bercerai dengan Dirga, tetapi keputusan ku salah. Ia menjadi sangat tempramen kala itu.” Pandangan Sofia kian menerawang ke masa lalu.

“Dan suatu malam, ketika kami tengah bertengkar hebat. Aku pergi dari rumah, sedangkan lelaki itu juga pergi dari rumah. Dirga ingin mencari seseorang untuk menjadi pelampiasan kemarahannya. Orang itu adalah Verenita, ibunya Devon.”

“Lalu?” tanya Kayrani.

“Dirga menyekap Verenita dalam rumah kami, kemudian ia memperkosa Verenita.” Suara Sofia memelan.

Sampai sini Kayrani sudah mengerti apa yang akan terjadi.

“Beberapa Minggu kemudian, aku pulang ke rumah itu. Dan aku sangat terkejut ketika Dirga menceritakan semua kejadian itu kepada ku, aku sangat kacau, apalagi mengetahui bahwa ada bayi dalam perut Verenita.”

“Lalu apa yang Tante lakukan saat itu?”

“Aku menampar Verenita lalu pergi meninggalkan Indonesia dan juga Dirga.”

Kayrani tersenyum kecil kepada Sofia. “Apa Tante menerima kehadiran Devon?”

Sofia menarik napas, kemudian menunjukkan senyuman manis. “Ketika aku telah berada di Amerika selama lima bulan, kondisiku melemah. Setelah diperiksa ternyata aku hamil.”




TBC.

WANTED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang