13.0. Pain

972 89 13
                                    

Devon memasuki sebuah mansion, masih didampingi oleh Joni dan teman-temannya. Seorang pria paruh baya tengah berdiri gagah di undakan tangga seraya bersedekap, tatapan tajam yang mirip dengan punyanya. Lebih tepatnya ia yang mirip pria itu.

“Kalian bisa pergi,” ucap Dirga pada bawahannya. Ia kemudian berjalan mendekati Devon yang menatapnya sengit.

PLAK!

“Masih bisa angkat kepala kamu? Setelah melakukan hal-hal kejam kepada orang lain? Harusnya kamu malu!” Tidak sekali, ia kembali menampar lagi pipi putranya.

“Harusnya Anda malu, menampakkan muka di depan anak ini setelah berselingkuh!” balas Devon tidak gentar.

Dirga diam, ia meneliti keseluruhan badan anaknya. Tangannya bergerak melepaskan sabuk di pinggangnya, kemudian berjalan ke belakang tubuh Devon.

Para maid dan bodyguard yang tidak sengaja melihat hanya bisa langsung menutup mata dan telinga, ketika Dirga menyambuk punggung seorang remaja yang mirip dengannya.

“Mama mu akan kecewa dengan kamu!”

Devon menoleh ke belakang, ia tersenyum sinis. “Jangan sok tau tentang perempuan yang telah Anda tinggalkan!”

“Jaga mulut mu Devon! Verenita pasti menyesal telah melahirkan....” ucapan Dirga terhenti karena Devon yang menonjoknya secara tiba-tiba. Remaja itu memukulnya dengan membabi buta.

“VERENITA UDAH MATI! DIA MATI DUA BELAS TAHUN LALU!”

“Astaga! Dirga! Kalian kenapa?” seorang wanita tergopoh-gopoh menuruni tangga. “Kamu? Kamu Devon, nak?” wanita itu ingin menyentuh luka di pipi Devon. Namun Devon menghempaskan tangannya dengan kasar.

“Jangan sentuh saya!”

“DEVON!”

Devon melirik Dirga geram. “Anda harus tahu! Mama saya mati, itu karena Anda. Alexandre Dirga Devilio! Kecamkan itu!” kalau saja ada kehadiran pria itu semasa perampok menjarah rumahnya. Pasti nyawa mamanya tidak akan melayang. “Verenita mati, itu karena Anda!” tekannya sekali lagi.

-o0o-

Hujan deras turun di malam hari, membuat Kayrani malas-malasan di kasur. Ia membalut tubuhnya menggunakan selimut tebal, ditemani secangkir coklat panas, mie instan pedas. Ia menonton film.

Pada film itu, diceritakan seorang psikopat terkenal yang membunuh puluhan perempuan, bahkan ada dugaan kalau yang dibunuhnya mencapai ratusan orang. Psikopat tersebut mengaku, kalau apa yang dilakukannya adalah sebab trauma di masa lalu.

Kayrani memejamkan mata sambil tetap menangis, setelah melihat ending film yang menyedihkan tetapi memuaskan. Psikopat itu dihukum mati menggunakan kursi listrik bertegangan tinggi, pembunuh itu menangis tersedu-sedu. Kayrani puas, karena perbuatan si psikopat mendapatkan ganjaran.

BLARRR!

“AAAAAAA!” Jerit Kayrani ketika ada guntur. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang, pikirannya tertuju kepada Devon.

-o0o-

“AAARGH!” Devon berlutut ketika merasakan punggungnya dicambuk lagi.

Ia dibawa ke sebuah kamar, setelah ia mendorong kasar istri papanya yang mencoba memeluknya. Dan kini, dirinya mendapatkan kembali luka fisik serta batin dari Dirga Devilio.

“Kenapa kau tidak menangis, hah?!” bentak Dirga.

“Ti-tidak akan!” balas Devon terbata. Ia tidak akan menangis gara-gara pria itu!

Satu lecutan kembali diberikan Dirga. Devon ambruk, telungkup dengan keadaan punggung yang sangat mengerikan. Seragam yang masih dipakainya sobek, darahnya mengalir deras, beserta luka dari gesekan kulit dan sabuk papanya menimbulkan dagingnya tergores dalam.

Dirga memalingkan muka, ia membuang sembarangan sabuk yang dia pegang. Kemudian meninggalkan kamar tanpa sepatah kata.

“AKU MAU KETEMU DIA, MA!” Diluar sana, Ellena berteriak kepada mamanya yang menangis.

“ELLENA! DIA JAHATIN KAMU!” Dirga membentak.

“AKU CINTA SAMA DIA, PA! AKU JATUH CINTA SAMA DIA!”

Devon mendengarnya, gadis yang dirinya sekap itu berteriak kepada orang tuanya karena ingin menemuinya. Tidak lama jeritan itu berhenti, ia memejamkan mata tatkala ada suara kaki mendekati kamar ini.

Langkah itu kedengarannya semakin dekat. Devon pikir ia akan bisa membuka matanya kembali, tetapi salah, akibat rasa sakit pada tubuhnya, dirinya kehilangan kesadaran. Namun dirinya masih dapat mendengarkan Ellena yang sesenggukan.







TBC.
GILAA😫 MAKASIH BANGET UDAH BACA CERITA INI💕💖💖❣️❤️💙💚💛💜 UNTUK VOTE & KOMENNYA DARI KALIAN MEMBUATKU TERHARU, TERIMA KASIH 🍻

WANTED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang