7.0. Devon and The Story About Him

1.1K 116 18
                                    

Kayrani Angeline 12 MIPA 1:
Aku keluar sama Jovan, ya.
Boleh 'kan?

Devon membaca pesan Kayrani, terdiam sejemang. Kemudian dirinya membalas 'Iya'. Tangannya bergerak ke menu pengaturan kontak, mengubah nama Kayrani Angeline 12 MIPA 1 menjadi Mine.

Sekolah diliburkan, karena sekolah mereka tengah dipakai untuk kegiatan perkumpulan guru-guru dari sekolah lain. Siang ini, Devon memilih untuk tidak pergi kemana-mana.

“Ma, dulu Mama kaya pacar aku, gak, sih? Yang perutnya sakit waktu lagi datang bulan?” curhat Devon ke mamanya. Karena saat mamanya masih hidup, dirinya belum mengerti apa yang perempuan alami setiap bulan.

Selalu tidak ada jawaban, ia menatap lamat mayat ibunya. Sudah beberapa tahun lamanya mereka hanya hidup berdua dan ia tidak pernah sekalipun melihat lagi wajah papanya sejak terakhir kali pergi meninggalkan rumah.

Satu hal yang harus papanya tahu, ia tidak akan memakamkan mamanya. Sebelum ia melihat wajah bersalah ayahnya itu.

-o0o-

Kayrani terus mengelap matanya menggunakan tisu, mendengarkan cerita tentang kekasihnya dari mulut Jovan berhasil menorehkan luka di hatinya. Tidak bisa dirinya bayangkan kalau harus menjadi Devon atau orang yang mengalami hal yang sama seperti pacarnya bahkan lebih dari itu, di luar sana.

Dirinya adalah perempuan manja, dalam artian rindu kalau harus pergi berjauhan atau ditinggal orang tua.

“Sebenernya gue gak berhak untuk cerita itu semua, tentang masa lalu Devon. Harusnya dia sendiri, tapi Devon anaknya penutup, lo ngerti sendiri, ’kan?” Jovan menatap makanannya. “Dan kemarin gue bener-bener kaget waktu dia ngeluh capek ke gue. Sebuah kemajuan dalam diri Devon, dia mau berbagi apa yang dia rasakan ke orang lain.”

“Makasih, kalau lo nggak cerita tentang masa lalu Devon. Gue gak akan tau kalau mamanya udah meninggal, dia dulu bilang. Kalau akan ketemuin gue sama mamanya di waktu yang tepat.”

“Btw, lebih baik lo pura-pura gak tau dulu. Kalau bisa jangan bilang kalau gue yang cerita! Bisa dilibas gue, Kay.” Jovan menyeruput minuman dinginnya. “Ahhhh....” desahnya merasa puas.

Kayrani mengangguk, kalau dipikir sebenarnya Devon juga memiliki sisi lain. Cowok itu kemarin memasang raut imut saat ia mengajak pulang, perhatian dikala dirinya menstruasi, dan sedikit romantis. Apa itu semua adalah sifat aslinya yang ditutupi oleh topeng sosiopat?

“Jov, lo pernah mikir buat tinggalin Devon, gak, sih?” Kayrani memandangi sahabat pacarnya itu. Jovan terlihat memikirkan sesuatu yang berat.

“Pernah, tapi gue langsung sadar. Rasa persahabatan gue buat Devon itu gede,” jelas Jovan seraya mengetukkan tangannya di meja. “Kalau, lo? Pernah kepikiran buat tinggalin dia?”

Sontak gadis itu mengangguk, “karena dia kasar ke gue, waktu itu gue gak sengaja baca pesan dari lo. Gue belum sempet liat foto yang lo kirim. Devon langsung ajak gue ke rumahnya dan apa yang gue liat saat itu, sangat di luar ekspektasi gue.”

Jovan mengelus dagu, “foto apa?” kapan dirinya mengirimkan foto?

”Mawar sama Ste-”

Mata Jovan melebar. “Syuttt, oke, gue inget.” Cowok itu melepaskan telunjuknya dari bibir Kayrani. Kemudian meletakkannya pada bibirnya sendiri. “Jadi... apa yang dilakuin Devon waktu itu?”

Kayrani menceritakan semua perlakuan kasar pacarnya setelah ia mengetahui sisi buruknya, termasuk menampar, menjambak rambutnya, juga membentak. “Tapi dia udah minta maaf.”

Jovan mengangguk, dirinya juga pernah berada di posisi Kayrani ketika berhadapan dengan Devon, “satu hal yang harus lo tau, Kay. Devon....” Jovan menimbang, apakah harus dirinya katakan atau tidak.

“Devon, kenapa?” tuntut Kayrani.

“Waktu itu gue gak sengaja masuk salah satu kamar di rumahnya, dan gue gak nyangka. Kalau Devon ngawetin jasad mamanya,” sambung Jovan.

Kayrani terdiam sejenak, meresapi kalimat panjang Jovan barusan. Fakta baru yang diterimanya tadi sangat gila menurutnya!

Ponselnya berdering. Mata Kayrani menatap Jovan. “Devon tanya gue di mana.”

“Jawab aja kali, lo udah kek selingkuh sama gue.” Jovan terbahak hingga tersedak.

Bibir Kayrani mendumel, bukan itu maksudnya. Mungkin saja sahabat Devon ingin menyampaikan sesuatu lagi tentang Devon, sebelum orang yang mereka bicarakan datang.

Tangannya bergerak cepat mengetik balasan dan membagikan lokasinya saat ini.

“Kalau capek sama Devon, lo bisa istirahat, menghindar sebentar. Tapi jangan tinggalin dia, jangan keluarin kata-kata yang sakitin hati dia. Itu cuma akan memperparah kondisi mental Devon. Meskipun dia gak bilang, gue tau, kalau lo udah jadi bagian dari hidupnya.” pesan Jovan, sebelum siluet Devon nampak dari dalam kafe. “Gue titip sahabat gue, ya. Kayrani.” Jovan tersenyum, bertepatan dengan Devon yang membuka pintu kafe.

TBC.

WANTED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang